Liputan6.com, Jakarta Lapangan Pasar Ciampea, Desa Benteng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, tampak ramai pengunjung pada Sabtu (8/12/2018). Ratusan masyarakat, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga orangtua memenuhi lapangan yang sore itu diguyur hujan.
Masyarakat ingin menghabiskan malam Minggu dengan menikmati pagelaran wayang golek atau wayang sunda. Wayang golek yang populer dengan tokoh Cepot pada malam itu melakonkan kisah 'Sasrajingga Ngadeg Raja'.
Pagelaran itu sendiri digelar dalam rangka Sosialisasi Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika atau Empat Pilar MPR. Sebagai kegiatan yang digelar oleh MPR, hadir dalam acara itu anggota MPR dari Fraksi Demokrat Anton S. Suratto, Kabiro Humas Setjen MPR Siti Fauziah, serta Kepala Bagian Pemberitaan, Hubungan Antar Lembaga, dan Layanan Informasi Biro Humas Setjen MPR Muhammad Jaya. Sementara itu, dari pihak tuan rumah hadir Kapolsek Gunung Putri, Danramil Ciampea, Camat Ciampea, dan Kepala Desa Benteng.
Advertisement
Kepada masyarakat, Anton S. Suratto mengatakan bahwa dirinya hadir di Ciampea untuk menyampaikan Sosialisasi Empat Pilar. Sosialisasi itu, imbuhnya, dilakukan dengan beragam metode.
"Di antara metode itu adalah lewat pagelaran seni budaya. Selain sosialisasi, kita ingin memberdayakan budaya bangsa," ujar Anton.
Ia menyebutkan pagelaran seni budaya yang pernah digunakan untuk sosialisasi adalah wayang kulit, ludruk, reog, wayang golek, dan seni budaya lainnya.
Siti Fauziah dalam sambutannya mengatakan, pagelaran seni budaya wayang golek diharapkan dapat menghibur masyarakat. Di Ciampea diakui masih banyak yang menggemari wayang golek.
"Untuk itulah MPR menyosialisasikan Empat Pilar lewat pentas ini," ucapnya.
Siti menjelaskan, sosialisasi lewat pentas seni budaya digelar sesuai dengan budaya setempat. Contonya, di Riau, Sumatera, sosialisasi dilakukan lewat puisi, pantun, dan gurindam.
Menurutnya, pentas seni budaya digunakan untuk sosialisasi karena banyak tuntunan, filosofi, pesan, dan ajakan kebaikan dalam kehidupan dari masyarakat lokal atau adat.
Pagelaran wayang golek itu sendiri sangat istimewa karena dibawakan oleh dua dalang, yakni Ujang Bukhari dan Ogi S Permana. Kisanya menceritakan penggalan Babad Mahabarata, gonjang ganjing di Kerajaan Astina akibat perseteruan Pandawa dengan Kurawa.
Di tengah serunya jalan cerita, terjadi dialog antara Cepot dengan Anton. Dalam dialog, Cepot bertanya, apa yang dimaksud Sosialisasi Empat Pilar? Mendapat pertanyaan dari ikon wayang golek yang berwujud sosok dengan gigi satu di depan dan menggunakan blangkon, Anton bahwa menjawab sosialisasi merupakan amanat UU MD3 yang menugaskan MPR untuk memasyarakatkan Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Kepada Cepot, Anton memaparkan sejarah perjalanan bangsa yang dimulai dari 1908, 1928, hingga Indonesia merdeka pada 1945.
"Kita merdeka untuk bersatu dalam NKRI," kata dia.
(*)