Liputan6.com, Tanah Laut Upaya pemerintah dalam meningkatkan produksi jagung nasional melalui program Upaya Khusus (Upsus) Peningkatan Produksi Jagung, menuai hasil yang memuaskan.Â
Wilayah-wilayah penghasil jagung, secara bergantian terus melakukan panen raya. Salah satunya di Desa Tajau Pecah, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Menteri Pertanian (Mentan) RI Amran Sulaiman yang turut menghadiri acara panen raya, menyaksikan raut bahagia para petani.
"Hari ini sungguh merupakan hari yang membahagiakan bagi kita semua khususnya bagi para petani, karena kita baru saja melaksanakan pemanenan Jagung yang merupakan hasil dari jerih payah yang dilakukan para petani kita selama beberapa bulan ini," ujar Amran.
Advertisement
Produksi jagung nasional hingga saat ini mampu mencukupi kebutuhan domestik dan sudah diekspor 372 ribu ton. Dengan peningkatan produksi jagung melalui Upsus, pemerintah berhasil menghemat devisa sekitar Rp 31 triliun.
"Keberhasilan yang dicapai dalam meningkatkan produktivitas jagung seperti yang kita saksikan hari ini, semoga tetap bisa kita kawal pada tahun ini dan tahun-tahun berikutnya. Bahkan kita akan upayakan, lebih meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya," kata Amran di hadapan para petani, Gubernur Kalimantan Selatan, Bupati Kabupaten Tanah Laut dan pejabat daerah lainnya serta sejumlah pemangku kepentingan.
Selain berkontribusi pada pemenuhan kebutuhan jagung nasional, Mentan berharap hasil panen ini juga akan meningkatkan pendapatan petani.
Luas panen di Desa Tajau kali ini diperkirakan seluas 1.200 hektar (ha), dan Kec. Batu Ampat seluas 4.000 ha. Sedangkan untuk Kab. Tanah Laut luas panen jagung seluruhnya diperkirakan mencapai 32.000 ha.
Sementara luas tanam di Provinsi Kalimantan Selatan untuk Musim Tanam Oktober 2018 s.d 24 Februari 2019, tercatat untuk padi seluas 252.032 Ha, Jagung seluas 77.039 Ha, dan Kedelai seluas 3.880 Ha.
Mentan: Segera Serap Jagung Hasil Panen Petani
Â
Keberhasilan yang dicapai petani Jagung di tempat ini, juga telah dirasakan oleh para petani di daerah lain. Belum lama, panen juga terjadi di Lebak Banten, Ogan Komering Ilir di Sumatera Selatan, Gunungkidul di Yogyakarta, Tuban Jawa Timur dan banyak lokasi lainnya.
Mentan telah meminta Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk melakukan penyerapan hasil panen. Dengan menyerap hasil panen jagung petani ini, maka Bulog telah menyiapkan buffer stock (persediaan ekstra) yang sewaktu-waktu dapat digunakan terutama ketika terjadi kekurangan pasokan di pasaran.
"Selain itu kami juga telah meminta kepada perusahaan jagung dan Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) untuk ikut serta dalam menyerap hasil panen petani. Sehingga petani langsung dapat merasakan hasil panennya dengan harga yang memuaskan," pinta Amran.
Ia menaruh harapan besar, komitmen serapan 1 juta ton per bulan jagung oleh GMPT dapat segera terealisasi. Maka, agar jagung yang akan diserap oleh off taker tetap terjaga kualitasnya, Mentan juga meminta Gabungan Kelompok Petani (Gapoktan) mengoptimalkan pemanfaatan dryer yang telah disalurkan oleh Kementerian Pertanian.
"Kami perlu tegaskan, _dryer_ tersebut adalah untuk digunakan oleh petani, bukan oleh tengkulak," tegas Amran.
Amran menambahkan, pihaknya dalam waktu dekat akan melakukan ekspor hasil produksi jagung di sejumlah daerah, termasuk hasil panen dari Kalimantan yang memiliki potensi mensuplai jagung secara nasional.
"Dalam waktu 1-2 bulan ini kita sudah ekspor lagi. Dari Gorontalo rencana ekspor 113 ribu ton. Belum lagi dari jawa timur, NTB dan menyusul dari Kalimantan yang memiliki potensi besar karena lahannya bagus," katanya.
Amran berharap, para peani langsung melakukan cocok tanam, paska panen ini berlangsung. Selain itu, Kementan juga sudah meminta jajaran Dirjen agar memanggil seluruh pengusaha dan memastikan harga pakan ternak turun.
"Saya kira harga sudah bagus. Ini tinggal kita himbau saja seluruh perusahaan besar dan meminta mereka menurunkan harga pakan ternak," katanya.
Disisi lain, Amran menyebut lahan di Kalimantan sangat cocok untuk perkebunan sawit. Karena itu, dia langsung meluncurkan program B100 yang mampu merubah CPO menjadi Biofuel 100 persen. Program ini disebut Amran sebagai energi masa depan untuk kemajuan Indonesia.
"Tadi saya lihat dari gambar pesawat drone, dan ternyata Kalimantan ini luas sekali lahanya. Disini sangat cocok untuk kelapa sawit, makanya kita luncurkan B100 yang bisa merubah CPO menjadi Biofuel 100 persen," tukasnya.
Â
Â
(*)