Liputan6.com, Jakarta Ketua Bapilu Partai Nasdem Effendy Choirie atau Gus Choi mendorong kader-kader mudanya untuk tampi dalam kancah perpolitikan nasional. Sebagai upaya menggembleng kader mudanya, Nasdem mempunyai sekolah khusus yang dinamai Akademi Bela Negara (ABN).
"Ketika saya jadi ketua DPW Jawa Timur saya melakukan 48 kali sekolah kader. Di tempat lain belum ada pada saat itu. Diskusi bagaimana kita punya kader karena partai itu memang membutuhkan kader maka kemudian lahirlah ABN. Akademi Bela Negara itu sebetulnya adalah lembaga untuk menciptakan kader Nasdem," ujar Gus Choi di Jakarta, Senin (11/2/2019)
Kader Nasdem, lanjutnya, harus memahami tentang restorasi, jati diri bangsa, ideologi bangsa dan tentang sistem negara serta sejarah Indonesia.
Advertisement
"Nah itu yang ingin diwujudkan oleh NasDem sehingga wujudnya adalah kader yang restoratif," ucap dia.Â
Gus Choi menjabarkan, kader restoratif itu adalah seseorang yang akan bekerja secara kolektif dan selalu punya pandangan untuk memperbaiki. Yang selalu punya pandangan untuk membangun.
"Yang selalu punya pandangan untuk mempersatukan. Selalu pandangan membawa optimisme, kader yang selalu memberikan pencerahan. Yang selalu berbagi energi positif kepada masyarakat. Yang terus mengajak masyarakat untuk berbuat baik," ucap dia.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Punya Visi Besar
Soal pentingnya kaderisasi, Ketua GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut di kesempatan berbeda menilai parpol harus mulai berbenah dengan melakukan kaderisasi kepada kader-kader muda. Sehingga bisa menciptakan calon pemimpin masa depan yang berkualitas.
"Memberikan kesempatan kepada anak-anak muda daripada sibuk mempertahankan status quo," katanya.
Gus Yaqut menambahkan, calon pemimpin masa depan harus mempunyai visi untuk membawa Indonesia menjadi bangsa yang lebih baik, terhormat dan disegani. Kedua, memiliki cita-cita besar.
"Orang yang bercita-cita besar pasti berjiwa besar. Ini ditunjukkan dengan tidak pengecut dan berani korbankan apapun demi cita-cita besar itu. Tidak serakah. Tidak menjual cita-cita besar dengan harga apapun," tuturnya.
Selain itu, tidak mudah sakit hati dan tersinggung serta mampu menahan amarah. Kemudian mampu memaafkan. "Berjuang bukan untuk diri kita sendiri tetapi untuk kepentingan negara dan peradaban manusia," tutup dia.Â
Advertisement