Sukses

Temui JK, MER-C Laporkan Progres RS Persahabatan Indonesia di Myanmar

MER-C menyatakan, pembangunan sudah mencapai sekitar 80 persen dan akan diresmikan pada Februari 2019.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla menerima Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) di kantornya, Jalan Merdeka Utara, Jakarta Pusat. Presidium MER-C Sarbini Abdul Mirad menjelaskan, pertemuan tersebut membahas mengenai progres rumah sakit Indonesia untuk Myanmar di Myaung Bwe, Mrauk U, Rakhine State.

Sarbini menjelaskan, pembangunan rumah sakit tersebut adalah bentuk bantuan dari Indonesia untuk negara yang berkonflik.

"Kita barusan ketemu Pak Wapres melaporkan pogres pembangunan rumah sakit Indonesia di Myanmar atau Rumah Sakit Persahabatan Indonesia-Myanmar," kata Sarbini usai bertemu JK di Kantor Wapres, Jalan Merdeka Utara, Kamis (13/12/2018).

Sarbini menjelaskan, rumah sakit tersebut sudah hampir rampung. Pembangunan sudah mencapai sekitar 80 persen dan akan diresmikan pada Februari 2019.

Dia mengatakan, rumah sakit tersebut adalah bentuk simbol dari pluralisme Indonesia. Rumah sakit tersebut adalah bentuk bantuan dari rakyat Indonesia yang diwakili oleh Walubi, MER-C, dan PMI.

Dia juga menjelaskan JK pun mendukung terkait bangunan rumah sakit di Myamar. Salah satunya, JK sebagai ketua PMI akan menawarkan water treatment untuk membantu masalah terkait air jernih di sana.

"Sebab PMI punya alat sarana dan skil untuk di sana," kata Presidium MER-C ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Fasilitas Rumah Sakit

Sarbini menuturkan, ada beberapa kendala untuk membangun rumah sakit tersebut. Namun kendala tersebut dapat teratasi.

Dia menjelaskan, dalam rumah sakit tersebut terdapat beberapa fasilitas yaitu 32 tempat tidur seperti layaknya puskemas di Indonesia.

Tidak itu kata Ahyahudin Sodri dari ketua Tim Pengadan Alat Kesahatan RS Indonesia-Myanmar menambahkan, rumah sakit tersebut terdiri dari ruang radiologi serta ruang bedah. Penangan medis juga dilakukan oleh pihak Myanmar. Namun tidak menutup kemungkinan dokter Indonesia akan bergabung.

"Kita coba apakah ada tenaga medis dari kita juga. Akhirnya ada sharing, atau ada pelatihan kita bawa kemari. Untuk melihat bagaimana dokter-dokter Indonesia menangani pasien tanpa diskriminasi. Tanpa ada perbedaan agama dan kita harus pegang dengan pluralisme Indonsia, Bineka Indonesia filosofisnya itu," kata Ahyahudin.

 

 

Reporter: Intan Umbari Prihatin

Sumber: Merdeka.com