Liputan6.com, Jakarta Perdebatan yang cukup sengit terjadi antara Politikus PAN Dedi Gumelar alias Miing dengan pengamat politik yang juga mantan relawan Jokowi, Boni Hargens.
Boni Hargens yang kini menjadi Komisaris salah satu BUMN pun tak ayal menjadi sorotan. Ternyata yang diperdebatkan adalah soal politik identitas yang ikut membahas Reuni Akbar 212.
Baca Juga
.
Advertisement
Dedi Gumelar melontarkan sejumlah pujian terhadap Reuni Akbar 212 yang menurutnya berjalan tertib, berbudaya, dan tidak meninggalkan sampah.
"Itulah budaya, itulah martabat, jadi apa lagi yang kita bahas soal ini," kata Dedi Gumelar. Lebih lanjut, Dedi Gumelar menyebut jika Reuni Akbar 212 muncul karena adanya ketidakadilan.
"Saya ingin menjelaskan ketidakmengertian mengapa mereka (massa) datang. Peristiwa tersebut katarsis dari ketidakadilan, mereka menyatakan satu suasana batin yang sama sebagai umat Islam Indonesia. Kalau ada politik identitas ya wajar saja," kata Dedi Gumelar merespons pernyataan soal identitas politik yang sempat disinggung Boni Hargens dalam acara ILC di tvOne, Selasa malam, 4 Desember 2018.
Sebelumnya Boni Hargens menjelaskan bahwa banyak hal yang dipolitisasi di Indonesia termasuk agama. Hal itu juga bisa tampak dalam Reuni 212 yang menurut Boni Hargens justru sangat kental dengan kampanye dukungan terhadap Prabowo-Sandiaga. Namun atas pernyataan Dedi itu, Boni Hargens lalu menginterupsi dengan mengatakan bahwa dia tak merasa mengatakan bahwa politik identitas salah namun sayangnya politisasi sudah kebablasan.
"Politik identitas tidak masalah bos namun politisasi identitas yang kebablasan, semua dipolitisasi cara duduk cara berdiri lama-lama cara kencing juga dipolitisasi," kata Boni Hargens dalam kesempatan yang sama.
Namun Dedi kemudian membantah bahwa panitia bukan dari kalangan politisi. Boni Hargens lalu setuju dengan ucapan Dedi, namun ia menyebutkan bahwa ada simbol politik di sana berupa gambar Prabowo dan spanduk yang diasumsikan sudah masuk wilayah kampanye.
Menanggapi pernyataan tersebut, Dedi Gumelar protes kepada Karni Ilyas.
"Bang Karni jangan panjang-panjang dong, eh Bro jatah orang jangan diambil habis-habisan," ujar Dedi disambut tepuk tangan riuh di studio.
Boni Hargens pun terus melanjutkan omongannya dan melebar ke pemilihan Dedi sebagai anggota dewan. Hal itu kemudian membuat Dedi yang dahulu berlabuh di PDIP itu meminta agar dia tidak dipotong waktu bicaranya. Bahkan sempat mencoba merebut kesempatan dengan menyebut apakah dia perlu meninggalkan acara tersebut.
"Jatah saya jangan diambil dong, pak Karni saya boleh pulang enggak," kata Dedi Gumelar.
Mendengar permintaan dari Dedi, Karni Ilyas dan Aa Gym yang hadir di sana memberi peringatakan kepada Boni Hargens agar tidak menyerobot terlalu lama penjelasan narasumber lain.
Profil Singkat dan Sepak Terjang Boni Hargens
Boni Hargens lahir di Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Nama Boni Hargens mulai tenar setelah ia sering muncul sebagai pengamat politik dari UI yang tampil di berbagai forum diskusi. Pendapat-pendapatnya cukup berani dan kritis.
Dalam profil di media sosialnya yakni Facebook, Boni Hargens menulis ia pernah menuntut ilmu di Universitas Indonesia, Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, dan Universitas Humboldt di Berlin.
Sedang di kolom pekerjaan, Boni Hargens menulis bekerja di Universitas Indonesia, Lembaga Pemilih Indonesia, dan di Parrhesia Institute. Di media sosial ini terdapat foto-fotonya saat tampil sebagai pengamat di sejumlah acara televisi dan artikel-artikelnya di media cetak.
Pada masa Pilpres 2014, Boni Hargens merapat ke kubu Jokowi dengan menjadi koordinator Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara-JP). Pada 22 November 2016, Boni Hargens sempat menjadi berita karena mengunggah foto pernikahan KH Ma’aruf Amin dengan seorang wanita muda dengan tulisan "Kami ucapkan selamat kepada Bapak Wakil Ketua MUI Ma'ruf Amin yang berusia 73 tahun. Hari ini menikahi wanita cantik Wury Estu Handayani, yang berusia 30 tahunan semoga kedua mempelai berbahagia dan langgeng sampai akhir hayat. Amin Yra."
Tak pelak, Boni Hargens pun segera diserang netizen mengenai motivasinya mengunggah foto, yang ternyata foto lama itu, di tengah situasi nasional yang agak panas. Akhirnya Boni Hargens menghapus foto itu dan meminta maaf. Boni Hargens menyebut foto itu terposting karena kepencet.
”Saya minta maaf untuk salah teknis terkait foto nikah pimpinan MUI. Foto msk ke HP saya dari WA yang dikirim Bung Bithor. Kepencet 'share' saat mau disave," tulis Boni hargens di Twitter.
Advertisement
Sering unggah hal kontroversi
Pada 1 Desember 2016, Boni dilaporkan kader Partai Demokrat karena pernyataannya bahwa SBY adalah dalang aksi damai 4 November 2017 (Aksi 411) yang didapat dari hasil korupsi selama 10 tahun. Namun tidak diketahui lebih lanjut bagaimana ujung pelaporan itu.
Pada April 2017 seiring dengan kekalahan Ahok dalam Pilgub DKI Jakarta 2017, Boni Hargens menulis di Twitter, ”Kemenangan ini spt pil yg diberikan pada anak super autis. Biar adem aja. Tapi tak akn menyembuhkn autisme dlm sekejap.#Salam Jakarta baru#."
Kicauan Boni Hargens ini pun mendapat serangan netizen karena dianggap menyinggung pengidap autis. Boni Hargens kemudian menghapus postingan itu.
Boni Hargens kembali menjadi obrolan netizen atas kehadirannya dalam acara talkshow di TVOne dengan tema Perppu Ormas pada Senin (10/7/2017) pagi. Penampilan Boni Hargens yang mengusap-usap hidung disertai gerakan menyedot disebut netizen dekat dengan “sakau”.
Saat itu, Boni Hargens menyangkal semua tudingan itu. Boni Hargens mengaku tak pernah menyentuh narkoba sepanjang hidupnya. Boni Hargens juga mengaku saat menghadiri undangan talkshow itu ia dalam kondisi tidak sehat karena menderita hipokalsemia atau penyakit kadar kalsium darah rendah.
Boni Hargens menyebut dirinya telah sakit seperti itu sejak dua pekan dan dirawat di RSPAD Gatot Soebroto. Bono Hargens nekat memenuhi undangan talkshow karena temanya tentang Perppu Ormas yang menurutnya sangat penting.