Liputan6.com, Jakarta Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), M. Hidayat Nur Wahid, mengatakan bahwa kegiatan berorganisasi dan berdakwah mahasiswa sebagai aktivis di berbagai organisasi merupakan hal positif. Aktivitas ini dapat menjadi medan pelatihan berorganisasi dan sebagai medium mendekatkan diri kepada masyarakat.
Namun, ia mengingatkan mahasiswa untuk tidak ‘keasyikan’ dalam berorganisasi hingga membuat prestasi akademik menurun.
“Ingat, prestasi berorganisasi harus berbanding lurus dengan prestasi akademik. Tidak ada alasan menjadi aktivis kampus atau dakwah membuat prestasi akademik mundur. Malah sebaliknya semestinya kegiatan berorganisasi menjadi pendorong prestasi akademik,” ujar Hidayat, di hadapan para delegasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Al Hikmah Jakarta dalam acara ‘Kunjungan STID Al Hikmah ke MPR RI’, di Ruang Rapim MPR, Gedung Nusantara III, Kompleks Gedung MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, Jumat (18/1/2019).
Advertisement
Ia menjelaskan, dirinya dahulu juga aktif di berbagai organisasi dan dakwah Islam tetapi tidak menganggu kegiatan akademik. Bahkan, Hidayat berhasil meraih prestasi akademik cemerlang.
Ia juga mengingatkan, sebagai aktivis organisasi sekaligus aktivis dakwah Islam di era kekinian, anggota BEM STID harus memahami bahwa aktivis dakwah Islam sekarang meneruskan segala sesuatu yang sudah diperjuangkan aktivis Islam di masa lalu, di masa perjuangan pergerakan Indonesia merdeka.
“Sebut saja peran besar para aktivis Masyumi, aktivis Islam seperti Mohammad Natsir dengan mosi integralnya kembali menyatukan Indonesia dalam NKRI, dan masih banyak lagi, dan semestinya peran aktivis dakwah Islam di era sekarang harus lebih baik dari mereka,” ucap Hidayat.
Sejarah perjuangan umat Islam atau aktivis Islam di masa perjuangan tersebut, lanjutnya, menjawab berbagai masalah dan pertanyan seputar dikotomi antara dakwah dan politik yang dirasakan para aktivis dakwah saat ini.
Hidayat menjelaskan, seharusnya kerangka berpikir umat Islam tidak mempertentangkan antara Islam yang aktif dalam dunia dakwah dan yang aktif dalam dunia politik. Berpolitik adalah bagian dari dakwah dan dakwah adalah bagian dari politik.
“Kalau yang saya pahami, dalam konteks Keislaman, baik pemahaman Al Quran, Hadist, sejarah Rasulullah dan sejarah perjuangan umat Islam di Indonesia, ternyata tidak menganut adanya pembelahan yang bersifat ekstrem. Artinya, kalau anda berdakwah tidak boleh berpolitik dan berpolitik tidak boleh berdakwah, yang dipentingkan adalah bagaimana membuat dakwah dan politik itu menjadi dua posisi yang sesungguhnya saling menguatkan, menguntungkan, membela, dan saling memaksimalkan potensi. (Hal) ang sangat perlu dipahami adalah dakwah memiliki nilai yang sangat penting untuk disampaikan pada berbagai pihak, termasuk politik ,” kata dia.
Hidayat pun mengingatkan kepada para mahasiswa untuk menyampaikan dakwah sesuai dengan lingkungannya.
“Dalam berdakwah harus memperhatikan lingkungan tempat nanti akan berkiprah. Hendaknya dalam berdakwah dan menyiarkan Islam tidak dibenturkan dengan kebiasaan yang sudah ada dalam masyarakat selama tidak melanggar syariat dan aqidah,” ujarnya.
(*)