Liputan6.com, Bandung - Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menjelaskan tiga hal yang dapat memicu gelombang tsunami. Tiga hal itu adalah gempa bumi bawah laut, gunung api bawah laut dan gerakan tanah longsoran bawah laut.
Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah PVMBG Badan Geologi, Agus Budianto, pada peristiwa tsunami di Anyer, Banten dua hari belum diketahui secara pasti penyebabnya. Meski Badan Penelitian Pengembangan Teknologi (BPPT) telah melansir melalui citra satelit, penyebab tsunami akibat adanya longsoran diduga dari badan Gunung Anak Krakatau.
"Yang berikutnya sekarang adalah longsoran bawah laut. Ada aktivitas gunung api, ada longsoran bawah laut. Nah ini kan harus dipastikan, longsoran karena aktivitas gunung api atau longsoran itu terjadi tersendiri. Nah jadi tinggal kita lihat masing - masing dan dalam hal kesiapsiagaan ini, dalam hal ini mengirim tim untuk memverifikasi kejadian itu di lapangan. Sebelum verifikasi ini, kita mengatakan itu juga (longsoran akibat erupsi gunung)," kata Agus, Bandung, Senin, 24 Desember 2018.
Advertisement
Agus menjelaskan tsunami akibat gempa bumi dan letusan gunung api sudah diketahui hipotesanya, sementara untuk longsoran bawah laut belum diketahui sebagai pemicu pasti tsunami.
Agus mengatakan verifikasi lapangan harus dilakukan karena faktanya pada peristiwa tsunami di Anyer, Banten, beberapa lalu sudah ada tanpa terdeteksi alat yang dimiliki oleh PVMBG dan otoritas berwenang lainnya.
Agus menyebutkan verifikasi jenis longsoran yang terjadi di Gunung Anak Krakatau sendiri, harus dipastikan karena gempa bumi bawah laut atau longsoran akibat letusan gunung api bawah laut. Untuk itu berbagai tim dari berbagai instansi yaitu BMKG, BNPB, dan Badan Geologi terus memantau aktivitas Gunung Anak Krakatau pasca tsunami.
"Kita kerjasama untuk mendekati wilayah Gunung Anak Krakatau apa yang sebenarnya terjadi disana. Faktanya besar kaya gitu, berarti namanya harus ada sign taken (tanda), tapi tiba - tiba bum, iya kan ?," ujar Agus.
PVMBG menyataian longsoran bawah laut pernah terkonfirmasi, seperti kejadian letusan gunung api di Itali yang materialnya masuk ke laut. Kasus letusan Gunung Krakatau tahun 1883, Gunung Tambora tahun 1815. Untuk jenis aktivitas patahan di laut yang menjadi pemicu tsunami terjadi di Palu beberapa waktu lalu akibat gempa bumi terjadi longsoran bawah laut.
Kepastian Sebab Tsunami Selat Sunda
Kepala Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) Dwikorita Karnawati memastikan tsunami yang melanda Banten dan Lampung Selatan karena erupsi Anak Gunung Krakatau (AGK).
"Kami mengkonfirmasikan yang sebelumnya kami sampaikan bahwa tsunami ini berkaitan dengan erupsi vulkanik," kata Dwikorita dalam konferensi pers di Kantor BMKG, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (24/12/2018).
Oleh sebab itu, Dwi melanjutkan, potensi tsunami tersebut tidak terdeteksi oleh sensor gempa tektonik BMKG. "BMKG khusus memantau gempa tektonik. Karena 90 persen lebih tsunami di Indonesia diakibatkan gempa tektonik," kata Dwi.
Dwi menjelaskan, peristiwa tsunami yang menghantam Banten dan Lampung Selatan merupakan fenomena tidak lazim.
"Ini fenomena tidak lazim dan kompleks atau multifenomena," ujarnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement