Sukses

Keris, Benda Pusaka Bernilai Estetika

Keris masa kini tak lagi hanya sebagai aksesoris atau ageman. Keris menjadi simbol budaya atau koleksi yang dinilai dari segi estetika.

Liputan6.com, Madura: Keris. Senjata jenis belati ini pada fase lampau kerap berfungsi sebagai alat duel. Misalnya saja riwayat kerajaan Singasari yang tak lepas dari kisah keris Empu Gandring. Senjata pusaka yang dikenal karena kutukannya memakan korban dari kalangan elite kerajaan. Termasuk, pemesan dan pemakainya sendiri, Ken Arok.

Keris masa kini tak lagi hanya sebagai aksesoris atau ageman. Keris menjadi simbol budaya atau koleksi yang dinilai dari segi estetika. Kekuasaan kerajaan Majapahit ikut mempengaruhi penyebaran penggunaan keris. Sumber inspirasi pembuatan keris dapat ditemukan di peninggalan Perundagian dari kebudayaan Dong Son dan Tiongkok Selatan.

Kebudayaan Dong Son merupakan kebudayaan zaman perunggu yang berkembang di lembah Song Hong, Vietnam. Kajian ilmiah perkembangan bentuk keris kebanyakan didasarkan pada analisis figur di relief candi atau patung. Keris modern masa kini diyakini terinspirasi bentuk keris era Majapahit.

Relief salah satu candi Majapahit di Candi Penataran, Blitar, Jawa Timur, menunjukkan bagian hulu senjata yang tidak simetris dan bilah langsing itu menunjukkan ciri keris modern. Relief paling mencolok tentang keris terdapat di Candi Sukuh, Karanganyar, Jawa Tengah.

Salah satu pusat pengerajin keris terdapat di Sumenep, Madura. Pulau yang tak lepas dari pijakan Majapahit di masa lampau. Pembuatan keris disini merupakan warisan turun temurun. Salah satunya di Desa Palongan, Kecamatan Bluto. Wilayah ini sudah dikenal puluhan tahun sebagai sentra pembuat keris. Denting logam dan suara pahat beradu palu menjadi irama sehari-hari.

Basiriansyah misalnya. Sejak remaja, ia sudah menjadi pembuatan keris. Dalam sehari minimal ia membuat dua bilah keris. Bila ada pesanan ia bahkan sanggup menyelesaikan sepuluh keris. Soal harga, keris di sini biasa dibandrol Rp 500 ribu. Harga itu akan melonjak tergantung pamor keris. Jika ukiran dilapisi emas, harga keris bisa mencapai puluhan juta rupiah. Keris Madura tipe produksi massal.

Tak ada ritual. Tak ada pantangan. Keris dibuat sesuai permintaan pasar. Di sini, tradisi keris dibuat lebih instan meski metode pembuatan masih menggunakan cara tradisional. Bagi masyarakat Madura, keris tak sekadar benda pusaka yang kental nilai historis. Namun juga dianggap memiliki Abinan atau kekuatan magis.

Salah satu turunan pembuat keris di era Majapahit yaitu Sungkowo Harum Brojo. Kakek buyutnya adalah Ki Empu Tumenggung Supodriyo. Bila dirunut berdasarkan garis silsilah Sungkowo mengaku adalah keturunan ke 17. Sungkowo mulai membuat keris 1995 silam. Kepiawaiannya membuat keris diwarisi adik ayahnya, Ki Empu Djeno Harum Brojo.

Untuk membuat sebilah keris, setidaknya dibutuhkan waktu sekitar 40 hari. Seorang pemesan pun tak bisa langsung mendapatkan keris yang diminati dalam waktu dekat. Adakalanya, pelanggan harus menunggu satu hingga dua tahun untuk mendapat keris pesanannya. Tak hanya dari Tanah Air, pesnan juga dari Luar Negeri. Ada dari Amerika, Jerman, Prancis, Belanda, Spanyol, Jepang dan Venezuela.

Pemesannya juga dari berbagai kalangan seperti, politisi, pengusaha, jenderal hingga duta besar. Keris buatan Empu Sungkowo memang terkenal dan dihargai tinggi. Sebuah keris bisa dibandrol mencapai puluhan juta rupiah. Harga sebilah keris bisa meningkat berlipat-lipat jika sang pemesan menginginkan keris tersebut berlapis emas dan bertatahkan intan permata.

Sungkowo adalah empu sejati. Totalitasnya membuat keris dihargai lebih dari sekadar sebilah senjata tajam. Keris Empu Sungkowo merupakan kesempurnaan gairah budaya yang panjang. (APY/vin)

    Video Terkini