Sukses

4 Fakta Keji yang Dilakukan KKB pada Pekerja Trans Papua

Kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua menembaki para pekerja Trans Papua yang tak berdaya seperti tawanan perang.

Liputan6.com, Jakarta - Trauma, kondisi inilah yang tengah dirasakan keempat pekerja PT Istaka Karya setelah berhasil lolos dari pembantaian maut yang dilakukan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua.

Para korban dievakuasi dari Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua, Selasa, 4 Desember 2018 menggunakan heli milik TNI AU dari Distrik Mbua. Mereka adalah Jimmi Aritonang, Martinus Sampe Pauliling, Ayub, dan Jefri.

Aparat juga mengevakuasi enam petugas Puskesmas Mbua dan dua guru SMP.

Guna proses pemulihan, tiga di antaranya dibawa ke RSUD Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Saat ditemukan mereka mengalami luka tembak di bagian lengan dan kaki.

Keempatnya selamat setelah berpura-pura mati saat diberondong tembakan oleh 50 orang anggota KKB.

"Sebagian pekerja tertembak mati di tempat, sebagian lagi pura-pura mati terkapar di tanah," ungkap Kapendam XVII/Cendrawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi dalam keterangannya, Rabu, 5 Desember 2018.

Berikut ini cerita kekejaman yang berhasil diungkap para pekerja proyak Trans Papua yang selamat dari pembantaian:

2 dari 5 halaman

1. Kamp Pekerja Didatangi KKB saat Libur

Jimmy Aritonang, salah satu korban kekejaman KKB di Kabupaten Nduga yang lolos dari maut. Pascaperistiwa tersebut, salah satu pekerja PT Istaka Karya ini mulai memberanikan diri menceritakan kisah mengerikan yang baru dilaluinya.

Sabtu, 1 Desember 2018, dia dan puluhan pekerja jembatan dan jalan Trans Papua memutuskan untuk tidak bekerja. Karena hari itu diklaim kelompok separatis sebagai HUT Organisasi Papua Merdeka (OPM) dengan dimeriahkan upacara bakar batu bersama masyarakat.

"Sekitar pukul 15.00 WIT, KKB mendatangi kemah PT Istaka Karya dan memaksa seluruh karyawan yang berjumlah 25 orang keluar. Mereka digiring dengan tangan terikat menuju Kali Karunggame dengan dikawal 50 orang pasukan KKB dengan senjata campuran standar militer," jelas Kapendam XVII/Cendrawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi yang menceritakan kembali kesaksian Jimmy.

3 dari 5 halaman

2. Pura-Pura Mati

Saat digiring keluar kamp dengan ditodong senjata militer, ketakutan menyelimuti para pekerja. Mereka tak bisa melawan dan hanya mampu mengikuti perintah.

Pada 2 Desember 2018, pukul 07.00 WIT, seluruh pekerja dibawa berjalan kaki dalam keadaan tangan terikat menuju Bukit Puncak Kabo. Mereka dipaksa berbaris dengan formasi lima saf dalam kondisi jalan jongkok.

Melihat korbannya tak berdaya, KKB yang kegirangan menari-nari sambil meneriakkan suara hutan khas pedalaman Papua. Tiba-tiba rentetan peluru ditembakkan ke arah para pekerja bak tawanan perang. Jenazah pun bergelimpangan.

"Sebagian pekerja tertembak mati di tempat. Sebagian lagi pura-pura mati terkapar di tanah," kata Aidi.

4 dari 5 halaman

3. Tertangkap dan Digorok

Melihat korbannya tewas, kelompok bersenjata ini melanjutkan perjalanan menuju bukit Puncak Kabo.

Tanpa mereka ketahui, ada 11 pekerja Trans Papua yang pura-pura mati tertembak. Salah satunya adalah Jimmy Aritonang.

Kesebelas ini lalu berusaha bangkit dan melarikan diri. Namun, aksi mereka tepergok oleh KKB lalu dikejar. Lima orang tertangkap dan digorok, sementara enam lainnya berhasil melarikan diri ke arah Mbua.

Saat ini, dua orang di antaranya belum ditemukan. Jimmy bersama tiga rekannya berhasil lolos dan selamat.

5 dari 5 halaman

4. KKB Serang Pos TNI

Pelarian Jimmy dan ketiga rekannya ternyata belum aman. Kelompok yang diduga didalangi Egianus Kokogaya ini mengejarnya hingga ke Distrik Mbua.

Pada 3 Desember 2018 sekitar pukul 05.00 Wit, mereka nekat menyerang Pos TNI 755/Yalet tempat para korban diamankan. Mereka menggunakan senjata standar militer campuran, berikut panah dan tombak.

Serangan diawali dengan pelemparan batu ke arah pos. Salah seorang anggota Yonif 755/Yalet atas nama Serda Handoko yang membuka jendela tertembak dan meninggal dunia. 

"Karena situasi tidak berimbang dan kondisi medan yang tidak menguntungkan, maka pada 4 Desember pukul 01.00 WIT, Danpos memutuskan untuk mundur mencari medan perlindungan yang lebih menguntungkan. Saat itulah salah seorang anggota atas nama Pratu Sugeng tertembak di lengan," ucap Kapendam XVII/Cendrawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:Â