Sukses

Berkaca pada Rumah Adat Sasak

Rumah suku Sasak Lombok NTT tak berjendela dan lantainya terbuat dari campuran tanah liat dan kotoran kerbau. Maknanya, agar tak iri menoleh rezeki orang dan tetap bekerja keras.

Liputan6.com, Lombok: Sasak adalah satu dari sekian banyak suku yang hidup di Indonesia. Masyarakat asli Pulau Lombok Nusatenggara Barat itu hingga kini, masih ada dan berkembang di sana. Pemukiman mereka masih tetap berdiri. Bangunan rumah mereka juga masih seperti dahulu, tak berjendela namun sarat makna.

Etnis yang sempat disebut sebagai suku terasing itu, masih bisa dijumpai di kawasan Dusun Sade, Desa Rambitan, Lombok Tengah sekitar 60 kilometer arah tenggara Mataram. Hingga kini, di kawasan tersebut berdiri 150 rumah yang dihuni sekitar 700 kepala keluarga. Bisa jadi, karena keunikan suku tersebut, Pemerintah Daerah menjadikan bangunan lumbung mereka sebagai lambang Provinsi NTB.

Sedangkan arsitektur rumah asli suku sasak relatif tidak terlalu istimewa. Mirip dengan kediaman suku lain di Indonesia. Tetapi yang membedakan, bangunan tersebut tidak berjendela. Lantai rumah juga dibuat dari campuran tanah liat dan kotoran kerbau. Semuanya memang ada artinya. Rumah tanpa jendela mengandung filosofi, manusia harus mensyukuri karunia yang dimiliknya dan tak perlu menengok apa yang dimiliki orang lain. Sementara lantai yang dicampur kotoran kerbau mengandung pesan, manusia harus mampu bekerja keras tanpa banyak mengeluh.

Tidak ada catatan pasti kapan masyarakat suku Sasak mulai mendiami Pulau Lombok. Sejumlah literatur hanya mengatakan bahwa etnis tersebut berasal dari negara Birma yang berimigrasi ke arah selatan Asia. Sementara itu, sampai sekarang, para pria Sasak kebanyakan bekerja sebagai petani. Mereka menggarap lahan dengan teknologi sederhana sejak ratusan lampau. Sementara, para istri bekerja sambilan sebagai tukang tenun kain songket. Hasil kerajinan itu mereka jual kepada para wisatawan yang berkunjung.(TNA/Amanullah dan Amar Sujarwadi)
    Video Terkini