Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengaku sering mendapatkan tekanan dari berbagai pihak setiap mengeluarkan kebijakan. Dia pun berkelakar tentang tubuh kurusnya yang mampu membantunya menangkis tekanan-tekanan tersebut.
Hal itu dia ungkapkan saat menghadiri Deklarasi Alumni Trisakti Pendukung Jokowi di Hall Basket, Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu (9/2/2019).
Baca Juga
Mulanya, Jokowi mengeluhkan tudingan pro-asing kepadanya. Padahal, berbagai kebijakan dan kinerja yang diambilnya selalu berpihak kepada rakyat Indonesia.
Advertisement
"Disebut antek asing, tapi Blok Mahakam, blok besar sejak 2015 sudah 100 persen dikelola oleh Pertamina. Cuma saya diem, saya maunya kerja," ujar Jokowi.
Kemudian Freeport, dulu pemerintah Indonesia hanya mendapatkan keuntungan 9,1 persen. Namun di era kepemimpinannya, Indonesia bisa mendapat keuntungan hingga 51,2 persen setelah negosiasi panjang selama empat tahun.
"Artinya, saham pengendali yang ada di Indonesia ini kita yang mengendalikan," kata mantan Gubernur DKI Jakarta.
Menurut dia, butuh perjuangan luar biasa agar Indonesia mendapatkan keuntungan sebesar 51,2 persen dari Freeport. Karena banyak tekanan politik yang ia dapatkan. Namun Jokowi tetap bersikukuh ingin mendapatkan keuntungan sebesar itu.
"Dipikir enggak ada intrik apa. Enggak ada tekanan politik apa. Semua tekan sana dan sini. Emang itu dipikir mudah dan gampang," ucap Jokowi menegaskan.
Beruntung Jokowi tahan terhadap berbagai tekanan tersebut. Hal itu, kata dia, karena postur tubuhnya yang kurus sehingga mudah menghindari tekanan yang datang dari berbagai arah.
"Untungnya saya ini kurus. Jadi kalau disodok dari kanan saya bisa hindar ke kiri. Disodok dari depan ya hindar ke belakang," seloroh Jokowi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Survei PoliticaWave
Lembaga survei PoliticaWave melakukan penelitian terkait pemberitaan bohong alias hoaks yang aktif beredar di sosial media. Hasilnya, Joko Widodo atau Jokowimenjadi sasaran terbesar dalam pemberitaan hoaks.
"Isu hoaks yang jumlahnya semakin besar di Pilpres 2019. Pada Pilpres 2014 pasangan Jokowi-JK mendapat serangan hoaks 7 kali lebih besar daripada pasangan Prabowo-Hatta," tutur Founder PoliticaWave Yose Rizal dalam konferensi pers 'Pilihan Netizen Menjelang Pilpres' di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (7/2/2019).
Pada 2014 lalu, Jokowi-JK memperoleh 94,9 persen kampanye hitam atau tudingan kelemahan tanpa fakta dan 5,1 persen kampanye negatif yakni kekurangan kandidat berdasarkan fakta.
Sementara Prabowo-Hatta menerima 13,5 persen kampanye hitam dan 86,5 persen kampanye negatif.
"Selama proses Pilpres 2019, PoliticaWave memantau 10 isu hoaks dengan jumlah percakapan terbesar di sosial media," jelas dia.
Advertisement