Sukses

Atasi Karhutla, Kepala BNPB Minta Gubernur dan Bupati Menginap di Rumah Warga

Doni juga menyarankan pemerintah di Riau juga mengajak akademisi, sosiolog, antropolog dan ulama untuk tidur di perkampungan mensosialisasikan bahaya Karhutla.

Liputan6.com, Pekanbaru- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo punya ide yang diyakininya mampu mencegah Karhutla berulang. Salah satunya meminta gubernur, bupati, camat, polisi, TNI dan instansi terkait menetap beberapa hari di perkampungan.

"Tidur dan bermalam di sana, semua unsur harus terlibat. Yakinkan masyarakat tentang kerugian membakar lahan, kalau gubernur dan bupati turun, saya rasa masyarakat menurut, apalagi Riau ini masyarakat penurut," kata Doni di Pekanbaru, Senin (4/3/2019).

Doni kemudian mengutip sebuah perkataan pujangga "Temuilah rakyatmu, hiduplah bersama mereka, mulailah dari apa yang mereka dimiliki". Pendekatan ini dinilainya efektif juga pemerintah memahami kebiasaan masyarakat.

"Kan kasihan juga kalau masyarakat di penjara, banyak itu, bisa penuh nanti penjara," sebut Doni.

Doni juga menyarankan pemerintah di Riau juga mengajak akademisi, sosiolog, antropolog dan ulama untuk tidur di perkampungan mensosialisasikan bahaya Karhutla. Pendekatan melibatkan berbagai aspek ini dinilainya akan ampuh.

Untuk universitas di Riau, Doni menyebut bisa mengutus mahasiswa kerja kuliah nyata (KKN) ke lokasi rawan terbakar. Perlu ada KKN tematik tentang lingkungan dan Karhutla agar kejadian yang menelan biaya besar untuk pemadamannya ini tak berulang tiap tahun.

Di sisi lain, kegiatan keagamaan di Riau juga dipandang perlu memasukkan tema Karhutla dan lingkungan. Ulama ataupun ustadz bisa mengisi tentang bahaya kebakaran yang bisa membunuh satwa dan ekosistem.

"Berikutnya kalangan pengusaha dan relawan. Khusus pengusaha, kalau tidak melakukan kewajiban menjaga lahan bisa ditindak, tapi perlu tindakan preventif dulu," sebut Doni.

2 dari 2 halaman

Kerugian Lebih Besar dari Tsunami

Kolaborasi semua kalangan tersebut dinyatakan Doni sangat penting. Begitu juga dengan peran media dalam mensosialisasikan setiap kegiatan ataupun pendekatan yang dilakukan pemerintah dengan unsur disebutkan tadi.

"Apalagi tahun ini ada El Nino terpanjang dalam 130 terakhir, makanya sebelum kebakaran meluas, perlu ada pendekatan-pendekatan tadi," tegas Doni.

Fenomena El Nino meskipun sifatnya ringan tapi tak boleh dibiarkan. Apalagi saat ini fenomena tersebut sudah menyebabkan ribuan hektare hutan di Australia terbakar dan masih berlangsung hingga sekarang.

Doni memperingatkan jangan sampai hal serupa terjadi di Indonesia. Pasalnya jika kebakaran sudah terjadi, dampaknya sangat luas, terutama dari sisi ekonomi yang disebut bisa lebih parah dari bencana tsunami di Aceh.

"Bencana asap tahun 2015 itu kerugiannya 16,1 miliar Dollar Amerika, tsunami Aceh sekitar 7 miliar dollar. Dua kali lipat kerugiannya," terang Doni.

Untuk solusi jangka panjang, Doni menyebut penataan lahan gambut harus dilakukan. Salah satu tanaman yang cocok adalah sagu karena bisa membuat rawa hutan sehingga ketika ada api di lahan gambut akan mati dengan sendirinya.

"Sebagaimana kebakaran di Meranti, kalau ada rawa gambut ditanami sagu maka akan mati sendiri. Kalau rawa ini sudah tidak ada lagi, kebakaran meluas," sebut Doni.

Doni berharap Pemerintah Provinsi Riau membudidayakan sagu di gambut, terutama di lahan terus terbakar setiap tahunnya. Begitu juga dengan menajemen sekat kanal sehingga air tetap ada selama musim kemarau.

"Sagu saat ini menjadi komoditi di dunia, apalagi di Riau (Meranti) hasilnya sudah diekspor. Diharap ada pelatihan sagu ke depannya," terang Doni.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: