Sukses

Belajar Dari Kolok Bengkala, Desa Bisu Tuli yang Penuh Inspirasi

Seorang warga Kolok mampu membuat kain tenun dengan motif yang indah dan memiliki nilai jual tinggi.

Liputan6.com, Jakarta Buat Anda yang seringkali mengeluhkan soal pekerjaan atau bahkan mudah putus asa karena selalu gagal untuk dalam usaha, tampaknya harus belajar dari warga Desa Bengkala, Kabupaten Buleleng, Bali. Keterbatasan fisik tidak menyurutkan kreativitas dan semangat warga Desa Bengkala untuk maju dan berkarya. Meski sebagian besar warga desa tunarungu dan tunawicara, mereka mampu menghasilkan barang-barang bernilai seni dan berharga. 

Dalam bahasa lokal, tunarungu dan tunawicara disebut dengan kolok. Itu sebabnya Desa Bengkala disebut juga Desa Kolok oleh masyarakat setempat.

Bagaimana ceritanya warga Desa Bengkala mampu maju dan berkarya seperti saat ini? Salah satu faktornya adalah hadirnya Kawasan Ekonomi Masyarakat (KEM) Pertamina Flip dikembang kreasikan sejak 2015. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan warga Desa Bengkala melalui pembangunan unit usaha, pengembangan ekonomi desa dengan kearifan lokal, dan mewujudkan hubungan harmonis antar warga.

Sebelum melakukan pengembangan, beberapa pendekatan dan diskusi dengan berbagai tokoh dilakukan untuk mengetahui potensi yang dimiliki warga Kolok. Para peneliti menemukan bahwa warga Kolok memiliki keunggulan dari segi karakter, yaitu jujur, percaya penuh pada orang lain meskipun sering dikelabui, dan pekerja keras dengan tingkat kerapihan hasil yang tinggi. Dengan kondisi tunarungu dan tunawicara, warga Kolok mampu berkonsentrasi selama 15 menit.

Dengan misi “Mengkreasikan KEM berbasis religi dan budaya Hindu Bali”, pembangunan KEM yang dilakukan di desa ini meliputi beberapa komponen, yaitu Parahyangan berupa pura dan pelinggih, Pawongan yang berhubungan dengan masyarakat meliputi rumah tinggal dan fasilitas usaha, serta Palemahan yang merupakan usaha pertanian dan peternakan.

Kegiatan KEM melibatkan kurang lebih 12 kepala keluarga warga Kolok di desa tersebut. Berbagai kegiatan pelatihan dilaksanakan mulai dari pelatihan tari, tenun, batik, yoga, pelatihan kewirausahaan dan peternakan, pelatihan industri produk makanan seperti masakan khas Bali serta kue-kuean atau dalam Bahasa Bali berarti Jaje, dan minuman Jamu Sakuntala. Hasil produk makanan, minuman, serta kain tenun disajikan untuk para tamu atau wisatawan yang datang ke lokasi KEM.

 

 

 

Pengembangan bidang peternakan di Desa Bengkala juga dapat dikatakan sukses. Saat Tim Energia mengunjungi   kandang ternak milik KEM Desa Bengkala, terlihat dua ekor sapi betina yang sedang hamil serta hewan ternak lainnya seperti babi dan ayam yang dapat dikatakan sehat.

Dari ruangan yang lain, Ibu Kadek Sami beserta perempuan Kolok lainnya fokus di atas mesin tenun membuat motif kuda laut ciri khas Pertamina.

“Bersyukur sekali, semenjak ada KEM sekarang warga Kolok khususnya ibu-ibu jadi memiliki kegiatan dan keahlian. Kami bisa menenun dan memasak yang akhirnya bisa kami jual sehingga pemasukan keungan untuk keluarga bertambah dari para istri,” ujar Sami koordinator kegiatan perempuan Kolok.

Pemandangan yang lain ialah interaksi anak-anak Kolok dengan para relawan yang sedang belajar membatik di atas kain. Batik-batik tersebut nantinya akan diproduksi menjadi sarung bantal yang dapat dijual. Mula-mula anak-anak Kolok diajari dengan motif sederhana seperti garis-garis, ketika tangan mereka sudah mulai terbiasa, motif ditingkatkan kerumitannya menjadi motif bunga dan burung. Anak-anak terlihat antusias dan senang terpancar dari raut wajah mereka yang tetap serius dan tak pantang menyerah membuat batik.

Satu lagi pemandangan yang tak boleh dilewatkan adalah tamu asing yang ikut berinteraksi dengan warga Kolok. Tamu asing tersebut ialah Kevin dan Aaron dari Amerika. Keduanya merupakan tunarungu dan tunawicara yang mengabdikan diri mengajar difabel di Thailand.

Kedatangan kedua turis asing tersebut ke Desa Bengkala adalah untuk mempelajari dan mengenal warga Kolok di desa ini. Ternyata keunikan Desa Bengkala sudah tersebar luas hingga taraf internasional. Bukan hanya turis, berbagai peneliti dari universitas di Eropa pun banyak yang menjadikan desa ini sebagai objek penelitian yang menarik untuk ditelisik.

Dari berbagai kegiatan tersebut, Desa Kolok Bengkala dirancang untuk menjadi desa wisata yang dapat menarik wisatawan dengan potensi lokal yang dimilikinya. Pembangunan KEM seperti sebuah harapan baru yang memercikan semangat untuk warga Kolok Desa Bengkala. Kini, keterbatasan bukan lagi halangan melainkan sebuah peluang yang dapat dikembangkan. Meskipun dalam keadaan senyap, warga Kolok Desa Bengkala dapat berkarya memajukan desa.

Lokasi dan Akses

Desa Bengkala terletak di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, tepatnya Bali Utara Provinsi Bali. Lokasi Desa Benglala mudah untuk diakses, hanya dengan berkendara dari Kuta dengan estimasi waktu 30 menit. Sementara melalui Pusat Kota Singaraja berjarak 15,6 km dengan jarak 3,8 km.

Dari Bandara Internasional Ngurah Rai diperlukan waktu 2,5-3 jam dengan jarak 99,5 km.Untuk mencapai lokasi ini dari Kota Denpasar dibutuhkan waktu sekitar 2,5-3 jam perjalanan. Terdapat pilihan jalur yang pengunjung dapat pilih.Rute pertama yaitu Denpasar-Bedugul-Singaraja-Bengkala.Kedua, Denpasar-Kintamani-Bengkala atau Denpasar-Pupuan-Seririt-Singaraja-Bengkala, dan juga rute Denpasar-Plaga-Kintamani-Bengkala.

 

(*)