Liputan6.com, Jakarta TNI Angkatan Laut berhasil menemukan Cockpit Voice Recorder (CVR) milik Lion Air PK LQP dengan nomor penerbangan JT 610 di perairan Karawang, Jawa Barat. Alat ini berfungsi merekam percakapan pilot selama di penerbangan berlangsung. Lantas apa perbedaan teknis dengan Flight Data Recorder (FDR)?
Pesawat dengan rute penerbangan Jakarta-Pangkal Pinang itu dilaporkan sempat mengalami masalah sewaktu akan bertolak dari Denpasar ke Jakarta. Namun masalah teknis ini, menurut manajemen Lion Air, telah diperbaiki sesuai dengan prosedur maintenance yang dikeluarkan oleh pabrikan pesawat.
Baca Juga
Ketua Sub-Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo mengatakan, alat perekam di pesawat terdiri atas dua macam, yakni FDR dan CVR. Sistem kerja kedua sangat berbeda kendati satu rangkaian dalam black box.
Advertisement
"Bedanya CVR itu kalau listrik sudah nyala dia ngerekam, kalau FDR memulai rekam kalau mesin-mesin nyala," ujar dia.
Dari segi durasi waktu, CVR juga hanya bisa merekam paling lama 2 jam. Sehingga, ditakutkan CVR tidak dapat merekam perbincangan di kokpit.
Pesawat Lion Air PK LQP dengan nomor penerbangan JT 610 rute Jakarta-Pangkalpinang lepas landas Senin (29/10/2018), sekira pukul 06.20 WIB. Sekitar 13 menit di udara, pesawat hilang kontak, kemudian dinyatakan jatuh di perairan Karawang
"Karena daya rekamnya dua jam. Jadi takut waktunya habis di situ. Apalagi penerbangan itu kan ada persiapan waktu boarding. Harapannya 13 menit percakapan (masih ada)," tandas dia.
Apresiasi Presiden
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengapresiasi penemuan Cockpit Voice Recorder (CVR) Lion Air PK-LQP oleh Tim Penyelam (Kopaska & Dislambair) Koarmada I. CVR itu ditemukan di sekitar lokasi jatuhnya Lion Air rute penerbangan Jakarta-Pangkal Pinang di perairan Karawang, Jawa Barat.
"Ya kita sangat menghargai penemuan CVR yang ditemukan oleh Kopaska," ujar Jokowi di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (14/1/2019).
Kepala Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) Laksda TNI Harjo Susmoro mengatakan, pihaknya melibatkan 18 penyelam dari Dislambair Koarmada dan tiga orang dari Kopaska.
Alat yang digunakan pun untuk mencari bagian black box ini pun terbilang canggih. Seperti Multibeam Echosounder (MBES), Sub Bottom Profiling (SBP), Magnetometer, Side Scan Sonar, ADCP serta peralatan HIPAP yang disinyalir mendeteksi sinyal dari black box Lion JT 610.
Pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang membawa 189 orang, termasuk penumpang dan kru pesawat. Penumpang itu terdiri dari 178 orang dewasa, 1 anak-anak, dan 2 bayi (infant).
Pesawat Lion Air dilaporkan hilang kontak 13 menit setelah take off dari Bandara Soekarno Hatta pada 06.20 WIB. Pesawat telah dipastikan terjatuh di Tanjung Karawang. Seluruh penumpang dipastikan meninggal dunia dalam peristiwa tersebut.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement