Liputan6.com, Jakarta - Caleg PDIP Kapitra Ampera menanggap tak adanya ancaman pada acara reuni aksi 212 yang digelar di Monas, Minggu 2 Desember 2018. Hal itu meskipun acara dikatakan lebih banyak yang hadir dibanding pada 2016 lalu.
"Ah enggak ada itu (ancaman), hitung dong. Berapa luas sih, kalau luasnya itu katakanlah 80 hektare luasnya Monas ya, 80 hektare. Yang dipakai 50 persen 40 hektare satu orang berdiri satu meter, berapa orang? Ya toh?," kata Kapitra di Rumah Cemara, Jakarta Pusat, Senin (3/12/2018).
Baca Juga
Meskipun peserta reuni aksi 212 yang datang hampir jutaan orang. Ia menegaskan, tak adanya ancaman terlebih pada Pilpres 2019 mendatang.
Advertisement
"Enggak ada (ancaman). Jutaannya berapa, kalau 10 persen itu pemilih 132 juta 0,6 persen. Enggak ada itu. Katakanlah 10 juta itulah pemilih Prabowo, yang lainnya memilih Pak Jokowi-Ma'ruf," tegasnya.
Menurut dia, peserta yang hadir dalam reuni aksi 212 kemarin merupakan kader dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) atau bisa dikatakan para pemilih capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Salahudin Uno.
"Iya itu kan orang partai, orang partai kan PKS memerintahkan kadernya untuk harus datang. Kan memerintahkan kadernya, itu orang-orang semua yang mendukung Prabowo-Sandi. Orang-orangnya itu-itu saja. Jadi itulah kekuatan realnya di seluruh Indonesia," ungkapnya.
"Semua itu pendukung Prabowo baik yang Islam, non Islam sama," sambungnya.
Disarankan Bentuk Partai Politik
Sementara itu, Ketua DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid menyarankan Persaudaraan Alumni (PA)212 untuk membuat partai politik. Hal ini lantaran kegiatan organisasi yang dipimpin oleh Slamet Maarif ini selalu bermuatan politis.
"Kalau gentle bikin partai, supaya tahu, kan perjuangan politik itu ada koridornya, bukan di lapangan, tunjukkan kalau memang mau berpolitik," kata Jazilul di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, Jakarta, Senin 3 Desember 2018.
Saran Jazilul agar PA 212 membentuk partai politik juga karena keberadaan narasi-narasi negatif yang selalu dimunculkan terhadap partai politik yang mendukung capres-cawapres nomor urut 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Narasi negatif di antaranya seperti partai setan.
"Sekarang ini menggunakan narasi-narasi yang apa ya membuat masyarakat, partai setan, enggak ada partai setan, yang ada partai nol koma ada. Partai yang persentasinya kecil ada, partai setan enggak ada, dan yang ngomong partai setan atau yang kemarin kumpul juga bukan partai," ungkapnya.
Ia menuding gerakan seperti PA 212 justru akan membuat partai politik berbasis Islam merosot suaranya. Sehingga seberapa besar aksi yang dilakukan, belum tentu bisa membawa perubahan sikap politik.
"Sekarang patut diingat dengan gerakan seperti itu partai Islam malah turun suaranya berdasarkan survei, itu jadi koreksi, aksi di lapangan belum tentu akan berpengaruh pada sikap politik, bisa-bisa jadi negatif," ujarnya.
Wakil Bendahara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf itu mengatakan, PA 212 juga bisa mencontoh ormas Islam yang sudah eksis sejak lama seperti Nahdlatul Ulama (NU) yang membuat partai PKB. Sedangkan Muhammadiyah dengan Partai Amanat Nasional (PAN).
"Ya bikin (Partai PA 212) saja, bikin saja, NU juga bikin partai namanya PKB, nyata ada persentasinya," ucap dia.
Reporter: Nur Habibie, Sania Mashabi
Sumber: Merdeka.com.
Saksikan video menarik berikut ini:
Advertisement