Sukses

Guguran Lava Gunung Merapi Diprediksi Akan Kembali Muncul

BBPTKG Yogyakarta meminta masyarakat di sekitar lereng Gunung Merapi tetap tenang.

Liputan6.com, Jakarta - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menyatakan guguran lava dari Gunung Merapi berpotensi kembali muncul.

Kepala BPPTKG Yogyakarta Hanik Humaida di Yogyakarta mengatakan, guguran itu masih akan muncul selama masih ada pertumbuhan kubah lava di gunung teraktif di Indonesia itu. Sebelumnya, guguran lava muncul pada Minggu, 16 Desember 2018.    

"Selama kubah lava masih tumbuh, guguran masih akan terjadi," kata Hanik, Senin (17/12/2018), seperti dilansir dari Antara.  

Sebelumnya, BBPTKG Yogyakarta menyatakan pada Minggu, 16 Desember 2018, pukul 19.00 WIB, Gunung Merapi meluncurkan lava pijar sejauh 300 meter ke arah hulu Kali Gendol dengan intensitas guguran yang masih rendah.

Kendati terjadi guguran lava, dia meminta masyarakat di sekitar lereng Gunung Merapi, khususnya yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III tetap tenang, dan beraktivitas seperti biasa dengan terus mengikuti perkembangan informasi dari BPPTKG.

Berdasarkan Laporan Aktivitas Gunung Merapi periode pengamatan 7-13 Desember yang dirilis BPPTKG, kubah lava masih stabil dengan laju pertumbuhan yang masih rendah. Volume kubah lava per 13 Desember 2018 sebesar 350.000 meter kubik dengan laju pertumbuhan rata-rata 2.200 meter kubik per hari.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

28 Kali Gempa

Selanjutnya, aktivitas kegempaan Gunung Merapi tercatat 28 kali untuk gempa embusan (DG), empat kali gempa vulkanik dangkal (VTB), 9 kali gempa fase banyak (MP), 264 kali gempa guguran (RF), 35 kali gempa low frekuensi (LF) dan 12 kali gempa tektonik (TT).

Intensitas kegempaan low frekuensi pada periode itu lebih tinggi dari pekan sebelumnya.

Berdasarkan data aktivitas vulkanik Merapi tersebut, BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada level II atau waspada.

Kegiatan pendakian Gunung Merapi untuk sementara tidak direkomendasikan oleh BPPTKG, kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian berkaitan dengan upaya mitigasi bencana.