Liputan6.com, Jakarta - Mengenakan baju batik cokelat bercampur corak hijau, Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi hadir dalam acara silaturahmi Partai Golkar Tahun 2018. Acara yang digelar Kamis malam, 20 Desember 2018 itu berlangsung di Ballroom Hotel Darmawangsa, Jakarta.
Tampak hadir dalam acara itu para petinggi Golkar. Di antaranya Ketua Dewan Pakar Partai Golkar Agung Laksono, Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar Akbar Tandjung. TGB pun langsung menyapa mereka setibanya di ruangan acara.
Kehadiran TGB dalam agenda penting Golkar itu untuk menjawab kabar yang santer beredar. Sejak Kamis pagi, Partai Golkar mengembuskan informasi bila mantan Gubernur NTB tersebut bakal merapat ke pohon beringin.
Advertisement
Kabar itu pun terbukti. Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartanto mengumumkan bahwa TGB masuk dalam jajaran pengurus. Kehadiran TGB dinilai bisa menjadi amunisi baru untuk mengerek elektabilitas partai agar kian meroket.
Langkah Golkar yang menggaet mantan politikus Demokrat, menurut Pengamat Politik Islam dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, sebagai keputusan yang tepat.
"Ini tangkapan besar. Menangkap kakap," kata Adi kepada Liputan6.com, Jumat (21/12/2018).
Merujuk pada Pemilu 2014 lalu, Partai Golkar unggul dengan mengantongi 333.282 suara dari total suara sah di Provinsi NTB sebanyak 2.412.489. Sementara total pemilih di Provinsi NTB tercatat sebanyak 3.569.539 dengan pengguna hak pilih sebanyak 2.760.081 pemilih.
Â
Adi menyebut kehadiran TGB sangat signifikan bagi Partai Golkar. Bendera Golkar bakal kian berkibar tak hanya di NTB, namun meluas hingga di Indonesia Bagian Timur.
"Bukan hanya NTB, tapi Indonesia bagian timur. Karena kalau mau jujur ia tokoh yang implementasikan Islam setelah Pak JK. Dengan munculnya TGB, ada potret regenerasi kepemimpinan. Muda, Islam, yang berasal dari Indonesia Timur," terang dia.
Lebih jauh dia menjelaskan, sikap TGB memilih Partai Golkar juga dapat melanggengkan langkahnya menduduki kursi kabinet Jokowi periode mendatang. Namun hal itu tidak mudah. TGB sebagai pendatang baru harus berjuang keras karena banyak faksi internal Golkar memiliki niat yang sama.
"Dia punya potensi sebagai menteri. Pengalamannya sebagai mantan gubernur dua periode itu penting. TGB dikenal bersih dan kinerjanya bagus. Saya kira TGB masuk nominasi dan layak disodorkan," ujar dia.Â
Sementara itu, prediksi berbeda disampaikan Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat Amir Syamsudin. Dia menyebut sosok TGB di NTB tidak terlalu memiliki pengaruh besar. Hal itu dibuktikan saat Pilkada NTB yang dimenangkan pasangan yang diusung Partai Demokrat.
"Sudah terbukti. Pada saat kami mendukung calon gubernur Zulkifliemansyah dan wakilnya, itu kan Demokrat yang memenangkannya di NTB," kata Amir saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (21/12/2018).
Meski begitu, dia tak ingin menyimpulkan hasil Pilkada di NTB sebagai modal utama untuk tetap merebut pemilih di sana. Yang pasti, lanut dia, keberadaan Partai Demokrat, yang merupakan pendukung pasangan nomor urut 02 tidak bisa dipandang sebelah mata.
"Itu kan teruji ya. Demokrat teruji di sana. Ya InsyaAllah (menang tanpa Tuan Guru)," ujar dia.
Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan menambahkan, hengkanya TGB dari Demokrat tak berpengaruh dan mengubah peta suara partai besutan SBY di NTB.
Dia yakin pasangan capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo-Sandi unggul di NTB. Bagi partai berlogo bintang mercy tersebut pergi satu tumbuh seribu.
"Apakah ada kaitan dengan pilpres di sana, dan Demokrat di sana tentu beda. Pilpres tak bisa tarik gerbong di NTB, 02 masih menonjol unggul di sana. Yakin tak pengaruhi suara TGB," ucap Hinca optimis.
Â
Amanah sebagai Dakwah
Masuk dalam jajaran pengurus Golkar, TGB langsung memegang dua jabatan. Yaitu Ketua Koordinator Bidang Keumatan dan Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden.
Terkait amanah ini, ia bersyukur dan berterima kasih atas kepercayaan yang diberikan. Jabatan di Partai Golkar ini dianggapnya sebagai lahan dakwah yang tetap harus dilakukan sebagai seorang Muslim.
"Alhamdulillah saya bersyukur dan berterima kasih atas diterimanya saya. Dan bagi saya di manapun berada, sebagai seorang muslim, saya maknakan sebagai dakwah," ujar TGB, Kamis malam, 21 Desember 2018.
Mantan Gubernur NTB itu, mengatakan sebagai seorang anak bangsa di mana pun berada, dirinya selalu berniat memberikan kontribusi untuk Indonesia. Golkar, kata dia, partai tengah yang memiliki nilai-nilai teknokrasi yang kokoh. Posisi ini sangat penting, termasuk dalam pola berpikir mencari solusi agar tidak konfrontatif.
Sementara itu, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartato yakin, bergabungnya TGB akan menyedot suara dari kalangan Islam. Sosok TGB yang Islamis dinilai menjadi modal utama dalam menyasar pemilih Islam.
"Karena Partai Golkar kan selalu ada tokoh dari Muhammadiyah, NU, Nahdlatul Wathan dari berbagai kelompok, tentunya semua itu akan menambah elektabilitas Partai," kata Airlangga di Hotel The Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Kamis 20 Desember 2018.
Tidak hanya itu, suara Partai Golkar juga akan bertambah secara signifikan di wilayah NTB. Sebab, jelas Airlangga, pihak Bappilu sudah membuat perencanaan untuk mendulang suara.
"Tim yang semakin solid hari ini ditunjukkan seluruh tokoh partai Golkar berkumpul, dan Partai Golkar solid, tinggal berkontestasi dalam Pileg maupun Pilpres," ucap Airlangga.
Optimisme yang sama disuarakan Jusuf Kalla. Politikus senior Golkar yang juga Wakil Presiden ini menyebut bergabungnya TGB akan membuat suara Golkar makin tersiar di seluruh kawasan NTB.
"Bagus, artinya suara Golkar di NTB dan sekitarnya pasti naik. Kalau dia kampanye pasti naik," kata JK di kantornya, Jalan Merdeka Utara, Kamis 20 Desember 2018.
Lebih jauh, JK berharap bergabungnya TGB dapat mendongkrak Jokowi-Ma'ruf di wilayah Indonesia Timur, khususnya di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB). "Insya Allah (aman)," ucap JK.
Kehadiran TGB dalam jajaran Partai Golkar tentu saja disambut baik partai koalisi pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin. Sosok TGB dianggap dapat mengeratkan bangunan koalisi dalam memenangkan pasangan nomor 01.
"Artinya kerja sama antara kami (partai Koalisi Indonesia Kerja) yang mendukung Jokowi semakin kuat, semakin bagus," kata Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto di Serang, Banteng, Jumat 21 Desember 2018.
Hasto pun meluruskan, tidak ada perpecahan dalam tubuh Koalisi Indonesia Kerja, karena masuknya TGB ke Golkar. Karena sebelumnya, TGB diisukan akan masuk ke Nasdem.
"Namanya saja isu yang penting kan keputusannya politik itu, jangan lihat isunya, itu politik," jelas Hasto.
Advertisement
Dari Demokrat Bernaung di Pohon Beringin
Sebelum merapat ke Partai Golkar, Partai Nasdem mengklaim bahwa TGB akan melabuhkan pilihan politiknya di partai besutan Surya Paloh. Kabar itu diembuskan Sekretaris Jenderal Partai Nasdem Jhonny Plate.
Menurut Jhonny, bergabungnya mantan Ketua DPW Demokrat NTB ke Nasdem itu dilakukan secara resmi saat Surya Paloh berkunjung ke Nusa Tenggara Barat (NTB).
"Iya Pak TGB masuk ke Nasdem. Pak TGB setuju dengan platformnya. Di NTB itu secara resmi mengatakan. Waktu Ketum (Surya Paloh) di NTB kan bersama-sama dengan dia, mendampingi Ketum, waktu ke Lombok," ujar Jhonny melalui sambungan telepon, Senin 17 Desember 2018.
Ia membantah, bergabungnya TGB ke Partai Nasdem dilakukan secara tergesa-gesa. Jhonny menjelaskan komunikasi intensif antara TGB dengan Surya Paloh sudah terjalin cukup lama Beberapa kali, TGB mendatangi kantor DPP Nasdem untuk membahas segala isu politik.
"TGB Zainul Majdi sudah beberapa kali bolak-balik ke DPP. Bertemu Ketum, bertemu saya. Makan bersama," ia memungkasi.
Kendati telah dilakukan penjajakan, kabar akan merapatnya TGB ke Nasdem akhirnya meredup. Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengumumkan bahwa pria kelahiran 46 tahun lalu itu telah resmi menjadi kadernya.
"DPP secara aklamasi menyetujui Bapak Tuan Guru Bajang menjadi salah satu pengurus DPP," ucap Airlangga di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Kamis malam, 20 Desember 2018.
Lobi Partai Golkar untuk menarik TGB sebenarnya sudah dilakukan sejak Juli 2018. Kala itu, Airlangga menawarkan TGB pindah gerbong menyusul kemungkinan sanksi yang bakal dijatuhkan Partai Demokrat. Namun TGB menganggap tawaran itu sebagai ajakan spontan dari Airlangga.
Golkar juga telah mencium TGB bakal 'tergusur' dari Ketua Dewan Kehormatan DPP Partai Demokrat. Ini sebagai imbas dari sikap politiknya yang berbeda. TGB menyatakan dukungan dalam Pilpres 2019 kepada Jokowi-Ma'ruf Amin.
Keputusan itu dianggap bertolakbelakang dengan garis partai. Sebab saat itu Demokrat tengah melakukan penjajakan koalisi dengan Prabowo Subianto.
Demokrat menganggap, sikap TGB itu offside lantaran partai belum mengeluarkan sikapnya. TGB, kata Wasekjen Demokrat Andi Arief, belum tentu dijatuhi sanksi.
Namun dalam kenyataannya, TGB mengaku telah mendapat ancaman sanksi dari Sekretaris Majelis Tinggi Demokrat Amir Syamsuddin. Sanksi itu dibahas Majelis Tinggi Demokrat tanpa mengundang TGB.
Akibat desakan itu, TGB pun berencana mundur dari Demokrat. "Beliau nanti akan mundur. Keputusan itu sedang dimatangkan oleh TGB," ucap sumber Liputan6.com, 18 Juli 2018.
Tak ingin polemik itu terus bergulir, TGB akhirnya memutuskan mundur dari Partai Demokrat. Dia mengaku telah melayangkan surat pengundurun dirinya kepada SBY melalui Ketua Dewan Kehormatan DPP Partai Demokrat Amir Syamsuddin.
"Saya sudah mundur (dari Demokrat) beberapa hari lalu. Surat pengunduran diri sudah disampaikan kepada Pak Amir Syamsudin," ujar TGB Zainul Majdi dalam pesan singkatnya kepada Liputan6.com, Senin 23 Juli 2018.
TGB menegaskan, keputusannya mundur dari Demokrat merupakan keputusan pribadi dan tidak ada intervensi dari pihak manapun.
"Ini tentu satu hak politik saya. Saya berharap semua pihak bisa menghargai itu sebagaimana menghargai pilihan apapun," tegas TGB.
Kini langkah TGB sudah mantab bernaung di bawah pohon beringin. Baginya, jabatan saat ini sebagai bentuk dedikasi untuk Indonesia yang lebih baik.
"Semua mudah-mudahan bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk Partai Golkar dan juga untuk Indoensia," ujar TGB.
Saksikan video menarik berikut ini: