Liputan6.com, Jakarta - Sempat beredar informasi di media sosial air laut di Pelabuhan Merak, Kota Cilegon, Banten, surut. Bahkan, hal itu dikaitkan dengan akan terjadinya kembali tsunami Selat Sunda yang bakal menghantam sejumlah wilayah di pesisir Banten.
"Kita di dermaga dua Pelabuhan Merak juga kan ada posko Nataru (Natal dan tahun baru). Itu tidak terjadi," kata Kepala Pusat dan Informasi BMKG Klas I Serang, Tarjono, Rabu (26/12/2018).
Baca Juga
Dia pun telah menyebarkan informasi ke seluruh relawan dan instansi bahwa surutnya air laut di Pelabuhan Merak adalah berita bohong atau hoaks.
Advertisement
"Informasi sudah kita sebar ke relawan dari Anyer, Carita, sampai Ujung Kulon," ujarnya.
Masyarakat diminta jangan mudah percaya dengan informasi yang belum jelas, serta diminta meng-update informasi dari lembaga resmi.
"Waspada tetap, harus hati-hati. Jangan mudah percaya informasi yang beredar," ujarnya.
Sebelumnya, beberapa hari kemarin, beredar informasi di media sosial bahwa air laut di Pelabuhan Merak dan Bakauheni surut sampai tujuh meter. Kemudian relawan diminta putar balik untuk mencegah hal yang tidak diinginkan. Informasi itu dipastikan tidak benar.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Imbauan untuk Warga
Badan Meteorologi, Geofisika, dan Klimatologi (BMKG) meminta masyarakat menghindari pesisir pantai di sekitar Selat Sunda dalam radius 500 meter sampai 1 kilometer.
"Kami meminta agar warga masyarakat tetap waspada dan menghindari lokasi pesisir atau pantai dalam radius 500 meter sampai 1 kilometer," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Gedung BMKG, Selasa, 25 Desember 2018 malam.
Hal tersebut, kata dia, terkait masih adanya potensi interaksi antara kondisi erupsi vulkanik Gunung Anak Krakatau yang mengakibatkan getaran-getaran dan juga potensi cuaca ekstrem.
"Terutama besok pagi (pagi ini) masih juga terjadi dan potensi gelombang laut yang tinggi masih juga terjadi," ucap Dwikorita.
Saat ini, ucap dia, BMKG bersama Badan Geologi dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman terus melakukan pemantauan kondisi aktivitas tremor Gunung Anak Krakatau serta kondisi cuaca ekstrem dan gelombang tinggi.
"Karena seluruh kondisi tersebut dapat sewaktu-waktu berpotensi mengakibatkan longsor kembali, tebing kawah Gunung Anak Krakatau ke laut, dan dikhawatirkan dapat berpotensi memicu tsunami seperti hipotesa yang kami sampaikan pada 22 Desember 2018," kata Dwikorita.
Advertisement