Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla meninjau Jakarta dari udara, Senin pagi, 28 Januari 2018. Naik helikopter, JK terbang di atas kawasan Jalan MH Thamrin, Cawang, Kampung Melayu, hingga Tanjung Priok di pinggiran Teluk Jakarta.
Dari atas ia menyaksikan hal berbeda: Jakarta yang metropolis dan gemerlap dan jalanan ibu kota yang belum sepenuhnya termodernisasi. JK bahkan menyebut, Jalan Thamrin seperti di Singapura, namun Tanjung Priok mirip Bangladesh.
Baca Juga
"Ada ketimpangan yang luar biasa, yang mewah dibanding daerah kumuh seperti Tanjung Priok dan Kampung Melayu yang sering terkena musibah dan terbakar," kata JK saat ditemui di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (29/1/2018).
Advertisement
JK mengaku diminta oleh Presiden Jokowi untuk menata transportasi di Jakarta. Menurutnya, dibutuhkan waktu 10 tahun untuk mewujudkannya. Inti untuk mengatasi kemacetan adalah mengurangi mobil pribadi dan mengalihkannya ke transportasi massal.
"Dan bukan hanya transportasi, tapi juga posisi permukiman. Keduanya harus disusun bersamaan," tambah pria asal Sulsel itu. Tata ruang yang tidak tepat punya kontribusi terhadap ketimpangan, juga kesemrawutan.
JK menambahkan, salah satu hal yang harus dilakukan untuk menata Jakarta adalah dengan mendirikan permukiman yang baik, dilengkapi dengan stasiun dan terminal.
Permukiman yang dimaksud JK adalah vertikal. "Kalau permukiman kumuh itu menyebar, tapi kalau rapi seperti Singapura dan Kuala Lumpur dibangunnya vertikal," tambah JK.
"Mengubah Jakarta jadi kota modern pada 2045 harus dimulai dari sekarang," tambah JK.
Pendapat JK soal ketimpangan di jalanan ibu kota diamini Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Menurut dia, itu fakta.
"Enggak, itu bukan kritik. Itu fakta," kata Anies di Balai Kota, Jakarta Pusat, Senin (28/1/2019).
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Gambaran Indonesia 2045
Jusuf Kalla menyebut, pada 2045 Jakarta harus menjadi kota modern yang sejajar dengan ibu kota dunia lainnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati memaparkan prospek dan potensi Indonesia pada 2045. Negara ini akan menjadi negara dengan perekonomian terbesar ke-5 di dunia dengan pendapatan per kapita mendekati US$ 30 ribu. Kuncinya, bahu membahu membangun Indonesia bersama-sama.
Indonesia, diakui Sri Mulyani, termasuk negara berkembang yang berbeda dengan negara lainnya, seperti Brasil, Meksiko yang menghadapi persoalan tertentu. Bahkan negara-negara penghasil minyak, yakni Nigeria, Rusia, dan Afrika Selatan.
"Indonesia dianggap emerging market dengan potensi cukup menjanjikan. Karena feedback yang kita terima dari pemegang surat utang Indonesia, mereka sangat senang dengan prospek ekonomi kita dan mereka percaya dengan kebijakan pemerintah," kata dia di Acara Stakeholder Gathering di Gedung Dhanapala, Jakarta, Selasa malam (14/3/2017).
Dirinya menyebut, Indonesia sangat berpotensi besar untuk menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-5 di dunia pada 2045. Pada tahun itu pula, sambung Sri Mulyani, penduduk Indonesia akan mencapai lebih dari 300 juta jiwa.
"Jumlah penduduk dengan usia produktifnya 52 persen, kelas menengah 82 persen, dan income per kapita mendekati US$ 30 ribu karena kita akan menjadi negara dengan perekonomian ke-5 terbesar di dunia. Ini adalah perekonomian besar yang sangat potensial," jelas Sri Mulyani.
"Suatu kelas yang sangat tinggi dan mampu untuk menjadi basis pembangunan apapun di negeri ini karena size-nya sangat besar," dia menerangkan.
Untuk mewujudkan potensi ekonomi ini, Sri Mulyani mengaku, kuncinya pemerintah, masyarakat, dan seluruh kalangan bergandeng tangan, bekerja bersama bahu membahu membangun Indonesia menjadi lebih baik.
"Semua itu hanya akan tercapai apabila kita menyiapkan infrastruktur yang berkualitas, manusia yang berpendidikan, kesiapan teknologi dan informasi, kebijakan konektivitas sehingga Indonesia menjadi negara yang tak terpisahkan, kelembagaan pemerintahan punya tata kelola baik, dan sumber daya yang dikelola secara suistanable (berkelanjutan). Inilah masa depan Indonesia," kata dia.
Advertisement