Sukses

4 Cerita Pilu Bocah yang Selamat dari Tsunami Selat Sunda

Terjangan gelombang tsunami Selat Sunda menyapu wilayah Banten dan Lampung Timur, Sabtu 22 Desember 2018.

Liputan6.com, Jakarta - Terjangan gelombang tsunami Selat Sunda menyapu wilayah Banten dan Lampung Timur, Sabtu 22 Desember 2018. Peristiwa yang terjadi pada 22 Desember tersebut memakan banyak korban.

Tsunami datang tanpa ada peringatan dini. Oleh karena itu, membuat banyak korban tak sempat melakukan persiapan untuk menyelamatkan diri.

Akibatnya, sejumlah korban harus rela kehilangan keluarga, sanak saudara, dan kerabat dekat. Tak hanya itu, mereka juga dipaksa merelakan harta benda yang ikut terseret gelombang tsunami.

Korban yang berjatuhan pun beragam. Mulai dari orang dewasa, remaja, hingga anak-anak terkena dampaknnya.

Di antara banyak korban, ada cerita sejumlah bocah yang selamat dari sapuan gelombang tsunami. Berikut Liputan6.com menghimpun kisahnya:

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 5 halaman

1. Kisah Azmi Diselamatkan Gitar Seventeen

Akhmad Khowarizmi atau Azmi (10) selamat berkat gitar cadangan grup band Seventeen. Bocah asal Pasuruan itu mengapung dengan berpegangan pada gitar.

Kakek Azmi Ashari (64) menceritakan secara lengkap peristiwa itu. Kala gelombang menerjang pada Sabtu malam, 22 Desember 2018, cucu laki-lakinya selamat karena menggapai gitar cadangan grup band Seventeen.

"Saat tersapu gelombang. Cucu saya menggapai gitar cadangan band yang manggung itu. Lalu menjadikannya pelampung," ucap Kakek Azmi.

Bersama adik, ayah, dan ibunya, Azmi saat kejadian tsunami Tanjung Lesung sedang menghadiri Family Gatering PLN. Mengingat, Ninil Ukhita Anggra Wardani (38), ibunda Azmi adalah Senior Manajer Aset dan Properti PLN Unit Induk Transmisi Jawa Barat-Banten.

 

3 dari 5 halaman

2. Cerita Onel Bertahan di Batang Kayu

Donelly Abdul Hadi Jumadi (7) atau yang biasa dipanggil Onel selamat lantaran berpegangan pada sepotong batang kayu. Peristiwa itu terjadi saat Onel terpisah dari keluarganya.

Waktu itu saya, ayah, kakek, dan saudara lainnya lagi main di tepi pantai, kebetulan ada band Seventeen manggung jadi saya nonton dekat panggung," kata Onel mengingat peristiwa tsunami Selat Sunda.

Kata Onel, ombak besar datang hingga menyeret badannya hingga ke laut. Saat itu, dia sedang berusaha sampai ke tepian.

"Saya berusaha sampai ke tepian tapi badan saya sudah lemas," ucapnya lirih

Onel ditemukan dalam keadaan pingsan di bibir pantai dalam keadaan telanjang penuh luka di tangan, pinggang dan kaki. Saat ini, dia telah kembali ke kampung halamannya di Perum Pagadungan, Desa Purwasari, Karawang.

 

 

 

4 dari 5 halaman

3. Kepiluan Adit Ditinggal Ibu dan Dua Adiknya

Adit (11) hanya bisa terdiam ketika mengetahui ibu dan dua adiknya meninggal akibat bencana tsunami Selat Sunda di Lampung selatan. Tatapan matanya terlihat kosong.

Entah apa yang ada dalam pikiran Adit saat itu, tak ada yang tahu, tak ada yang mencoba mencari tahu demi ketenangan sang bocah. Hingga akhirnya anggota Polres Pesawaran, Lampung, Turono menghampirinya dan berusaha menghibur sang bocah malang tersebut.

Kata Turuno, saat melihat Adit, dia sempat berpikir bahwa sang bocah sedang sakit dan ingin membawanya menemui tim medi. Namun nyatanya Adit tidak sakit.

"Saya lihat ada anak di kerumunan ramai, dia duduk sendiri, manyun, pandangannya kosong, saya pikir anak ini sakit," ujar dia bercerita kepada Liputan6.com, Kamis (27/12/2018).

Saat Turuno bertanya kepada warga sekitar, dia baru mengetahui kalau ibu dan dua adiknya meninggal. Tapi naas, ayahnya masih dinyatakan hilang.

"Saya tanya sama orang di sana, kenapa anak itu, kalau sakit mumpung sedang ada dokter, kita obatin. Orang sana bilang, itu Pak mohon maaf, kalau ibunya sama dua adiknya meninggal sudah, ketemu, hanya bapaknya yang belum ketemu. Saat itu," kata Turono.

 

5 dari 5 halaman

4. Rindu Mama dari Mulut Kecil

Beredar video viral penyelamatan seorang bocah korban tsunami di Lampung. Video tersebut tersebar melalui media sosial.

Dalam video, telihat beberapa orang mendengar suara lirih dari balik batang pohon pisang. Saat didekati, diketahui itu merupakan seorang bocah.

Ketika ingin diselamatkan, bocah tersebut menyebut sesuatu yang membuat hati tersayat. Dia mengatakan 'Kangen mama'.

"Kakiku sakit, kangen mama," sebut bocah itu dengan lirih.

Lantas beberapa orang tersebut dengan sigap langsung menyingkirkan puing yang menimbun bocah itu. seorang di antaranya mengimbau bocah itu untuk tetap diam agar tidak merasa sakit.

"Kamu diam saja ya," kata orang tersebut.

(Rifqi Aufal Sutisna)