Liputan6.com, Jakarta Hujan yang tak henti mengguyur selama 2 hari terakhir, membuat beberapa wilayah di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan terendam banjir. Akibatnya ada enam warga yang meninggal dunia karena tertimbun longsor dan juga karena kedinginan.Â
Baca Juga
Bupati Gowa, Adnan Purictha Ichsan Yasin Limpo, Selasa malam memantau banjir bersama jajaran pejabat pemda untuk memantau pelaksanaan evakuasi warga di beberapa lokasi banjir terparah.
Advertisement
"Ada enam warga yang meninggal dunia mulai dari balita hingga orang dewasa," kata Adnan dikutip Liputan6.com dari Merdeka.com Rabu (23/01/2019)
Di antara enam warga itu, kata Adnan, ada dua balita yang meninggal dunia karena kedinginan. Dua balita sempat mendapat perawatan medis di rumah sakit namun nyawanya tidak tertolong. Balita itu salah satunya bernama bernama Akram Ali Yusran, (3) warga perumahan Royal Zigma.
Sedang korban banjir lain adalah Rizal Lisan Trio (48), warga BTN Batara Mawang, Kecamatan Somba Opu yang meninggal dunia karena tersengat listrik. Lalu dua orang warga Kecamatan Bongayya bernama Syarifuddin dan Daeng Baji, juga seorang warga dewasa meninggal dunia karena tertimbun longsor di daerah ketinggian Kecamatan Tinggi Moncong. Identitasnya belum diketahui.
"Selain itu ada empat warga yang luka dan 10 orang dinyatakan hilang masing-masing berasal dari Kecamatan Manuju, Bonto Marannu dan Bongayya," tutur Adnan.
Fakta Letak Geografis Kabupaten Gowa
Secara geografis, Kabupaten Gowa terletak pada 5°33' - 5°34' Lintang Selatan dan 120°38' - 120°33' Bujur Timur. Kabupaten Gowa terdiri dari wilayah dataran rendah dan wilayah dataran tinggi dengan ketinggian antara 10-2.800 meter di atas permukaan air laut.
Wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar merupakan dataran tinggi yaitu sekitar 72,26% terutama di bagian timur hingga selatan. Karena merupakan Pegunungan Tinggimoncong, Pegunungan Bawakaraeng-Lompobattang dan Pegunungan Batureppe-Cindako.
Kabupaten Gowa memiliki luas Luas wilayah 1.883,32 km2. Dari total luas Kabupaten Gowa, 35,30% mempunyai kemiringan tanah di atas 40 derajat, yaitu pada wilayah Kecamatan Parangloe, Tinggimoncong, Bungaya dan Tompobulu.
Advertisement
Wilayahnya Banyak Aliran Sungai
Kabupaten Gowa dilalui oleh banyak sungai yang cukup besar yaitu ada 15 sungai. Sungai dengan luas daerah aliran yang terbesar adalah Sungai Jeneberang yaitu seluas 881 km² dengan panjang sungai utama 90 Km.
Dengan banyaknya aliran sungai di Kabupaten Gowa, membuat daerah ini memiliki potensi banjir yang cukup tinggi. Sungai-sungai itu diantaranya sungai jeneberang, sungai maros, sungai limbung, dan sungai-sungai lainnya.
Gowa Punya Sejarah Panjang
Gowa memiliki julukan Gowa Bersejarah. Julukan ini bukan tanpa alasan, alam khasanah sejarah nasional, nama Gowa sudah tidak asing lagi. Mulai abad ke-15, Kerajaan Gowa merupakan kerajaan maritim yang besar pengaruhnya di perairan Nusantara.
Bahkan dari kerajaan ini juga muncul nama pahlawan nasional yang bergelar Ayam Jantan dari Timur, Sultan Hasanuddin, Raja Gowa XVI yang berani melawan VOC Belanda pada tahun-tahun awal kolonialisasinya di Indonesia.
Kerajaan Gowa memang akhirnya takluk oleh Belanda lewat Perjanjian Bungaya. Namun meskipun sebagai kerajaan Gowa tidak lagi berjaya, kerajaan ini mampu memberi warisan terbesarnya, yaitu Pelabuhan Makassar.
Pelabuhan yang kemudian berkembang menjadi Kota Makassar ini dapat disebut anak kandung dari Kerajaan Gowa, sedangkan Kerajaan Gowa sendiri merupakan cikal bakal Kabupaten Gowa sekarang.
Advertisement
Pemasok Kebutuhan Dasar Daerah Sekitarnya
Kota Makassar lebih dikenal khalayak dibandingkan dengan Kabupaten Gowa. Namun pada kenyataannya sampai saat ini Kabupaten Gowa diibaratkan masih menjadi ibu bagi Kota Makassar.
Kabupaten yang hanya berjarak tempuh sekitar 10 menit dari Kota Makassar ini memasok sebagian besar kebutuhan dasar kehidupan Kota Makassar. Mulai dari bahan material untuk pembangunan fisik infrastruktur, bahan pangan, terutama sayur-mayur, sampai aliran air bersih dari Waduk Bili-bili.
Kemampuan Kabupaten Gowa menyuplai kebutuhan bagi daerah sekitarnya dikarenakan potensi alamnya yang melimpah. Kabupaten seluas 1.883,32 kilometer persegi ini memiliki enam gunung, di mana yang tertinggi adalah Gunung Bawakaraeng.
Daerah ini juga dilalui Sungai Jeneberang yang di daerah pertemuannya dengan Sungai Jenelata dibangun Waduk Bili-bili. Keuntungan alam ini menjadikan tanah Gowa kaya akan bahan galian, di samping tanahnya subur.
BNPB Alokasikan Rp 376,5 Juta untuk Desa Tangguh Bencana di Gowa
Dilansir dari laman humas.gowakab.go.id, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gowa membentuk dua Desa Tangguh Bencana (Destana) di Kabupaten Gowa. Dua desa tangguh bencana (Destana)Â tersebut antara lain adalah Desa Bili-Bili Kecamatan Bontomarannu, dan Desa Panakkukang Kecamatan Pallangga.
Berdasarkan program dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana Republik Indonesia (BNPB RI) mengalokasikan anggaran Rp 376.548.000 kepada Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Anggaran itu tahun 2018.Â
Â
Reporter:Â Anugerah Ayu Sendari
Advertisement