Liputan6.com, Jakarta - Ahli plastik dari ITB (Institut Teknologi Bandung) Zainal Abidin menyatakan sampah plastik yang banyak ditemukan di Indonesia, seratus persen bisa didaur ulang menjadi barang yang bernilai tambah. Sampah plastik akan berbahaya bagi lingkungan jika tidak dikelola melalui proses circular economy
Zainal mencontohkan, penggunaan PET (polyethylene Terephthalat ) di Indonesia sebanyak 350,000 ton setahun. Yang bisa didaur ulang 216,047 ton. Tersisa 30% lebih.
Baca Juga
"Ini harus menjadi konsern pemerintah supaya bisa terolah, bukan dengan melarang penggunaan plastik," ujarnya saat diskusi "Potensi Ekonomi dari Pengelolaan Sampah Plastik," di Gedung Nyi Ageng Serang, Jakarta, 20 November 2019.
Advertisement
Zainal menambahkan, pemerintah seharusnya melakukan tata kelola sampah plastik secara circular economy. Tidak sekadar kumpulkan sampah di TPS lalu buang ke TPA.
"Itu cara kuno. Paradigma baru adalah pilah, kumpulkan, proses jadi barang bernilai tambah, lalu jual. Ini namanya profit center,” kata dia.
Sementara itu, Koordinator Komunitas Plastik untuk Kebaikan, Eni Saeni menyatakan, komunitasnya melakukan edukasi dengan paradigma baru tersebut. Ternyata, banyak kendala dihadapi, sebagian masyarakat enggan memilah sampah plastik di rumah, karena gerobak sampah mengambilnya mencampurnya dengan sampah lain.
"Kami membuat gerakan memilah sampah agar sampah bisa dikelola dengann baik. Pemerintah harus turun tangan dalam tata kelola ini,” kata Eni.
Komunitas Plastik untuk Kebaikan telah melakukan gerakan edukasi pilah plastic dengan insentiftukarkan sampah plastik dengan sembako. Hasilnya dalam dua jam terkumpul 7 kantong besar sampahplastic di CFD pada 10 November 2019 lalu. Dan pada hari itulah, Komunitas dideklarasikan.