Liputan6.com, Jakarta - Aktivitas di Polsek Metro Ciracas yang sempat lumpuh akibat dirusak dan dibakar massa, mulai berangsur normal. Pantauan di lokasi, Jumat (14/12/2018), polisi sudah beraktivitas seperti biasa. Pagi tadi, mereka melakukan apel bersama sejumlah personel TNI di Lapangan Polsek Metro Ciracas.
Ruang pelayanan juga telah dibuka. Namun, saat ini hanya satu ruangan yang difungsikan untuk melayani warga membuat Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) dan surat kehilangan. Sebab beberapa ruangan masih dalam proses perbaikan karena rusak akibat dilalap si jago merah.
Sejumlah petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) dan warga turut dilibatkan memperbaiki Polsek Ciracas. Mereka membagi-bagi tugas. Ada yang mengecat dinding, pagar. Ada pula yang membersihkan puing-puing.
Advertisement
Terpisah, Lurah Kampung Rambutan, Dwi Widiastuti mengatakan, pihaknya menerjunkan 15 petugas PPSU untuk membersihkan area Polsek Ciracas agar pelayanan masyarakat berjalan normal kembali.
"Kami tugasnya untuk ngecat, bersih-bersih dan lain-lain. Ini Inisiatif kelurahan sendiri. Kita memang sudah lama bersinergi," ucap Dwi.
Selain itu, Polsek Ciracas juga mendapatkan mobil dan motor operasional yang baru. Kendaraan operasional tersebut terparkir di Lapangan Polsek Ciracas.
Sebanyak 4 unit mobil dinas berwarna putih-biru lengkap dengan sirine terparkir di sisi sebelah kanan lapangan. Sementara, delapan unit sepeda motor diparkir di depan dekat tiang bendera.
Seluruh kendaraan operasional itu masih baru dan terbungkus plastik. Kemudian, beberapa kendaraan juga belum dilengkapi dengan pelat nomor kendaraan.
Kapolsek Ciracas Kompol Agus Widartono mengatakan, mobil dan motor baru untuk mendukung kepolisian dalam melayani masyarakat.
"Mobil dan motor untuk pelayanan masyarakat, semua untuk masyarakat," kata Agus.
Pada malam kerusuhan itu, 4 mobil milik Polres Ciracas dan mobil dinas Polisi Militer hancur. Bahkan, kendaraan dinas Kapolres Jakarta Timur Kombes Tony Surya Putra ikut rusak. Kerusakan akibat dipukul benda tumpul.
Akibatnya kap belakang mobil itu juga penyok sehingga tulisan 'polisi' di mobil itu menjadi miring. Selain bagian kaca, ban depan mobil tersebut juga hancur. Anggota Satlantas menduga kedua ban depan mobil itu ditikam dengan sangkur alias pisau.
Sedangkan Kapolsek Kompol Agus Widartono yang hari ini mulai beraktivitas, sebelumnya sempat menjalani perawatan medis di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.
Agus memimpin apel pagi di Lapangan Polsek Ciracas, Jumat (14/12/2018). Namun, di tangannya masih menempel perban untuk menutup bekas infusan. Di tangan kanan juga masih ada gelang rumah sakit.
Selain memimpin Apel, Agus juga sempat mengobrol sembari minum kopi bersama dengan beberapa anggota TNI.
Agus menjadi korban kekerasan massa yang membakar Polsek Ciracas, Jakarta Timur, pada Rabu, 12 Desember 2018 dini hari. Dia pun sempat bermalam satu hari di RS Polri untuk mendapat perawatan.
Sementara saat ini, Agus mengatakan, kondisinya telah membaik.
"Sehatlah saya, sudah berikan pelayanan, kalau berikan pelayanan kan sudah pasti sehatlah," kata dia.
Menurut dia, dirinya sekarang fokus melayani masyarakat. "Kondisi saya sudah di sini, saya hanya fokus ke pemberian pelayanan masyarakat saja," ucap Agus.
Agus sempat mendapat perawatan psikologis karena mengalami trauma atas peristiwa tersebut.
"Tentunya ada trauma, yang dulu ceria sekarang enggak ya," kata Kepala RS Polri, Brigjen Pol Musyafak.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
TNI Cari Pelaku Perusakan
Sementara itu, Kodam Jaya tengah menginvestigasi kasus perusakan dan pembakaran Polsek Ciracas beberapa hari lalu. Untuk mengetahui apakah ada prajurit yang terlibat dalam peristiwa itu, Kodam Jaya menyebar video yang menayangkan penyerangan dan pembakaran mapolsek ke semua satuan TNI.
"Sekarang ini sedang pemeriksaan internal, termasuk dari gambar-gambar, video, juga kita berikan kepada komandan satuan yang ada di jajaran di Jakarta untuk mengecek ada enggak dari gambar-gambar tadi itu anggotanya. Dari situ akan ketahuan, oh betul ini anggota TNI kesatuan apa," ujar Kepala Penerangan Kodam Jaya (Kapendam) Kolonel (Inf) Kristomei Sianturi di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Pusat, Jumat (14/12/2018).
"Nah, jadi kan sekarang ini kita tidak bisa buru-buru (menyimpulkan), oh (pakai) pet, kotak-kotak, oh gimana, itu tentara, itu belum tentu juga, itu komando belum tentu juga," imbuh Kristomei.
Dia menambahkan, saat itu suasana gelap karena terjadi pada malam hari. Gambar atau video perusakan Polsek Ciracas yang ada juga tidak begitu jelas. Karena itulah pihaknya perlu melakukan investigasi lebih dalam untuk mengungkap siapa yang ada di balik penyerangan tersebut. Jangan sampai pihaknya salah tangkap.
"Dalam situasi gelap, malam, gambarnya pun tidak jelas, saat ini kita jangan sampai salah tuduh orang, salah tangkap, tapi yakin dan percayalah kita pasti bergerak cepat dan secepatnya kita ungkap," kata Kristomei.
Dia menyampaikan, investigasi juga dilakukan untuk mendalami apakah peristiwa itu ada kaitannya dengan pemukulan anggota TNI AL, Kapten Komaruddin di pertokoan Arundina.
"Artinya ini kan dua permasalahan yang berbeda sebenarnya, kita tak bisa menduga-duga ini terkait. Jadi saat ini kita fokus dulu mencari pelakunya kemudian kita dalami apakah memang termotivasi atas ketidakpuasan dalam pengeroyokan anggota TNI tadi. Kita cari dulu benang merahnya," ujar Kristomei.
"Makanya sekarang tim investigasi itu bekerja sama baik Kodam Jaya, POM AU, POM AL karena kan kesatuan TNI di Jakarta ini banyak. Jadi saat ini kita meneliti, mengecek itu dulu. Ada tidak anggota kita yang terlibat dalam pengeroyokan itu," sambung dia.
Dia menyebutkan, jumlah pihak yang telah diminta keterangan dalam proses investigasi ini cukup banyak. Termasuk juga saksi dari warga setempat.
"Termasuk masyarakat kita minta keterangan semua. Benar enggak itu tentara atau bukan, kan gitu. Ataukah ada massa lain yang ikut di situ. Yang ikut meramaikan, kita kan tidak tahu siapa yang berada di belakang ini semua. Jadi enggak mesti ini pasti Anggota TNI. Belum bisa kita pastikan itu," ucap Kristomei.
Kristomei juga membantah ada pengerahan massa dari TNI untuk mencari pelaku pengeroyokan Kapten Komaruddin ke Mapolsek Ciracas. Dia mengatakan tak pernah ada dari pihaknya yang menggerakkan massa.
"Kalau pengerahan massa enggak ada. Kalau pengerahan itu berarti kan ada yang menggerakkan. Itu tidak ada," bantahnya.
"Dan saat ini kita sedang mencari siapa sih orang-orang yang ada di gambar tadi. Benar enggak itu anggota TNI. Kalau emang itu Anggota TNI, kesatuan mana dia, siapa, kenapa saat itu ada di luar. Itu sedang kita dalami sekarang," lanjut Kristomei.
Advertisement
Juru Parkir Menghilang
Jika Mapolsek Ciracas terus berbenah, suasana mencekam di kawasan pertokoan Arundina, Ciracas, Jakarta Timur, juga berangsur tenang. Tak ada lagi kegelisahan seperti beberapa waktu lalu, ketika ratusan pria bertubuh tegap mondar-mandir dengan sorot mata yang tajam.
Saat itu, mereka mengawasi gerak-gerik juru parkir yang diduga sebagai pelaku pengeroyokan anggota TNI di Ciracas. Ada beberapa nama yang diduga sebagai pengeroyok perwira pertama TNI AL tersebut.
Semuanya merupakan wajah lama yang sudah karib menagih uang parkir kepada setiap pengunjung toko di Arundina, Ciracas. Namun sejak digeruduk ratusan orang berpostur cepak dan tegap, keberadaan juru parkir mulai tiarap.
Pantauan Liputan6.com di lokasi, tak ada seorang pun juru parkir yang berani nangkring di depan pertokoan Arundina, Ciracas. Padahal biasanya, pada lahan seluas 300 meter persegi itu ada sekitar 7-8 orang juru parkir yang siap berbagi tugas.
Seorang warga Ciracas, Wawan (35), mengaku heran dengan pemandangan yang terjadi sekarang. Bahkan ia sempat garuk-garuk kepala karena tak menemukan juru parkir yang biasa menagihnya uang seusai berbelanja.
"Aneh juga sih enggak ada tukang parkir. Padahal biasanya banyak banget yang nongkrong di sini. Malah kadang, sudah kasih (uang parkir), eh enggak lama temannya minta lagi," katanya.
Dulu, keberadaan juru parkir di Arundina Ciracas memang ibarat jamur di musim hujan. Jika ada satu kelompok yang pergi, kelompok baru langsung mengisi pos untuk menjadikannya lahan komersial.
Hal ini wajar, mengingat kawasan pertokoan tersebut menjadi salah satu yang paling ramai sejak pagi hingga malam hari.
"Dulu biasanya yang tua-tua jaga di sini. Sekarang kan anak muda tuh. Cuma gara-gara kasus kemarin (pengeroyokan TNI) kayaknya pada menghilang," ucap Wawan.
"Tapi bagus sih. Soalnya kadang baru ditinggal sebentar saja mau ke ATM (ambil uang) eh jukirnya sudah tagih. Padahal ATM-nya rusak enggak jadi ambil uang," ia menambahkan.
Warga lain, Rizky (29), juga punya pengalaman kurang mengenakkan dengan juru parkir di kawasan Arundina Ciracas. Selain menimbulkan keresahan, keberadaan juru parkir juga dianggapnya mirip-mirip jelmaan preman.
Pasalnya, para juru parkir terkesan sering memaksa jika tak diberi bayaran.
"Saya pernah lagi mau beli bubur, saya padahal duduk di motor sambil menunggu pesanan. Pas mau jalan, eh ditagih sama tukang parkir. Ya saya tolak-lah, habis itu dia malah ngotot, ya saya ngotot-in balik," keluh Rizky.
"Pas saya bilang anak komplek sini, baru tukang parkirnya diam. Ya walau masih ngedumel. Terus berlagak macam preman," paparnya.
Rizky menduga keberanian para juru parkir untuk meminta uang dengan sedikit memaksa, lantaran mereka merasa sudah menguasai wilayah tersebut. Terlebih lagi, beberapa juru parkir merupakan anggota ormas yang terkenal di Jakarta.
"Mereka juga ada yang ikut ormas. Makanya merasa punya backing-an, jadi kalaupun ribut, bakal dibantu. Soalnya pernah juga di sini ribut antar juru parkir, kabarnya rebutan lahan," Rizky mengakhiri.