Sukses

Menteri Pendidikan Malaysia Ajak Kemendikbud Populerkan Islam Moderat

Hal ini untuk melawan gerakan dan paham radikalisme yang muncul karena perbedaan politik dan pengaruh media sosial.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pendidikan Malaysia Maszlee Malik mengatakan, Indonesia dan Malaysia harus bekerja sama di bidang pendidikan untuk mempopulerkan Islam yang moderat. Hal ini untuk melawan gerakan dan paham radikalisme yang muncul karena perbedaan politik dan pengaruh media sosial.

"Bagi Kementerian Pendidikan di Indonesia dan juga Malaysia, kita perlu sama-sama dalam usaha untuk mengembalikan Islam yang berlandaskan nilai, dan bukan hanya Islam yang menghukum semata-mata," jelas Maszlee di Gedung Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Jumat (11/1/2019).

"Tetapi, Islam yang menitikberatkan tentang value. Islam yang mengembalikan kemanusiaan manusia itu sendiri. Islam yang moderat," imbuh dia.

Maszlee berujar, kerja sama tersebut dapat dilakukan dalam bentuk pertemuan atau mendorong penerbitan buku-buku yang membahas tentang toleransi. Hal ini agar agama Islam lebih mengajarkan aspek nilai kemanusiaan.

"Dan mempromosikan cinta, menjadikan cinta sebagai wacana utama yang mengeratkan di antara warga (masyarakat)," tutur dia.

Karena itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Muhadjir Effendy menyatakan, ada kemungkinan pendidikan Islam di Indonesia akan mendapat penambahan pelajaran tentang Islam moderat.

"Sangat dimungkinkan," jawab Muhadjir.

Indonesia dan Malaysia juga direncanakannya akan semakin mempererat hubungan lewat program pertukaran, baik untuk guru maupun siswa. Hal ini guna membina pendidikan dengan nilai-nilai progresif antara kedua negara.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Pendidikan Agama Islam

Pada kesempatan yang sama, Menteri Pendidikan Malaysia Maszlee Malik juga menjelaskan alasan pemotongan silabus pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah Malaysia. Menurutnya, untuk dapat bersaing secara global, pendidikan harus fokus pada tiga pelajaran.

"Ya kita akan coba memperbanyakkan pembinaan karakter, penekanan terhadap sains, matematik, dan juga Bahasa Inggris, karena jika kita ingin maju kita ingin bersaing di peringkat global, kita harus menguasai Bahasa Inggris, sains, dan juga matematik," tutur Maszlee.

Namun, hal itu bukan berarti siswa tidak akan mendapat pendidikan Islam. Sebab, kurikulum tersebut masuk ke dalam pendidikan pembinaan karakter.

Sementara Menteri Pendidikan dan Kebudayan Muhadjir Effendy menjelaskan, sebenarnya pendidikan agama Islam di Malaysia dijadikan program ekstrakurikuler dan diadakan pada sore hari.

"Tapi tidak berarti agama Islam dikurangi, karena sebetulnya kegiatan ekstra, ekstrakurikular di sana sudah sangat pasat ya, istilahnya sekolah sore. Kalau di sini madrasah diniyah," jelas Muhadjir.