Sukses

Menaker Ajak Semua Pihak untuk Dukung Investasi SDM Indonesia

Menaker Hanif: Indonesia butuh investasi SDM.

Liputan6.com, Badung Indonesia membutuhkan banyak Sumber Daya Manusia (SDM) kompeten untuk bersaing dengan negara-negara lain. Kondisi angkatan kerja yang masih didominasi lulusan SD-SMP menjadi tantangan yang harus dijawab bersama oleh stakeholder ketenagakerjaan, termasuk Serikat Pekerja/Serikat Buruh (SP/SB).

Karena itu, Menteri Ketenagakerjaan, M. Hanif Dhakiri, meminta semua pihak mendukung investasi SDM di Indonesia, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.

"Tentu pemerintah memerlukan dukungan dari industri dan serikat pekerja agar SDM Indonesia memiliki keterampilan yang memadai dan sesuai kebutuhan pasar kerja," ujarnya, saat memberikan sambutan dalam acara Leaders Meeting of ASEAN Trade Union Council di Nusa Dua, Badung, Bali, Sabtu (24/11/2018).

Hanif mencontohkan, investasi SDM di beberapa negara tidak hanya dikelola oleh pemerintah saja. Di negara-negara Eropa, 70 persen investasi SDM dipegang oleh industri.

Sementara itu, di Amerika Serikat, kementerian yang membidangi ketenagerjaan tidak memiliki satupun vocational training center. Selain dikelola oleh industri, vocational training center di Amerika Serikat dikelola oleh SP/SB.

"Pemerintah hanya fokus pada persoalan regulasi saja," ucap Hanif.

Di Indonesia sendiri, mayoritas pelatihan vokasi masih dikelola oleh pemerintah melalui pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK).

"Oleh karena itu, maka pemerintah terus menggenjot pendidikan dan pelatihan vokasi agar mereka ini dapat punya skill yang memadai. Mempunyai skill yang bisa berubah dan skill yang bisa meningkatkan level pekerjaannya," kata Hanif.

Selain pelatihan vokasi, Kemnaker juga menggenjot percepatan peningkatan keterampilan SDM melalui pemagangan yang melibatkan dunia industri. Tahun ini, program pemagangan telah berhasil melibatkan 170 ribu peserta. Ditargetkan, pada 2019 akan meningkat hingga 400 ribu peserta.

"Ini sebagai salah satu cara cepat untuk masifikasi dari SDM kita yang kompeten dan berkualitas tinggi, sehingga mampu bersaing dengan pekerja dari negara lain," ujar Hanif.

Ia mengatakan, saat ini pasar kerja global sudah terintegrasi. Dengan adanya keterampilan yang memadai, tenaga kerja Indonesia dapat memilih pekerjaan di dalam negeri maupun di luar negeri.

"Dan orang punya kebebasan untuk bekerja di dalam negeri atau luar negeri, yang terpenting adalah pemerintah memastikan masyarakat agar memiliki keterampilan," ucap Hanif.

Sebagai informasi, acara Leaders Meeting of ASEAN Trade Union Council merupakan rangkaian dari agenda Bali Informal Meeting and Strengthening Trade Union Solidarity in ASEAN yang diselenggarakan oleh ASEAN Trade Union Council (ATUC) dan Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI). Agenda ini bertujuan untuk meningkatkan solidaritas pekerja, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Presiden KSPSI, Andi Gani Nena Wea, berharap dengan adanya agenda ini dapat terjalin kerja sama SP/SB di ASEAN dalam bidang pendidikan dan pertukaran informasi.

"Saya berharap pertemuan ini menghasilkan kepentingan. Keputusan-keputusan penting untuk meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan buruh ASEAN," kata dia.

Agenda ini diikuti oleh delegasi konfederasi serikat pekerja se-ASEAN. Turut hadir Dirjen PHI dan Jamsos Kemnaker, Haiyani Rumondang, Direktur Persyaratan Kerja Kemnaker, S. Djunaedah, Direktur ILO Jakarta, Michiko Miyamoto, dan Presiden ATUC, Abdul Halim Mansor.

 

 

(*)