Liputan6.com, Jakarta - Indeks Kota Toleran (IKT) yang dikeluarkan Setara Institute menyebut Jakarta masuk kota tiga besar toleransi terendah di Indonesia. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan angkat bicara mengenai IKT tersebut.
Anies meminta Setara Institute membuka data kuesioner dalam survei Indeks Kota Toleran 2018.
"Saya ingin baca nanti studinya, studi apapun kita harus baca supaya kita ketahui dan saya menganjurkan kepada Setara untuk mengumumkan daftar pertanyaannya kepada publik, kuesionernya, seluruh kuesionernya," kata Anies di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu 8 Desember 2018.
Advertisement
Menurut Anies, publikasi daftar pertanyaan survei kepada publik penting, sebab kemungkinan daftar pertanyaan sengaja disusun untuk mengarah pada satu jawaban tertentu.
"Karena bisa saja pertanyaan itu disusun untuk mendapatkan jawaban tertentu. Misalnya gini, Anda seorang muslim, saya tanya apakah Anda salat 5 waktu? Cenderung menjawab iya, betul kan. Jadi pertanyaannya pun juga harus diuji," ujar Anies.
Selain itu, mantan Mendikbud itu meminta ahli statistik lain ikut menghitung indeks yang dikeluarkan Setara mengenai kota toleran, apakah valid atau tidak.
"Dan saya mengundang kepada para ahli statistik, ahli pengukuran ilmu sosial untuk mereview instrumennya, memastikan bahwa validitas, reabilitas dalam instrumen itu valid," kata Anies.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Kota Toleran
Sebelumnya, Ketua Setara Intitute Hendardi menilai, Jakarta perlu belajar dari tetangganya yakni Bekasi yang masuk 10 besar kota paling toleran. Penilaian tertinggi indeks kota toleran (IKT) adalah Kota Singkawang, Kalimantan Barat.
Sembilan kota lain yang toleransi tinggi adalah Salatiga, Pematang Siantar, Manado, Ambon, Bekasi, Kupang, Tomohon, Binjau dan Surabaya.
Menurutnya, Jakarta dan Bekasi memiliki kesamaan yakni warga yang heterogen.
"Betul harus belajar dari Bekasi, sebagai penyangga Jakarta. Ini menarik, penting pengembangan studi terhadap bekasi kota penyangga yang heterogen, yang enggak beda dengan Jakarta tapi bisa menjadi masuk 10 kota toleran. (Jakarta) harus banyak belajar," ucap Hendardi.
Hendardi mengatakan, penyebab Jakarta masuk 10 besar Kota toleransi terendah karena Jakarta adalah pusat politik dan kekuasaan.
"Masih banyak hambatannya, Anda tahulah berbagai aksi aksi dan sebagainya yang berbendera politik identitas masih sering terjadi di Jakarta," ucap dia.
Â
Advertisement