Liputan6.com, Jakarta - Dentuman terdengar ketika tim Merdeka melakukan perjalanan dari Desa Sumur hingga Desa Labuan, yang jaraknya sekitar 49 kilometer. Dentuman tersebut diduga berasal dari Gunung Anak Krakatau.
Dentuman terdengar sekitar 1-3Â menit sekali. Dentuman juga disertai cahaya kilat.
Menurut pedagang nasi di lokasi sekitar, Uni Gadis mengaku, dentuman Gunung Anak Krakatau sudah terdengar sejak setahun lalu.
Advertisement
"Sudah lama itu mas (dentuman) sejak setahun yang lalu lah," kata Uni saat ditemui di Desa Labuan, Pandeglang, Banten, Selasa 25Â Desember malam.
Menurut dia, warga mulai panik saat mendengar dentuman usai tsunami pada Sabtu 22Â Desember 2018 malam. Meski sebelumnya, sudah terbiasa mendengar dentuman serupa dari Gunung Anak Krakatau.
"Kalau dulu (dengar dentuman) itu biasa. Tapi pas malam Minggu itu sekarang jadi pada panik," ujar Uni.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tsunami Selat Sunda
Sebelumnya, ribuan orang telah menjadi korban dampak tsunami yang terjadi di sekitaran Pantai Selat Sunda. Tsunami yang menerjang dan menghantam ratusan bangunan ini terjadi pukul 21.27 WIB, Sabtu lalu.
Banyak warga yang kehilangan harta benda bahkan sampai kehilangan anggota keluarganya karena tsunami.
Kepala Desa Suka Rame, Kabupaten Pandeglang, Banten, Jaenal mengaku, ada empat warganya tewas karena tsunami. Di desa tempat dia tinggal ini, ada sebanyak 130 kepala keluarga (KK).
"Ada empat orang yang meninggal, dua perempuan dan dua laki-laki," kata Jaenal kepada Merdeka di lokasi, Banten, Senin 24Â Desember 2018.
Saat kejadian, dia dalam kondisi tertidur lelap bersama dengan 5 orang lainnya. Dan saat itulah, Jaenal yang sedang tidur dalam kamar ini mendengar suara seperti orang sedang perang menggunakan senjata api.
"Saya bangun itu bukan dibangunin, tapi karena denger kayak dentuman orang lagi perang. Saya pikir juga itu tower jatuh, eh enggak tahunya tsunami," ujar Jaenal.
Reporter: Ronald
Sumber: Merdeka
Advertisement