Sukses

7 Fakta Pembunuhan 31 Pekerja Proyek Trans Papua

Sebanyak 24 orang pekerja proyek pembangunan Trans Papua dibunuh pada 1 Desember 2018, sedangkan 7 orang lainnya dibunuh pada hari berikutnya.

Liputan6.com, Jakarta - Puluhan pekerja jalan dan jembatan Trans Papua di Kabupaten Nduga, Papua, dibunuh oleh kelompok tak dikenal. Pembunuhan itu terjadi pada Minggu, 2 Desember 2018 di Kali igi dan Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua.

Puluhan pekerja tersebut merupakan karyawan PT Istaka Karya. 

Sebanyak 24 orang dibunuh pada 1 Desember 2018, sedangkan 7 orang lainnya dibunuh pada hari berikutnya. Para pekerja proyek Istaka Karya itu tengah membangun jembatan di Kali Yigi dan Aurak.

Usai menerima laporan adanya pembunuhan, aparat keamanan pun bergerak cepat. Saat ini tim gabungan TNI dan Polri sedang menuju lokasi kejadian di Kali Yugi dan Kali Aurak Nduga.

Berikut tujuh fakta di balik pembunuhan pekerja Trans Papua:

 

2 dari 8 halaman

1. 31 Orang Dibunuh

Kasubbid Penmas Bid Humas Polda Papua AKBP Suryadi Diaz membenarkan pembunuhan puluhan pekerja jalan dan jembatan Trans Papua di Kabupaten Nduga, Papua, dibunuh oleh kelompok tak dikenal.

Dia mengatakan, total ada 31 pekerja yang dibunuh oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua.

"31 orang meninggal dunia," ujar Kasubbid Penmas Bid Humas Polda Papua AKBP Suryadi Diaz kepada JawaPos.com, Senin (3/12/2018).

Diaz mengatakan, 31 pekerja itu tewas dalam waktu yang berbeda. Sebanyak 24 orang dibunuh pada 1 Desember 2018, sedangkan 7 orang lainnya dibunuh pada hari berikutnya.

"Didapati, 31 orang ditemukan tewas. Sebanyak 24 orang dibunuh hari pertama, 8 orang yang sempat menyelamatkan diri di rumah anggota DPRD dijemput dan dibunuh, 7 orang meninggal dunia dan 1 orang belum ditemukan atau melarikan diri," kata Diaz.

 

3 dari 8 halaman

2. Sempat Kabur ke Rumah Anggota DPRD

Polda Papua memastikan adanya aksi pembunuhan sejumlah pekerja proyek Istaka Karya yang tengah membangun jembatan di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua.

Kasubbid Penmas Bid Humas Polda Papua AKBP Suryadi Diaz mengatakan, total ada 31 pekerja yang dibunuh oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) itu.

"Sebanyak 31 orang meninggal dunia," ujar Kasubbid Penmas Bid Humas Polda Papua AKBP Suryadi Diaz kepada JawaPos.com, Senin (3/12/2018).

Diaz mengatakan, 31 pekerja itu tewas dalam waktu yang berbeda. Sebanyak 24 orang dibunuh pada 1 Desember 2018, sedangkan 7 orang lainnya dibunuh pada hari berikutnya.

"Didapati, 31 orang ditemukan tewas. Sebanyak 24 orang dibunuh hari pertama, 8 orang yang sempat menyelamatkan diri di rumah anggota DPRD dijemput dan dibunuh, 7 orang meninggal dunia," kata Diaz.

Kejadian ini dilaporkan masyarakat hari ini sekitar pukul 15.30 WIT. Namun, pembunuhan terhadap para pekerja proyek Istaka Karya tersebut terjadi pada Minggu, 2 Desember lalu.

 

4 dari 8 halaman

3. Satu Orang Masih Hilang

Sebanyak 31 pekerja proyek Trans Papua dibunuh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Pembantaian itu terjadi ketika para pekerja sedang membangun jembatan di Kali Yigi-Kali Aurak, di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua.

"Sebanyak 31 orang meninggal dunia," ujar Kasubbid Penmas Bid Humas Polda Papua, AKBP Suryadi Diaz kepada JawaPos.com, Senin, 3 Desember 2018.

Kejadian ini dilaporkan masyarakat hari ini sekitar pukul 15.30 WIT. Namun, pembunuhan terhadap para pekerja proyek Istaka Karya tersebut terjadi pada Minggu, 2 Desember 2018.

"Didapati, 31 orang ditemukan tewas. Sebanyak 24 orang dibunuh hari pertama, 8 orang yang sempat menyelamatkan diri di rumah anggota DPRD dijemput dan dibunuh, 7 orang meninggal dunia, dan 1 orang belum ditemukan atau melarikan diri," kata Diaz menyampaikan informasi terakhir yang didapatkan sekitar pukul 22.35 WIT.

 

5 dari 8 halaman

4. Foto Kegiatan HUT OPM

Wakapolres Jayawijaya, Kompol A. Tampubolon menyebutkan tewasnya 31 pekerja Trans Papua yang sedang mengerjakan proyek jembatan di Kali Yigi dan Kali Aurak, Kabupaten Nduga berawal dari cekcok mulut dengan kelompok kriminal bersenjata (KKB) pada Sabtu, 1 Desember 2018.

"Informasi awal yang kami dapatkan, penyanderaan sekelompok orang KKB dan melakukan aksi teror," jelas Tampubolon di Kantor Polres Jayawijaya, di Wamena, Senin malam, 3 Desember 2018.

Tapi dari informasi yang beredar, penembakan dan pembunuhan itu berawal Sabtu, 1 Desember 2018, saat KKB sedang mengadakan upacara HUT Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Distrik Yigi. Lalu salah satu korban pembunuhan melihat dan mengambil foto kegiatan itu, sehingga KKB marah dan menembaki para korban.

Wakil Kepala Penerangan Kodam XVII Cenderawasih, Letkol Inf Dax Sianturi saat dikonfirmasi belum bisa memberikan keterangan terkait informasi penembakan dan pembunuhan para pekerja bangunan jembatan PT Istaka Karya oleh KKB di Kabupaten Nduga.

"Saya juga mendengar informasi yang sama, tetapi saya belum bisa pastikan apakah itu benar atau tidak. Sebab informasi ini kami dapatkan dari masyarakat dan belum melihat langsung. Tapi kami sedang upayakan cari kebenaran informasi ini," jelas Dax saat dikonfirmasi, Senin, 3 Desember 2018.

Sementara, Ketua I Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Nduga (Waket I DPRD Nduga), Alimin Gwijangge menduga pelaku pembunuhan para pekerja Trans Papua bukan dilakukan masyarakat biasa.

"Tapi pelakuknya KKB pimpinan Yanus Kogoya," kata Alimin Gwijangge saat dihubungi melalui telepon selulernya dari Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, pukul 11.30 WIT, Senin malam, 3 Desember 2018 sepeti dikutip dari kabarpapua.co.

Alimin mengaku saat ini pihaknya berada di Kenyam dan terus melakukan koordinasi dan menggali informasi terkait kejadian itu.

Tapi dari informasi yang dia dapat hingga Senin malam, 3 Desember 2018 jenazah para korban belum dievakuasi dan masih berada di tempat kejadian.

Menurut Alimin, para tenaga kerja dari perusahaan itu telah terbagi di tiga tempat berbeda, diantaranya di lokasi Kali Yigi, Kali Irigi dan Kali Aorak.

 

6 dari 8 halaman

5. Korban Pembunuhan Belum Terevakuasi

Pascapembunuhan dan penembakan 31 pekerja PT Istaka Karya, situasi di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua, dikabarkan masih dalam kondisi mencekam.

Kapendam Cendrawasih, Kolonel Infanteri Muhammad Aidi, kepada Liputan6.com, Selasa (4/12/2018) mengatakan, para korban bahkan belum bisa dievakuasi dari lokasi penembakan di proyek pembangunan Jembatan Kali Yigi dan Kali Aurak.

“Korban belum bisa dievakuasi,” ucap Aidi.

Namun, Kolonel Aidi menegaskan, pihaknya sudah bergerak ke lokasi penembakan dan terus memburu pelakunya. Sebagai informasi, untuk bisa ke lokasi perlu waktu 12 jam dari Wamena.

“Kamis sudah bergerak, tapi belum ada laporan dari dalam, untuk mekanisme gerakan sebaiknya tidak usah dipublikasikan,” ungkap Aidi.

 

7 dari 8 halaman

6. Pernah Didatangi Jokowi

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengakui lokasi pembunuhan puluhan pekerja pembangunan jembatan di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua sebagai zona merah.

"Ini kejadiannya di Kabupaten Nduga, di kabupaten yang dulu memang warnanya merah. Saya pernah ke sana," ujar Jokowi usai membuka Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia) di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Selasa (4/12/2018).

Presiden pun langsung memerintahkan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk mengecek peristiwa tersebut.

"Karena ini masih simpang siur. Di Nduga itu sinyal nggak ada. Jadi ini masih dikonfirmasi dulu ke sana apakah betul kejadiannya seperti itu," tutur Jokowi.

Mantan Wali Kota Solo itu menuturkan, pembangunan infrastruktur di tanah Papua memang tidak mudah. Selain medannya sulit, pembangunan di Papua juga kerap mendapat gangguan keamanan yang dilakukan kelompok kriminal bersenjata (KKB).

Meski begitu, pemerintah memastikan pembangunan infrastruktur di Papua tetap berlanjut. Pemerintah juga telah melibatkan aparat keamanan dari TNI-Polri untuk mengawal proses pembangunan di sana.

"Pembangunan infrastruktur di tanah Papua tetap berlanjut. Kita tidak akan takut oleh hal-hal seperti itu," tegas Jokowi.

 

8 dari 8 halaman

7. Telepon dan Kronologi Kejadian

Sebelumnya pada Sabtu 1 Desember 2018 sekitar pukul 20.30 WIT, Project Manager PT Istika Karya paket pembangunan jembatan Habema-Mugi, Cahyo mendapat telepon dari nomor yang biasa dipegang oleh Koordinator lapangan PT Istaka Karya bernama Jhoni. Namun, Cahyo tidak paham dengan maksud pembicaraan orang yang menelepon tersebut.

Terakhir PPK Satker PJN IV PU Binamarga wilayah Habema-Kenyam bernama Monang Tobing menghubugi Jhoni melalui pesan singkat pada tanggal 30 November 2018.

Sementara itu, informasi dari pos Satgaspamrahwan 755/Yalet di Napua-Wamena bahwa Tanggal 30 November 2018 pukul 04.00 Wit tercatat 1 mobil ran strada dengan sopir berinisial MS dengan muatan BBM Solar milik PT Istaka Karya menuju Camp Istaka Karya di Distrik Yigi dengan membawa 5 orang pegawai dan tiba kembali di Wamena pada pukul 18.30 WIT.

Selanjutnya pada 1 Desember 2018 pukul 02.00 WIT tercatat 2 mobil menuju ke Camp Distrik Yigi dengan masing-masing membawa 15 orang pekerja proyek dari PT Istaka Karya.

Pada 2 Desember 2018, pukul 20.00 WIT 1 mobil Strada kembali ke Wamena dan pada Senin 3 Desember 2018 1 mobil Strada kembali lajuran dari Wamena ke Distrik Mbua Kabupaten Nduga.

Dari informasi yang didapat, 1 mobil Strada yang membawa 15 orang pekerja proyek dari PT Istaka Karya belum kembali ke Wamena.

"Mendapat informasi tersebut pada hari Senin 3 Desember 2018 pukul 15.30 WIT, personel gabungan Polri dan TNI yang dipimpin Kabag Ops Polres Jayawijaya AKP. R.L. Tahapary bergerak dari Wamena menuju Distrik Yigi Kabupaten Nduga," ujar Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Ahmad Musthofa Kamal.

Namun, kata dia, saat tiba di kilometer 46, tim bertemu dengan salah 1 mobil dari arah Distrik Bua dan menyampaikan untuk tim segera balik karena jalan di blokir oleh KKB.

Tindakan kepolisian yang dilakukan saat ini, kata dia, yakni menerima laporan, melakukan koordinasi dengan pihak terkait, melakukan pengecekan tentang informasi tersebut.

"Saat ini personil gabungan TNI/Polri telah diterjunkan untuk mengecek informasi tersebut dan selalu siap melakukan evakuasi terhadap para korban dan menangkap para pelaku," tandas Ahmad Musthofa.