Liputan6.com, Jakarta Suasana mencekam di kawasan pertokoan Arundina, Ciracas, Jakarta Timur, berangsur tenang. Tak ada lagi kegelisahan seperti beberapa waktu lalu, ketika ratusan pria bertubuh tegap mondar-mandir dengan sorot mata yang tajam.
Saat itu, mereka mengawasi gerak-gerik juru parkir yang diduga sebagai pelaku pengeroyokan anggota TNI di Ciracas. Ada beberapa nama yang diduga sebagai pengeroyok perwira pertama TNI AL tersebut.
Semuanya merupakan wajah lama yang sudah karib menagih uang parkir kepada setiap pengunjung toko di Arundina, Ciracas. Namun sejak digeruduk ratusan orang berpostur cepak dan tegap, keberadaan juru parkir mulai tiarap.
Advertisement
Pantauan Liputan6.com di lokasi, tak ada seorang pun juru parkir yang berani nangkring di depan pertokoan Arundina, Ciracas. Padahal biasanya, pada lahan seluas 300 meter persegi itu ada sekitar 7-8 orang juru parkir yang siap berbagi tugas.
Seorang warga Ciracas, Wawan (35), mengaku heran dengan pemandangan yang terjadi sekarang. Bahkan ia sempat garuk-garuk kepala karena tak menemukan juru parkir yang biasa menagihnya uang seusai berbelanja.
"Aneh juga sih enggak ada tukang parkir. Padahal biasanya banyak banget yang nongkrong di sini. Malah kadang, sudah kasih (uang parkir), eh enggak lama temannya minta lagi," katanya.
Dulu, keberadaan juru parkir di Arundina Ciracas memang ibarat jamur di musim hujan. Jika ada satu kelompok yang pergi, kelompok baru langsung mengisi pos untuk menjadikannya lahan komersial.
Hal ini wajar, mengingat kawasan pertokoan tersebut menjadi salah satu yang paling ramai sejak pagi hingga malam hari.
"Dulu biasanya yang tua-tua jaga di sini. Sekarang kan anak muda tuh. Cuma gara-gara kasus kemarin (pengeroyokan TNI) kayaknya pada menghilang," ucap Wawan.
"Tapi bagus sih. Soalnya kadang baru ditinggal sebentar saja mau ke ATM (ambil uang) eh jukirnya sudah tagih. Padahal ATM-nya rusak enggak jadi ambil uang," ia menambahkan.
Â
Mirip Jelmaan Preman
Warga lain, Rizky (29), juga punya pengalaman kurang mengenakkan dengan juru parkir di kawasan Arundina Ciracas. Selain menimbulkan keresahan, keberadaan juru parkir juga dianggapnya mirip-mirip jelmaan preman.
Pasalnya, para juru parkir terkesan sering memaksa jika tak diberi bayaran.
"Saya pernah lagi mau beli bubur, saya padahal duduk di motor sambil menunggu pesanan. Pas mau jalan, eh ditagih sama tukang parkir. Ya saya tolak-lah, habis itu dia malah ngotot, ya saya ngotot-in balik," keluh Rizky.
"Pas saya bilang anak komplek sini, baru tukang parkirnya diam. Ya walau masih ngedumel. Terus berlagak macam preman," paparnya.
Rizky menduga keberanian para juru parkir untuk meminta uang dengan sedikit memaksa, lantaran mereka merasa sudah menguasai wilayah tersebut. Terlebih lagi, beberapa juru parkir merupakan anggota ormas yang terkenal di Jakarta.
"Mereka juga ada yang ikut ormas. Makanya merasa punya backing-an, jadi kalaupun ribut, bakal dibantu. Soalnya pernah juga di sini ribut antar juru parkir, kabarnya rebutan lahan," Rizky mengakhiri.
Advertisement