Sukses

Teror di Papua, Moeldoko Jawab Tudingan Fadli Zon Sebut Pemerintah Gagal

Peristiwa ini menjadi salah satu bukti betapa pentingnya pelibatan ekstra aparat keamanan di Papua. Pasalnya, Papua memiliki medan yang khusus.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua DPR Fadli Zon angkat bicara terkait pembunuhan 31 pekerja proyek PT Istaka Karya yang sedang membangun jembatan distrik di Kali Yigi-Kali Aurak, Kabupaten Nduga, Papua. Menurut dia, kejadian itu bagian dari aksi teror gerakan separatis.

Dia pun menilai pemerintah gagal dalam memberantas gerakan separatis di kawasan tersebut. "Pemerintah telah gagal memberangus mereka dan menjamin keamanan warga negara kita sendiri," kata Fadli di dalam keterangan tertulisnya, Rabu (5/12/2018).

Menurut Fadli, ini bukan kali pertama gerakan separatis melakukan teror dalam bentuk penembakan. Kata dia, kejadian yang sama pernah juga terjadi pada November 2017.

"Sebelumnya tahun lalu ada penyanderaan oleh teroris separatis ini pada November 2017. Pernah terjadi penembakan terhadap empat pekerja di wilayah Sinak, Papua. Rentetan peristiwa ini perlu respons tegas dari pemerintah," ungkapnya.

Peristiwa ini menjadi salah satu bukti betapa pentingnya pelibatan ekstra aparat keamanan di Papua. Pasalnya, Papua memiliki medan yang khusus.

"Karena itu, pengerjaan proyek di Papua semestinya juga mendapat pengawalan keamanan ekstra. Dalam hal ini, pemerintah bisa melibatkan TNI dalam pengawalan kegiatan pembangunan di Papua," ujarnya.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini menjelaskan, kelompok separatis di Papua tidak hanya piawai menggunakan senjata. Mereka juga lihai melakukan upaya diplomasi terhadap negara lain untuk bisa memberikan dukungan pada Papua Merdeka.

"Mereka menyebarkan hoaks terkait pelanggaran hak asasi manusia. Counter dari pemerintah sangat minimalis. Sebagai contoh, di Inggris mereka berhasil meyakinkan sejumlah anggota parlemen Inggris, khususnya dari Partai Buruh, untuk mendukung Papua Merdeka," tuturnya.

Fadli mengingatkan, pemerintah dan aparat penegak hukum untuk tegas dan proaktif terhadap penanganan masalah di Papua.

"Selain dibutuhkan ketegasan tindakan aparat keamanan di lapangan, sikap diplomasi pemerintah terhadap isu Papua juga harus lebih ofensif. Ini salah satu catatan penting," ucapnya. 

2 dari 2 halaman

Moeldoko: Pemerintah Tegas

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyatakan pemerintah mengutuk keras peristiwa yang terjadi di Nduga.

"Ini bukan hanya aksi kriminal biasa. Ini aksi terorisme oleh Organisasi Papua Merdeka,” kata Moeldoko di Bina Graha Kantor Staf Presiden, Rabu, 5 Desember 2018.

Panglima TNI 2013-2015 itu menyatakan, pemerintah bergerak cepat untuk memulihkan keamanan di Papua agar pembangunan di Papua tetap dilanjutkan. 

"Karena ini adalah upaya membuka infrastruktur daerah tertinggal yang menjadi visi Presiden Jokowi," kata Moeldoko.

Ditegaskan pula bahwa TNI dan Polri akan melindungi warga sipil asli Papua maupun pendatang dari gangguan kelompok ini.

Selain penembakan di Nduga, penyerangan juga terjadi terhadap pos pengamanan TNI di Distrik Mbua, Nduga, pada Senin, 3 Desember 2018 yang mengakibatkan seorang anggota TNI, Sersan Handoko, meninggal dan satu lagi terluka tembak. Moeldoko berharap TNI dan Polri tak perlu terprovokasi dengan kejadian ini.

"Tetaplah berlaku profesional dan proporsional. Jangan terpancing melakukan aksi balas dendam. Tunjukkan bahwa prajurit dan Bhayangkara akan menjaga dan mengawal pembangunan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan masyarakat Papua," ungkap peraih bintang Adhi Makayasa 1981 itu.

 

Reporter: Sania Mashabi

Sumber: Merdeka.com