Sukses

Petaka Tsunami di Selat Sunda

Tsunami menerjang pantai di sekitar Selat Sunda, khususnya di Kabupaten Pandenglang, Lampung Selatan, dan Serang.

Liputan6.com, Jakarta - Warga di sekitar Pantai Anyer, Banten panik. Gelombang tinggi tiba-tiba menerjang kawasan permukiman rumah mereka pada Sabtu malam 22 Desember 2018 sekitar pukul 21.37 WIB. Warga berlarian menjauhi pantai, ke tempat tinggi.

Kepanikan juga terjadi di Pantai Tanjung Lesung. Banyak yang tidak bisa menyelamatkan diri dari terjangan gelombang tinggi yang kemudian dinyatakan Badan Meteorogi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebagai tsunami.

Di pantai Tanjung Lesung malam itu, ada acara gathering dari PLN dan sedang dihibur Band Seventeen. Tak ada peringatan apapun, para personel band dan pegawai PLN yang tengah bergembira diterjang ombak besar. 

Tsunami kemudian dilaporkan menerjang pantai di sekitar Selat Sunda, khususnya di Kabupaten Pandenglang, Lampung Selatan, dan Serang. Ratusan orang menjadi korban, baik meninggal dan luka-luka. Ratusan bangunan pun rusak.

Data sementara yang dihimpun posko Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Minggu (23/12/2018) pukul 16.00 WIB, tercatat 222 orang meninggal dunia.

"222 Orang meninggal dunia, 843 orang luka-luka dan 28 orang hilang," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com.

Sutopo menyampaikan, kerusakan material akibat tsunami meliputi 556 unit rumah rusak, 9 unit hotel rusak berat, 60 warung kuliner rusak, 350 kapal dan perahu rusak.

Dia menjelaskan, tidak ada korban tsunami yang merupakan warga negara asing. Semua warga Indonesia. Korban dan kerusakan ini meliputi di 4 kabupaten terdampak yaitu di Kabupaten Pandeglang, Serang, Lampung Selatan dan Tanggamus.

"Jumlah ini diperkirakan masih akan terus bertambah karena belum semua korban berhasil dievakuasi, belum semua puskesmas melaporkan korban, dan belum semua lokasi dapat didata keseluruhan. Kondisi ini menyebabkan data akan berubah," kata Sutopo.

Dari total 222 orang meninggal dunia, 843 orang luka-luka dan 30 orang hilang, korban terdapat di Kabupaten Pandeglang tercatat 164 orang meninggal dunia, 624 orang luka-luka, 2 orang hilang.

Kerusakan fisik meliputi 446 rumah rusak, 9 hotel rusak, 60 warung rusak, 350 unit kapal dan perahu rusak, dan 73 kendaraan rusak. Daerah yang terdampak di 10 kecamatan. Lokasi yang banyak ditemukan korban adalah di Hotel Mutiara Carita Cottage, Hotel Tanjung Lesung dan Kampung Sambolo.

Sutopo mengatakan, banyak korban adalah wisatawan dan masyarakat setempat. Daerah wisata sepanjang pantai dari Pantai Tanjung Lesung, Pantai Sumur, Pantai Teluk Lada, Pantai Panimbang dan Pantai Carita sedang banyak wisatawan berlibur yang kemudian diterjang tsunami.

Korban di Kabupaten Serang tercatat 11 orang meninggal dunia, 22 orang luka-luka, dan 26 orang hilang. Kerusakan bangunan masih dilakukan pendataan.

Sedangkan korban di Kabupaten Lampung Selatan tercatat 48 orang meninggal dunia, 213 orang luka-luka dan 110 rumah rusak. Di Kabupaten Tanggamus terdapat 1 orang meninggal dunia.

Dia mengatakan, penanganan darurat terus dilakukan. BNPB bersama TNI, Polri, Basarnas, Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, Kementerian PU Pera, Kementerian ESDM, dan K/L terkait terus mendampingi Pemda dalam penanganan darurat.

Selain itu, Pemda Provinsi dan Pemda Kabupaten terus berkoordinasi dengan berbagai pihak. Posko, pos kesehatan, dapur umum dan pos pengungsian didirikan untuk menangani korban.

Alat berat dikerahkan membantu evakuasi. Seperti ekscavator, loader, dump truck, dan mobil tangki air. Bantuan alat berat akan ditambah.

"Jumlah pengungsi masih dalam pendataan," tandas Sutopo.

Dari korban yang meninggal tersebut, di antaranya adalah dua personel dari Band Seventeen dan sejumlah pegawai PLN beserta anggota keluarganya. Masih banyak lainnya.

Warga melihat jenazah korban gelombang Tsunami Anyer di Puskesmas Carita, Banten, Minggu (23/12). Tim SAR masih terus melakukan pencarian jenazah yang sebagian besar berasal dari Pantai Carita. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Panik Lagi Karena Kabar Tsunami Susulan

Pada Minggu siang (23/12/2018), sempat beredar kabar tsunami susulan. Ada suara sirine dan polisi menyuruh warga di Carita, Pandeglang, Banten lari ke dataran tinggi.

Masyarakat, petugas kepolisian, TNI, relawan, termasuk awak media, ikut berlari mencari tempat yang lebih tinggi, setelah mendapatkan peringatan dini kenaikan gelombang air laut di Pantai Carita, Kabupaten Pandeglang, Banten.

"Ini saya lari, memang tadi pas saya bantu evakuasi, air laut sudah mulai tinggi," kata salah satu relawan yang ditemui Liputan6.com di Kecamatan Carita, Kabupaten Serang, Banten, Minggu (23/12/2018).

Kapolda Banten Brigjen Pol Tomsi Tohir membantah kabar tentang adanya adanya tsunami susulan di kawasan Pandeglang, Banten. Dia mengatakan, sama sekali tak ada tsunami susulan karena dia sendiri sedang berada di lokasi terdampak tsunami.

"Tak ada tsunami susulan, masyarakat diminta tetap tenang," tegas Tomsi di Pandeglang, Minggu (23/12/2018).

Bunyi sirine diikuti oleh kepanikan masyarakat akan tsunami susulan di Pandeglang, Banten dikonfirmasi oleh BMKG sebagai kepanikan belaka. Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono mengatakan, pihaknya tidak membunyikan sirine.

"Yang pasti dari kami di BMKG tidak adanya mendetek di sensor dekat di sekitar Selat Sunda, sensor di Cigeulis, dan juga tide gauge tidak ada perubahan air laut yang signifikan. Namun masyarakat di sekitar Banten pada panik, pada berlarian, bahkan isunya ada sirine berbunyi," kata Rahmat di Gedung BMKG, Jakarta, Minggu (23/12/2018).

Menurutnya, kepanikan ini disebabkan oleh masyarakat yang masih trauma akan tsunami yang terjadi pada malam sebelumnya, Sabtu 22 Desember 2018 pukul 21.27 WIB.

Rahmat menegaskan, sampai saat ini BMKG juga belum mendeteksi kemungkinan terjadinya tsunami susulan. "Yang pasti dari kami BMKG tidak melihat, mencatat, adanya suatu hal yang serius, signifikan, sehingga adanya tsunami susulan tadi," ujar Rahmat.

BNPB menyatakan, terkait berbunyinya sirine di Kabupaten Pandeglang, Banten pada Minggu siang (23/12/2018) yang membuat panik warga, bukan dipengaruhi oleh tsunami susulan, tetapi dimungkinkan karena kerusakan peralatan.

Dia pun meminta warga di sekitar Kabupaten Pandeglang, Serang, dan Lampung Selatan untuk menjauhi pantai.

"Karena erupsi Gunung Anak Krakatau masih terus terjadi, maka dimungkinkan tsunami susulan masih akan ada. Oleh karena itu, masyarakat diminta menjauhi pantai untuk mengantisipasi tsunami susulan," kata dia.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 3 halaman

Apa Penyebabnya?

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan tsunami yang melanda di Selat Sunda pada Sabtu malam 22 Desember tidak dipicu gempa bumi. Ketinggian pun bervariasi, di Serang tercatat pukul 21.27 WIB ketinggian 0.9m sedangkan di Kota Agung Lampung tercatat pukul 21.35 WIB ketinggian 0.36m.

"Berdasarkan informasi peristiwa tersebut, BMKG segera melakukan analisis rekaman data sinyal seismik di beberapa sensor seismik terdekat dengan lokasi terjadinya tsunami. Hasilnya tidak didapatkan adanya rekaman gempa bumi pada waktu yang berdekatan dengan waktu terjadinya tsunami di sekitar Banten dan Lampung," ungkap Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono.

BMKG menjelaskan penyebab gelombang tsunami diduga fenomena alam ganda antara lain gelombang pasang karena bulan purnama dan aktivitas Gunung Anak Krakatau.

"Ada indikasi yang terjadi memang pada hari yang sama ada gelombang tinggi ada bulan purnama namun juga terjadi letusan Anak Gunung Krakatau yang diduga mengakibatkan tsunami," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, seperti dikutip Antara saat jumpa pers Minggu dini hari (23/12/2018).

BMKG juga menyebut perkiraan sementara tsunami akibat terjadinya longsoran material di dalam laut. Dwikorita menyebut, usai gelombang tsunami terjadi, BMKG segera berkoordinasi dengan Badan Geologi untuk memastikan penyebab itu. 

Letusan Gunung Anak Krakatau lebih aman dan jelas dilihat dari luar zona bahaya yakni 1 km dari puncak. (foto : Liputan6.com / BNPB / edhie prayitno ige)

Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Badan Geologi Wawan Irawan, material lontaran saat letusan yang jatuh dari Gunung Anak Krakatau, masih di sekitar tubuh gunung api bersifat lepas dan sudah turun saat letusan ketika itu. Wawan menjelaskan untuk menimbulkan tsunami, perlu adanya runtuhan besar yang masuk ke dalam kolom air laut.

"Sedangkan letusan yang sekarang ini masih pada tipe yang strombolian, yang masuk pada letusan kecil. Nah kemudian ada dugaan lainnya, juga dikarenakan adanya longsoran tubuh Gunung Anak Krakatau," kata Wawan di Kantor PVMBG Badan Geologi, Jalan Diponegoro, Bandung, Minggu, 23 Desember 2018.

"Nah ini tentunya kalau untuk membuktikan ini, kita harus cek ke lapangan apakah betul morfologi dari tubuh krakatau yang sekarang ini sudah mengalami perubahan,"

Wawan mengatakan, untuk merontokkan bagian gunung api yang menjadi material longsoran ke bagian laut, diperlukan energi cukup besar dan dipastikan terdeteksi oleh seismograph di pos pengamatan gunungapi. Namun pada tanggal 22 Desember kemarin, Gunung Anak Krakatau terjadi letusan dengan tinggi asap berkisar 300 - 1500 meter di atas puncak kawah.

Secara kegempaan, terekam gempa tremor menerus dengan amplitudo overscale (58 mm). Gempa tremor itu terus terjadi sejak 23 Juli lalu, dengan lontaran material pijar yang jatuh di sekitar pantai dan radius bahaya diperluas dari 1 Kilometer menjadi 2 Kilometer dari kawah.

"Hari ini PVMBG mengirimkankan satu tim ke Gunung Anak Krakatau untuk memeriksa kondisi morfologi di sana sebagai pembuktian adanya longsoran. Di masyarakat ada dugaan Krakatau akan meletus besar ini harus diklarifikasi bahwa letusannya yang kita pantau letusannya masih seperti biasa. Masyarakat diharapkan tenang," ujar Wawan.

PVMBG Badan Geologi menyebutkan peta Kawasan rawan bencana (KRB) menunjukkan, hampir seluruh tubuh Gunung Anak Krakatau yang berdiameter 2 Kilometer merupakan kawasan rawan bencana.

Berdasarkan data-data visual dan instrumental potensi bahaya dari aktifitas Gunung Anak Krakatau saat ini, adalah lontaran material pijar dalam radius 2 Kilometer dari pusat erupsi. Sedangkan sebaran abu vulkanik tergantung dari arah dan kecepatan angin.

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data visual maupun instrumental hingga tanggal 23 Desember 2018, tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau masih tetap Level II atau Waspada.

Pada status waspada tersebut, direkomendasikan kepada masyarakat tidak diperbolehkan mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 2 Kilometer dari kawah. Masyarakat di wilayah pantai Provinsi Banten dan Lampung dihimbau tenang dan tidak mempercayai isu soal erupsi Gunung Anak Krakatau yang akan menyebabkan tsunami.

 

3 dari 3 halaman

Upaya Pemerintah

Presiden Jokowi menginstruksikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Menteri Sosial Agus Gumiwang, serta Panglima TNI meninjau wilayah terdampak tsunami Selat Sunda. Dia juga akan memantau dan menunggu laporan dampak tsunami tersebut.

"Tadi pagi saya sudah perintahkan ke Kepala BNPB, Mensos, Panglima dan semua sudah bergerak di lapangan," kata Jokowi usai menghadiri perayaan Natal di Plaza Kolam Makale, Kabupaten Toraja, Sulawesi Selatan, Minggu (23/12/2018).

Sebelumnya, Jokowi juga sudah mendapat laporan korban tsunami. Hingga siang tadi, kata dia, jumlah semakin bertambah.

"Jadi, kita tunggu saja laporan dari sana," kata Jokowi.

Ia menyatakan prihatin dan berbelasungkawa terhadap para korban yang tertimpa bencana tsunami. Jokowi berharap agar keluarga korban diberikan kesabaran.

"Saya turut dukacita yang mendalam kepada korban di Provinsi Banten, di Serang, Pandeglang. Semoga yang ditinggalkan diberikan kesabaran," kata Jokowi.

Jokowi meminta kepada seluruh masyarakat untuk tidak terpancing isu dan kabar hoaks yang beredar setelah tsunami di Selat Sunda pada Sabtu 22 Desember 2018.

"Saya mengimbau masyarakat untuk tetap tenang, tapi juga waspada. Tidak terpancing dengan isu-isu yang menyesatkan," kata Jokowi di Bandar Udara Syukuran Aminuddin Amir Kecamatan Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, Minggu (23/12/2018).

Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla memimpin rapat penanggulangan bencana tsunami Selat Sunda di "VVIP Room" Suma 1 Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta, Minggu siang (23/12/2018).

Personel gabungan di lokasi terdampak tsunami di Selat Sunda (foto: BNPB)

Seperti dilansir Antara, Wapres JK memimpin rapat bersama Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Syafruddin, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono dan Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR Danis Hidayat Sumadilaga.

Wapres dijadwalkan meninjau lokasi bencana dengan menggunakan helikopter dari TNI Angkatan Darat dari Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta, Minggu siang, namun ditunda. Penyebabnya, cuaca buruk di kawasan Banten.

"Batal karena cuaca buruk. Panglima TNI yang terlebih dahulu ke lokasi, menginfokan, sebaiknya Wapres tunda peninjauan ke lokasi," kata Juru Bicara Jusuf Kalla, Husain Abdullah melalui pesan singkat, Minggu (23/12/2018).

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan pihaknya juga sudah mulai bergerak membantu evakuasi para korban. Serta membantu membersihkan rumah warga yang terkena tsunami.

"Saya lihat sudah banyak tim evakuasi dari TNI Polri maupun dari komponen lainnya seperti PMI, saya lihat mereka membersihkan rumah terdampak dari tsunami," kata Hadi di Kawasan Halim, Jakarta Timur, Minggu.

Hadi juga mengatakan, sepanjang kawasan dari Anyer menuju ke Pantai Carita tidak ditemukan kerusakan jalan akibat bencana. Hal itu disampaikannya usai melakukan pantauan udara.

"Menurut pemantauan dari udara, sepanjang jalan dari Anyer menuju ke selatan - Pantai Carita, Labuan sampai dengan Tanjung Lesung - infrastruktur jalan semuanya bagus. Tidak ada yang retak, tidak ada yang terputus jembatan," jelas Panglima usai melaporkan kondisi terkini wilayah terdampak tsunami Selat Sunda kepada Wapres JK.

Hadi menjelaskan, wilayah yang terdampak paling parah akibat tsunami Selat Sunda adalah Anyer dan Tanjung Lesung. Di dua daerah tersebut terlihat banyak pohon roboh dan kondisi sekitar pantai datar akibat tersapu gelombang ombak.

"Menurut perkiraan, sekitar 200 - 500 meter dari bibir pantai, pohon itu posisi agak roboh. Nampak sekali ketika di Tanjung Lesung, suasananya datar; ada hotel dari situ kelihatan sekali kerusakan, terutama hotel-hotel dan tempat wisata," ujar Hadi.