Liputan6.com, Pontianak: Keluarbiasaan Pontianak ada di Tugu Khatulistiwa. Berkat situs itu, Pontianak dikenal sebagai titik awal koordinat geografis dunia. Dan karena itu, Pontianak pun menjadi lokasi wisata yang layak dikunjungi.
"Dalam sehari, paling tidak ada 200 sampai 300 pengunjung. Jadi dalam sebulan, Tugu Khatulistiwa dikunjungi sekitar 4000 wisatawan dari dalam dan luar negeri," kata Kasnawi, petugas dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalimantan Barat.
Tugu Khatulistiwa dibangun pada 1928 oleh tim Ekspedisi Geografi Internasional, yang dipimpin ahli geografi asal Belanda. Saat itu, mereka melakukan pengukuran berpatokan pada garis yang tidak smooth. Untuk menandakan temuan itu, mereka membangun tugu setinggi 4,40 meter, dengan puncak berupa dua lingkaran dan arah panah ke arah utara.
Empat tonggak kayu terbuat dari kayu belian itu masih berdiri kokoh di dalam bangunan di Jalan Khatulistiwa, Pontianak, Kalimantan Barat. Tugu itu diapit empat tiang yang penyangga monumen duplikat di atas bangunan. Garis hijau di lantai menjadi pemisah antara lintang utara dan lintang selatan.
Sementara di dinding bangunan ditempelkan sejumlah foto Tugu Khatulistiwa tempo doeloe dan berbagai keterangan sejarahnya. Dan dua petugas dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalimantan Barat seperti Kasnawi siap memandu dan menjelaskan riwayat tugu itu.
"Pada 1991, Tugu Khatulistiwa memiliki replika yang dibangun di atas kubah bangunan," jelas Kasnawi. "Aristek Silaban menyempurnakan bentuk lingkaran Bumi di atas tugu yang asli dan replica pada 1938. Tinggi replika tugu adalah lima kali lipat tugu asli."
Meski bentuk tugu itu terbilang sederhana, ternyata para wisatawan tidak mempedulikannya. "Kami datang dari Yogyakarta, karena penasaran. Tapi buat kami, tugu itu menghadirkan sensasi tersendiri," kata Arianti.
"Tidak bisa disangka, kami berada di titik nol. Jadi ketika berada di dekat Tugu, saya membayangkan sebuah titik awal pada bola dunia," timpal Titi.(SHA/AIS)
"Dalam sehari, paling tidak ada 200 sampai 300 pengunjung. Jadi dalam sebulan, Tugu Khatulistiwa dikunjungi sekitar 4000 wisatawan dari dalam dan luar negeri," kata Kasnawi, petugas dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalimantan Barat.
Tugu Khatulistiwa dibangun pada 1928 oleh tim Ekspedisi Geografi Internasional, yang dipimpin ahli geografi asal Belanda. Saat itu, mereka melakukan pengukuran berpatokan pada garis yang tidak smooth. Untuk menandakan temuan itu, mereka membangun tugu setinggi 4,40 meter, dengan puncak berupa dua lingkaran dan arah panah ke arah utara.
Empat tonggak kayu terbuat dari kayu belian itu masih berdiri kokoh di dalam bangunan di Jalan Khatulistiwa, Pontianak, Kalimantan Barat. Tugu itu diapit empat tiang yang penyangga monumen duplikat di atas bangunan. Garis hijau di lantai menjadi pemisah antara lintang utara dan lintang selatan.
Sementara di dinding bangunan ditempelkan sejumlah foto Tugu Khatulistiwa tempo doeloe dan berbagai keterangan sejarahnya. Dan dua petugas dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalimantan Barat seperti Kasnawi siap memandu dan menjelaskan riwayat tugu itu.
"Pada 1991, Tugu Khatulistiwa memiliki replika yang dibangun di atas kubah bangunan," jelas Kasnawi. "Aristek Silaban menyempurnakan bentuk lingkaran Bumi di atas tugu yang asli dan replica pada 1938. Tinggi replika tugu adalah lima kali lipat tugu asli."
Meski bentuk tugu itu terbilang sederhana, ternyata para wisatawan tidak mempedulikannya. "Kami datang dari Yogyakarta, karena penasaran. Tapi buat kami, tugu itu menghadirkan sensasi tersendiri," kata Arianti.
"Tidak bisa disangka, kami berada di titik nol. Jadi ketika berada di dekat Tugu, saya membayangkan sebuah titik awal pada bola dunia," timpal Titi.(SHA/AIS)