Liputan6.com, Jakarta Setelah mampu menurunkan disparitas harga sebanyak 15-20 persen di sejumlah wilayah di Indonesia Bagian Timur, kini tol laut menyumbang kenaikan volume distribusi logistik nasional di tahun 2018.
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut, Capt. Wisnu Handoko mengatakan bahwa merujuk data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) disebutkan selama tiga tahun terakhir distribusi logistik melalui angkutan laut tercatat naik sebesar 41 juta ton.
"Program Tol Laut dari waktu ke waktu mengalami perkembangan yang cukup signifikan dalam menyumbang kenaikan volume distribusi logistik nasional. Berdasarkan data BPS, volume distribusi logistik nasional tahun 2015 mencapai 238 juta ton, menjadi 279 juta ton pada 2018 dan tol laut berperan dalam kenaikan tersebut," ujar Capt. Wisnu.
Advertisement
Menurutnya, penambahan kapal-kapal tol laut yang mengangkut barang-barang ke seluruh wilayah Indonesia juga ikut menyumbang kenaikan volume distribusi logistik nasional.
kini untuk mengoptimalkan peranan Tol Laut dalam rantai logistik nasional, Pemerintah mendorong penyelenggaraan angkutan logistik Tol Laut bukan hanya port to port (dari pelabuhan ke pelabuhan), tapi sampai end to end (langsung sampai ke konsumen), sehingga tepat sasaran ke masyarakat agar dapat merasakan harga yang terjangkau.
Untuk itu, Pemerintah melalui Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan menggagas program kontainer masuk desa bekerja sama dengan Maritime Research Institute Nusantara (MARIN).
"Sebagai perwujudan kehadiran negara, Kementerian Perhubungan segera mengimplementasikan program kontainer masuk desa untuk memperkuat konektivitas ekonomi desa dan nasional melalui program tol laut demi mewujudkan program Nawacita pemerintah dalam rangka menghadirkan negara di beranda terdepan NKRI," tegas Capt. Wisnu.
Selain diharapkan mampu menurunkan disparitas harga, lanjut Capt. Wisnu, program kontainer masuk desa diharapkan dapat memastikan ketersediaan berbagai bahan pokok dan penting di wilayah desa yang selama ini belum maksimal.
Capt. Wisnu menambahkan bahwa Kementerian Perhubungan bersama Pelindo Marine Service anak perusahaan PT. Pelindo III Surabaya juga akan menyiapkan mini kontainer (minicon) dengan ukuran yang memungkinkan agar bisa masuk ke wilayah pedesaan dan pulau terpencil yang tidak memiliki infrastruktur jalan raya yang lebar dan hanya mampu diangkut dengan truk kecil atau mobil bak terbuka.
Selain itu, pemerintah juga mendorong integrasi moda Tol Laut dengan moda darat, baik angkutan sungai maupun angkutan jalan yang dapat melayani angkutan barang sehingga proses distribusi logistik bisa mencakup end-to-end yang dimulai dari penjual barang sampai penerima barang.
Sementara itu, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Yunita Rustanti mengatakan selain penambahan jumlah kapal barang, juga bertambahnya jumlah angkutan peti kemas via laut turut mempengaruhi kenaikan volume distribusi logistik nasional tersebut.
Dari catatan BPS, pengiriman barang lewat Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya dalam tiga tahun terakhir turun 12,9 persen, dari 5,4 juta ton di tahun 2015 menjadi 4,7 juta ton tahun 2018. Begitu pula di Pelabuhan Balikpapan Kalimantan Timur, turun 3,2 persen, dari 9,6 juta ton menjadi 9,3 juta ton.
Pelabuhan Panjang di Lampung naik 25,2 persen, dari 9,5 juta ton pada 2015 menjadi 11,9 juta ton pada 2018. Lalu Pelabuhan Makassar, Sulawesi Selatan naik 7,3 persen, dari 4,1 juta ton menjadi 4,4 juta ton. Sedangkan untuk Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta naik 2,8 persen, dari 13,8 juta ton menjadi 14,2 juta ton.
Â
(*)