Liputan6.com, Jakarta Tim Direktorat Polair Polda Metro Jaya hingga kini masih melakukan penyelaman mencari linggis di aliran Kalimalang, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Linggis tersebut diduga kuat dipakai Haris Simamora ayau HS untuk membunuh keluarga Gaban Daperum Carles Nainggolan, di Jalan Bojong Nangka, Kota Bekasi.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono, mengatakan linggis yang dicari anggota sepanjang 80 centimeter.
Baca Juga
"Sekitar 80 sentimeter (panjang linggis)," kata Argo di lokasi, Sabtu (17/11).
Advertisement
Tim akan berusaha mencari barang bukti itu. Namun, lanjut Argo, jika memang tidak dapat ditemukan hari ini, maka akan dilanjutkan hari berikutnya.
"Tentunya kita juga harus melihat keselamatan petugas penyelam. Kalau bisa dilakukan akan kita lakukan, tapi kalau tidak bisa ya kita lanjutkan nanti. Karena penyelam ini yang mengetahui situasi penyelaman," katanya.
Sebelumnya, kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan, pelaku terduga pelaku pembunuhan di Bekasi berinisial HS merupakan saudara. HS diketahui sering menginap di kediaman korban di Jalan Bojong Nangka 2, RT 002 RW 07, Kelurahan Jatirahayu, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat.
"Masih keluarga, saudara dengan korban yang perempuan. HS sudah tidak bekerja selama tiga bulan. Sebelumnya kerja di PT di Cikarang dan kemudian resign. DIa masih bujang, umur di bawah 30 tahunan," kata Argo di Polda Metro Jaya, Kamis (15/11).
HS tak bisa berkutik saat tim gabungan Polda Metro Jaya, Polres Metro Bekasi Kota, dan Polsek Pondok Gede temukan barang bukti saat ditangkap HS di Garut, Jawa Barat.
"Setelah kita geledah tasnya kita menemukan kunci mobil merek Nissan dan HP dan uang sekitar empat juta rupiah. (Lalu) Tadi pagi kita sudah melakukan olah TKP di mobil, ternyata kita temukan HP korban 2 buah ada di situ, ada darahnya di HP tersebut," jelasnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Kendala Teknis
Kepala Urusan Perencanaan Ditpolair Polda Metro Jaya Iptu Ketut Suastika mengatakan, selain arus deras, pihaknya juga menghadapi kendala sampah dan lumpur yang tebal.
"Memang posisi di bawah, lumpur cukup bervariasi jadi seperti kita berada di sawah, cukup dalam juga. Namun kendala itu arus, lumpur dan pintu air terlalu rapat jadi kita jaga keselamatan anggota jangan sampai nanti di bawah terbentur pintu air," jelasnya.
"Di bawah sangat gelap, karena lumpur, jadi 0 sudah (jarak pandang)," dia menambahkan.
Advertisement