Sukses

Kecerdasan Buatan dalam Jurnalisme, Mungkinkah?

Ketakutan seperti itu muncul juga dalam industri media. Transformasi media digital yang begitu cepat menjadi latar belakang dari ketakutan tersebut.

Liputan6.com, Jakarta Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) merupakan isu yang dalam beberapa tahun ini santer dibicarakan. Secara sederhana, kecerdasan buatan bisa dipahami sebagai kecerdasan robot atau mesin otomatis, seperti yang digunakan dalam perangkat elektronik yang biasa kita pakai sehari-hari.

Beberapa pihak khawatir dengan kemunculan AI dalam dunia pekerjaan. Hal ini tidak terlepas dari ketakutan beberapa pihak akan hilangnya pekerjaan bagi manusia karena digantikan oleh robot.

Ketakutan seperti itu muncul juga dalam industri media. Transformasi media digital yang begitu cepat menjadi latar belakang dari ketakutan tersebut.

Ditemui di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Jumat (1/3/2019), dalam acara Rapat Kerja Nasional Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Pemimpin Redaksi The Jakarta Post Nezar Patria mengungkapkan bahwa akan ada beberapa dampak hadirnya AI dalam industri media.

"Masuknya Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) dalam media ada beberapa hal yang mesti kita perhatikan, yang pertama impact-nya terhadap konten, yang kedua terhadap tenaga kerja," kata Nezar.

Ia melihat bahwa dampak AI terhadap konten media ialah otomatisasi konten-konten berita seperti fluktuasi harga saham dan juga berita olahraga. Namun, ia tidak melihat akan adanya otomatisasi berita politik karena dirasa sensitif.

Hadirnya AI dalam pembuatan konten media menurut Nezar akan memiliki beberapa konsekuensi.

"Penggunaan AI dalam konten (media) akan membawa beberapa konsekuensi, misalnya soal akurasi. Karena kita tahu penggunaan robot dengan program yang canggih untuk memilih kata tetap saja ada yang miss, tetap saja ada kurang atau interpretasi yang berbeda," ujarnya.

 

2 dari 2 halaman

Dampak Pekerja Media

Selanjutnya terkait dampak AI terhadap pekerja media, Nezar melihat bahwa akan posisi editor dalam berita bisa semakin ditekan secara kuantitas.

"Dengan masuknya AI mungkin akan menggantikan posisi-posisi (dalam) proses produksi berita. Editor dalam produksi berita mungkin saja tidak perlu banyak lagi, dan ini terjadi di beberapa media di Eropa dan Amerika," katanya.

Terjadinya ketakutan akan AI juga menstimulus munculnya konsep Universal Basic Income (UBI), yang mana hadirnya AI dirasa akan mengurangi jumlah pekerjaan bagi manusia. Salah satu proposal untuk menanggulangi hal tersebut adalah UBI.

UBI secara sederhana dipahami sebagai pemberian sejumlah uang kepada individu yang salah satunya disebabkan karena pekerjaan mereka digeser oleh mesin.