Liputan6.com, Tenggarong: Jembatan Kutai Kartanegara merupakan jembatan yang dibangun melintasi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur, pada 1995 lalu. Konstruksi jembatan ini dirancang dengan kabel gantung sebagai kontruksi utama yang berfungsi untuk menahan beban. "Kalau ada satu gantungan yang terganggu, mungkin kendor atau ada masalah, bebannya akan lain sekali," kata Haryoto, konsultan jalan dan jembatan.
Tim Sigi SCTV mencoba menelusuri penyebab ambruknya jembatan pada 28 November 2011. Kabar mengagetkan pun menyeruak seputar pergeseran posisi jembatan. Seorang sumber yang tak ingin disebutkan namanya mengatakan, pada 2009 dan 2010 silam sudah ada pembicaraan bahwa jembatan ada kerenggangan sehingga ditutup dengan pelat baja.
"Ini menjadi hal yang tidak lazim karena menyangkut keselamatan manusia," kata sumber itu. "Yang menjadi pertanyaan adalah, kenapa pemerintah Kutai Kartanegara tidak melakukan langkah-langkah cepat."
Keterangan ini dikuatkan AM Sulaiman, mantan Bupati Kutai Kartanegara, periode 1999 yang menggagas ide awal untuk membuat jembatan Kukar. "Pemeliharaan jembatan ini merupakan kelanjutan dari pembangunan jembatan itu," ucapnya. "Sebenarnya kalau itu diberikan kepada kontraktor yang ahlinya, saya raya tidak akan begini (ambruk)."
Berbekal sejumlah informasi dari berbagai pihak, tim Sigi memfokuskan pada kegiatan perawatan jembatan. Bukan sembarang duga, karena salah satu petunjuk kami dapatkan tepat pada posisi awal lintasan jembatan dari arah Tenggarong Seberang. Satu spanduk peringatan terpampang ditujukan untuk pengguna jembatan.
Namun, yang mengherankan, Dinas Perhubungan setempat mengaku tidak tahu mengenai spanduk peringatan perawatan jembatan itu. "Saat itu Dinas Perhubungan mengusulkan bila ada pekerjaan, jembatan tutup total," ucap Otoy, Kepala Dinas Perhubungan Kutai Kartanegara. "Sampai runtuhnya jembatan tersebut, pihak yang bersangkutan tak pernah lagi menghubungi kami lagi sehingga kami tidak tahu kapan pekerjaan dimulai."
Seorang korban mendengar pengakuan seorang pekerja perbaikan jembatan yang sedang diperiksa tim pencari fakta. "Baru dikencangkan satu, masih ada 20, terus rubuh. Itu saya sempat dengar kata-kata itu," tutur korban. Analisis dan dugaan tentang apa yang terjadi tergambar dengan fakta, beberapa klem penggantung masih tertinggal di kabel utama.
Waktu yang terus berjalan, termasuk pengaruh alam jadi beberapa faktor yang bisa menyebabkan perlemahan terhadap jembatan, meski besaran kekuatan jembatan telah diperhitungkan sebelumnya. Lalu bagaimana dengan konstruksi dan kualitas bahan untuk membuat jembatan?
Dari sejumlah sumber, Sigi mendapat info beberapa bagian jembatan seperti kabel utama berasal dari Kanada, kabel penggantung dibuat di Austria, klem atau penjepit dari kontraktor Indonesia, dan terakhir rangka disuplai dari Departemen Pekerjaan Umum.
Ada beberapa hal yang masih belum terkuak membuat tim Sigi kembali menggali informasi lebih dalam dari narasumber. Demi menyatukan seluruh puzzle yang ada, tim Sigi juga menyambangi seorang saksi sejarah pengerjaan jembatan. Pertanyaan yang dilontarkan adalah seputar ada tidaknya problem pada konstruksi.
"Saya kalau melihat tidak ada masalah. Kalau konstruksi sangat aman," ucap saksi sejarah itu. "Karena kami orang teknis khawatir, kalau kekuatan bebas pasti tidak ada masalah, yang kita khawatirkan efek pelintir. Sebab, kendaraan yang lewat itu hanya sebelah, sebelahnya kosong."
Lokasi runtuhan jembatan kembali tim Sigi cermati. Ada spekulasi runtuhnya jembatan berawal dari arah Tenggarong Seberang.
Penajaman pihak berwenang atas kemungkinan dan dugaan tentang apa serta siapa penyebab tragedi runtuhnya jembatan kukar terus dilakukan. Pekan silam, Polda Kalimantan Timur menetapkan tiga orang sebagai tersangka, dua di antaranya dari Dinas Pekerjaan Umum Kutai Kartanegara. Satu lagi tersangka adalah manajer proyek perawatan jembatan.
Sebulan berlalu sejak musibah, tim evaluasi dan investigasi teknik runtuhnya Jembatan Kutai Kartanegara di bawah Kementerian pekerjaan umum yang beranggotakan para ahli menemukan titik terang. Fakta-fakta di lapangan menunjukkan jembatan yang berusia 10 tahun ini keluar dari kaidah pembangunan jembatan bentang panjang. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, kegiatan operasional, hingga soal pemeliharaan. Ditambah perlakuan alam terhadap jembatan yang mengakibatkan perlemahan kekuatan jembatan.
Tim investigasi ini juga menemukan adanya kualitas bahan yang tidak sesuai dengan spesifikasi. Akibatnya, salah satu bagian, yaitu klem tak kuat menahan beban kejut yang dihasilkan.
Hasil investigasi dan analisis yang dilakukan bukan sekadar mencari siapa yang bersalah. Namun, juga menjadi evaluasi untuk pembangunan jembatan kembali di masa datang. Karena, kehadiran Jembatan Kutai Kartanegara sangat dibutuhkan oleh masyarakat agar roda transportasi dan ekonomi bisa pulih seperti sediakala.(BOG)
Tim Sigi SCTV mencoba menelusuri penyebab ambruknya jembatan pada 28 November 2011. Kabar mengagetkan pun menyeruak seputar pergeseran posisi jembatan. Seorang sumber yang tak ingin disebutkan namanya mengatakan, pada 2009 dan 2010 silam sudah ada pembicaraan bahwa jembatan ada kerenggangan sehingga ditutup dengan pelat baja.
"Ini menjadi hal yang tidak lazim karena menyangkut keselamatan manusia," kata sumber itu. "Yang menjadi pertanyaan adalah, kenapa pemerintah Kutai Kartanegara tidak melakukan langkah-langkah cepat."
Keterangan ini dikuatkan AM Sulaiman, mantan Bupati Kutai Kartanegara, periode 1999 yang menggagas ide awal untuk membuat jembatan Kukar. "Pemeliharaan jembatan ini merupakan kelanjutan dari pembangunan jembatan itu," ucapnya. "Sebenarnya kalau itu diberikan kepada kontraktor yang ahlinya, saya raya tidak akan begini (ambruk)."
Berbekal sejumlah informasi dari berbagai pihak, tim Sigi memfokuskan pada kegiatan perawatan jembatan. Bukan sembarang duga, karena salah satu petunjuk kami dapatkan tepat pada posisi awal lintasan jembatan dari arah Tenggarong Seberang. Satu spanduk peringatan terpampang ditujukan untuk pengguna jembatan.
Namun, yang mengherankan, Dinas Perhubungan setempat mengaku tidak tahu mengenai spanduk peringatan perawatan jembatan itu. "Saat itu Dinas Perhubungan mengusulkan bila ada pekerjaan, jembatan tutup total," ucap Otoy, Kepala Dinas Perhubungan Kutai Kartanegara. "Sampai runtuhnya jembatan tersebut, pihak yang bersangkutan tak pernah lagi menghubungi kami lagi sehingga kami tidak tahu kapan pekerjaan dimulai."
Seorang korban mendengar pengakuan seorang pekerja perbaikan jembatan yang sedang diperiksa tim pencari fakta. "Baru dikencangkan satu, masih ada 20, terus rubuh. Itu saya sempat dengar kata-kata itu," tutur korban. Analisis dan dugaan tentang apa yang terjadi tergambar dengan fakta, beberapa klem penggantung masih tertinggal di kabel utama.
Waktu yang terus berjalan, termasuk pengaruh alam jadi beberapa faktor yang bisa menyebabkan perlemahan terhadap jembatan, meski besaran kekuatan jembatan telah diperhitungkan sebelumnya. Lalu bagaimana dengan konstruksi dan kualitas bahan untuk membuat jembatan?
Dari sejumlah sumber, Sigi mendapat info beberapa bagian jembatan seperti kabel utama berasal dari Kanada, kabel penggantung dibuat di Austria, klem atau penjepit dari kontraktor Indonesia, dan terakhir rangka disuplai dari Departemen Pekerjaan Umum.
Ada beberapa hal yang masih belum terkuak membuat tim Sigi kembali menggali informasi lebih dalam dari narasumber. Demi menyatukan seluruh puzzle yang ada, tim Sigi juga menyambangi seorang saksi sejarah pengerjaan jembatan. Pertanyaan yang dilontarkan adalah seputar ada tidaknya problem pada konstruksi.
"Saya kalau melihat tidak ada masalah. Kalau konstruksi sangat aman," ucap saksi sejarah itu. "Karena kami orang teknis khawatir, kalau kekuatan bebas pasti tidak ada masalah, yang kita khawatirkan efek pelintir. Sebab, kendaraan yang lewat itu hanya sebelah, sebelahnya kosong."
Lokasi runtuhan jembatan kembali tim Sigi cermati. Ada spekulasi runtuhnya jembatan berawal dari arah Tenggarong Seberang.
Penajaman pihak berwenang atas kemungkinan dan dugaan tentang apa serta siapa penyebab tragedi runtuhnya jembatan kukar terus dilakukan. Pekan silam, Polda Kalimantan Timur menetapkan tiga orang sebagai tersangka, dua di antaranya dari Dinas Pekerjaan Umum Kutai Kartanegara. Satu lagi tersangka adalah manajer proyek perawatan jembatan.
Sebulan berlalu sejak musibah, tim evaluasi dan investigasi teknik runtuhnya Jembatan Kutai Kartanegara di bawah Kementerian pekerjaan umum yang beranggotakan para ahli menemukan titik terang. Fakta-fakta di lapangan menunjukkan jembatan yang berusia 10 tahun ini keluar dari kaidah pembangunan jembatan bentang panjang. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, kegiatan operasional, hingga soal pemeliharaan. Ditambah perlakuan alam terhadap jembatan yang mengakibatkan perlemahan kekuatan jembatan.
Tim investigasi ini juga menemukan adanya kualitas bahan yang tidak sesuai dengan spesifikasi. Akibatnya, salah satu bagian, yaitu klem tak kuat menahan beban kejut yang dihasilkan.
Hasil investigasi dan analisis yang dilakukan bukan sekadar mencari siapa yang bersalah. Namun, juga menjadi evaluasi untuk pembangunan jembatan kembali di masa datang. Karena, kehadiran Jembatan Kutai Kartanegara sangat dibutuhkan oleh masyarakat agar roda transportasi dan ekonomi bisa pulih seperti sediakala.(BOG)