Sukses

Gunung Merapi Keluarkan Lava Pijar, Ada Misteri Keindahan di Baliknya

Berdasarkan Laporan Aktivitas Gunung Merapi periode pengamatan 7-13 Desember yang dirilis BPPTKG menyebutkan, bahwa kubah lava masih stabil

Liputan6.com, Jakarta Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta masyarakat Yogyakarta tidak takut terhadap perkembangan aktivitas Gunung Merapi saat ini. Sebelumnya, pukul 19.00 WIB, Minggu 16 Desember 2018, Gunung Merapi meluncurkan lava pijar sejauh 300 meter ke arah hulu Kali Gendol dengan intensitas guguran yang masih rendah.

"Kalau takut ya keluar saja dari Yogyakarta. Saya kira Merapi tidak perlu dianggap sebagai sesuatu yang membahayakan sehingga masyarakat itu ada rasa was-was, panik, dan sebagainya, jangan," kata Sultan di Kompleks Kantor Kepatihan, Yogyakarta, Senin, 17 Desember 2018, seperti dilansir dari Antara.

Dia berharap masyarakat Yogyakarta bisa ikhlas menerima kondisi Gunung Merapi. Aktivitas vulkanis Merapi adalah hal wajar, karena merupakan salah satu gunung teraktif di dunia.

"Merapi itu sudah rutin, 4 tahun sekali punya aktivitas karena Merapi itu salah satu gunung teraktif di dunia," kata dia.

Jadi yang perlu dilakukan oleh masyarakat selanjutnya melakukan upaya antisipasi dan membangun kewaspadaan bila sewaktu-waktu terjadi letusan.

"Karena letusan lava itu hanya mengalir ke bawah, ya bagaimana yang dekat dengan Merapi di lereng Merapi mewaspadai," tambah Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Namun, Sultan tetap meyakini, masyarakat di kawasan lereng Gunung Merapi telah memiliki kesiapsiagaan. Jika Gunung Merapi mengalami erupsi dan kondisi dirasa berbahaya mereka bisa bergegas pergi mengungsi.

Sementara itu, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Hanik Humaida di Yogyakarta, Senin, 17 Desember kemarin mengatakan, guguran itu masih berpotensi muncul selama masih ada pertumbuhan kubah lava di gunung teraktif di Indonesia itu.

"Selama kubah lava masih tumbuh, guguran masih akan terjadi," kata Hanik.

Kendati terjadi guguran lava, Hanik meminta masyarakat di sekitar lereng Gunung Merapi, khususnya yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa dengan terus mengikuti perkembangan informasi dari BPPTKG.

Berdasarkan Laporan Aktivitas Gunung Merapi periode pengamatan 7-13 Desember yang dirilis BPPTKG menyebutkan, bahwa kubah lava masih stabil dengan laju pertumbuhan yang masih rendah. Volume kubah lava per 13 Desember 2018 sebesar 350.000 meter kubik dengan laju pertumbuhan rata-rata 2.200 meter kubik per hari.

 

2 dari 4 halaman

Guguran Lava Gunung Merapi Diprediksi Akan Kembali Muncul

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menyatakan guguran lava dari Gunung Merapi berpotensi kembali muncul.

Kepala BPPTKG Yogyakarta Hanik Humaida di Yogyakarta mengatakan, guguran itu masih akan muncul selama masih ada pertumbuhan kubah lava di gunung teraktif di Indonesia itu. Sebelumnya, guguran lava muncul pada Minggu, 16 Desember 2018.

"Selama kubah lava masih tumbuh, guguran masih akan terjadi," kata Hanik, Senin (17/12/2018), seperti dilansir dari Antara.

Sebelumnya, BBPTKG Yogyakarta menyatakan pada Minggu, 16 Desember 2018, pukul 19.00 WIB, Gunung Merapi meluncurkan lava pijar sejauh 300 meter ke arah hulu Kali Gendol dengan intensitas guguran yang masih rendah.

Kendati terjadi guguran lava, dia meminta masyarakat di sekitar lereng Gunung Merapi, khususnya yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III tetap tenang, dan beraktivitas seperti biasa dengan terus mengikuti perkembangan informasi dari BPPTKG.

Berdasarkan Laporan Aktivitas Gunung Merapi periode pengamatan 7-13 Desember yang dirilis BPPTKG, kubah lava masih stabil dengan laju pertumbuhan yang masih rendah. Volume kubah lava per 13 Desember 2018 sebesar 350.000 meter kubik dengan laju pertumbuhan rata-rata 2.200 meter kubik per hari.

Selanjutnya, aktivitas kegempaan Gunung Merapi tercatat 28 kali untuk gempa embusan (DG), empat kali gempa vulkanik dangkal (VTB), 9 kali gempa fase banyak (MP), 264 kali gempa guguran (RF), 35 kali gempa low frekuensi (LF) dan 12 kali gempa tektonik (TT).

Intensitas kegempaan low frekuensi pada periode itu lebih tinggi dari pekan sebelumnya. Berdasarkan data aktivitas vulkanik Merapi tersebut, BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada level II atau waspada.

Kegiatan pendakian Gunung Merapi untuk sementara tidak direkomendasikan oleh BPPTKG, kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian berkaitan dengan upaya mitigasi bencana.

3 dari 4 halaman

BPPTKG Sebut Guguran Lava Gunung Merapi Fenomena Biasa Terjadi

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Hanik Humaida, mengatakan fenomena guguran lava hal yang biasa terjadi. Menurut Hanik saat ini Gunung Merapi sedang memasuki fase pertumbuhan kubah lava baru sehingga guguran lava yang terjadi pada Minggu (16/12) kemarin adalah fenomena biasa.

"Itu (guguran lava) sebenarnya hal yang biasa, fenomena biasa pada saat terjadi pertumbuhan kubah lava. Sebenarnya guguran lava sudah terjadi sejak 22 Agustus," ujar Hanik saat dihubungi, Senin (17/12).

Hanik mengungkapkan, guguran lava Gunung Merapi telah terjadi sejak lama. Hanya saja selama ini guguran lava arahnya ke dalam kawah dengan arah dominan ke barat laut dan sesekali ke arah tenggara.

Saat ini, kata Hanik, status Gunung Merapi masih berada di level waspada atau level II. Pada status waspada ini masyarakat tidak diperbolehkan beraktivitas diradius 3 kilometer dari puncak Gunung Merapi.

Hanik menjabarkan jika saat ini belum ada potensi lahar dingin di Gunung Merapi. Hanik menyebut jika saat ini volume kawah Merapi mencapai 10 juta meter kubik. Sedangkan untuk volume kubah lava di Merapi, kata Hanik baru mencapai 350 ribu meter kubik, dengan pertumbuhannya hanya sekitar 2-3 ribu meter kubik per harinya.

"Sekali lagi, ini volumenya kecil sekali. Saya ingatkan bahwa pertumbuhan kubah lava Merapi (biasanya) 20 ribu meter kubik per hari, ini hanya 3 ribu. Bahkan 2016 itu sampai ratusan ribu meter kubik per hari. Jadi artinya ini masih sangat kecil," tutup Hanik.

4 dari 4 halaman

Guguran Lava Merapi Bisa Jadi Daya Tarik Wisatawan

Gunung Merapi meluncurkan lava pijarnya pada Minggu 16 Desember 2018 malam. Jangkauannya hingga 300 meter ke arah hulu Kali Gendol. Sepintas, terlihat menakutkan. Namun, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menyatakan intensitas gugurannya masih rendah.

Intensitas yang rendah ini bahkan memungkinkan masyarakat berkunjung ke daerah wisata Kaliurang yang berada di kaki Gunung Merapi.

"Justru kalau kami, guguran itu malah bisa menjadi daya tarik. Jadi pemandangan yang bisa dinikmati," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Biwara Yuswantana, Senin 17 Desember, seperti dilansir Antara.

Namun, tentu tidak bisa sembarangan jika Anda tertarik untuk menyaksikan fenomena guguran lava tersebut. Biwara meminta wisatawan tetap memperhatikan radius bahaya yang ditetapkan oleh BPPTKG Yogyakarta.

"Bisa dinikmati sejauh dari lokasi yang aman dan tetap harus mematuhi rekomendasi yang telah ditetapkan oleh BPPTKG. Saat ini radius aman masih 3 kilometer dari puncak Gunung Merapi," ujar Biwara.

Sementara itu, Kepala BPPTKG Yogyakarta Hanik Humaida menjabarkan, jika fenomena guguran lava Gunung Merapi merupakan fenomena biasa yang terjadi saat ada pertumbuhan kubah lava.

Menurut Hanik saat ini Gunung Merapi sedang memasuki fase pertumbuhan kubah lava baru sehingga guguran lava yang terjadi Minggu, 16 Desember kemarin adalah fenomena yang biasa terjadi.

"Itu (guguran lava) sebenarnya hal yang biasa. Fenomena biasa pada saat terjadi pertumbuhan kubah lava. Sebenarnya guguran lava sudah terjadi sejak 22 Agustus," ujar Hanik.

Hanik menambahkan jika pihaknya masih membolehkan aktivitas masyarakat di luar radius 3 kilometer dari Puncak Gunung Merapi. Sedangkan untuk aktivitas pendakian, dia menerangkan saat ini pihaknya masih melarang adanya pendakian di Gunung Merapi.

Video Terkini