Liputan6.com, Kintamani: Petani kopi arabika di Kintamani, Bali, menangguk keuntungan hingga tiga kali lipat setelah menggunakan sistem pengeringan pascapanen. Sistem yang diperkenalkan oleh Dinas Perkebunan setempat ini membuat kualitas kopi arabica meningkat sehingga harganya menjadi Rp 15 ribu per kilogram dari semula Rp 5.500 per kilogram. Sekadar diketahui, Prancis sudah meminta petani setempat mengekspor sebanyak 12 ton kopi arabica ke negara tersebut pada 2002.
Berdasarkan pemantauan SCTV, dengan sistem ini, kopi mulai diolah sejak masih berwarna merah. Lalu dikupas dan dikeringkan di ruang pengeringan. Sebelumnya, petani biasa mengolah kopi dengan cara tradisional. Sewaktu bijih kopi masih berwarna hijau, petani menumbuk dan mengeringkannya dengan cara disemai. Menurut pihak Dinas Perkebunan Bali, cara seperti ini mempengaruhi cita rasa kopi.(SID/Tim Liputan 6 SCTV)
Berdasarkan pemantauan SCTV, dengan sistem ini, kopi mulai diolah sejak masih berwarna merah. Lalu dikupas dan dikeringkan di ruang pengeringan. Sebelumnya, petani biasa mengolah kopi dengan cara tradisional. Sewaktu bijih kopi masih berwarna hijau, petani menumbuk dan mengeringkannya dengan cara disemai. Menurut pihak Dinas Perkebunan Bali, cara seperti ini mempengaruhi cita rasa kopi.(SID/Tim Liputan 6 SCTV)