Liputan6.com, Jakarta Selasa pagi, 6 Maret 2007 (12 tahun lalu) kepanikan luar biasa terjadi Rumah Sakit M Djamil Padang. Pasien yang tengah menjalani perawatan lari tunggang langgang. Petugas medis tak kalah sibuknya. Selain berusaha membantu para pasien kabur, mereka juga harus menyelamatkan diri dari reruntuhan yang setiap saat bisa menimpanya. Mereka panik. Ada apa?Gempa...
Gempa berkekuatan 5,8 skala richter mengguncang wilayah Sumatera Barat Selasa sekitar pukul 11.00 WIB. Tak hanya di Padang dan sejumlah wilayah Sumatera Barat, lindu juga dirasakan di Riau, Jambi bahkan Singapura dan Malaysia.
Baca Juga
Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) menginformasikan pusat gempa terletak di 16 kilometer barat daya Batusangkar dengan kedalaman 33 kilometer.
Advertisement
Menurut BMG, pertemuan lempengan Euro Asia dan Indo Australia merupakan penyebab gempa di Sumbar. Karena itu daerah sepanjang pantai barat Sumatera hingga Nusa Tenggara Timur memang rawan gempa.
Meski tidak berdampak tsunami, gempa menimbulkan kepanikan karena warga mengira gempa berasal dari pinggir pantai. Warga segera keluar dari rumah atau kantor. Murid di sejumlah sekolah juga berlari ke luar kelas.
Di Provinsi Riau, ratusan pegawai di Kantor Gubernur Riau berhamburan ke luar ruangan saat gempa terjadi. Selain membubarkan rapat musyawarah para pejabat, gempa yang berlangsung selama tiga detik ini membuat panik pengunjung di sejumlah pusat perbelanjaan. Mereka khawatir tertimpa reruntuhan bangunan.
Gubernur Sumbar Gamawan Fauzi menyatakan, gempa memutuskan jalur Padang ke Batusangkar melalui Silaiang Padang Panjang.
Sementara Tanah Datar dan Solok yang berdekatan dengan pusat gempa adalah daerah yang paling rusak parah di sekitar Danau Singkarak.
Puluhan Orang Meninggal
Gempa berkekuatan 5,8 skala richter menghancurkan sejumlah rumah dan bangunan di Sumbar dan Riau.
Di Nagari Gunung Rajo Tanah Datar Sumatra Barat misalnya, hingga Selasa malam 6 Maret, suasana masih mencekam. Sebagian warga memilih bertahan di tenda-tenda darurat khawatir gempa susulan. Mereka mengaku masih trauma dengan guncangan gempa sehingga enggan kembali ke rumah.
Gempa juga mengakibatkan jalan raya Padang-Bukittinggi melewati Padang Panjang tidak bisa dilalui menyusul putusnya jalan di Pendakian Silaing. Untuk menuju Gunung Rajo yang berjarak 100 kilometer dari Kota Padang, harus melewati Kota Solok yang berjarak sekitar 150 km. Bahkan jalur Padang-Solok ada sekitar 20 titik longsor yang hanya bisa dilewati satu mobil secara bergantian.
Tak hanya rumah dan bangunan, gempa juga merenggut korban jiwa. Posko Satkorlak Sumbar melansir 68 orang meninggal akibat bencana ini. Korban tewas terbanyak di Kabupaten Solok (19 orang), Kota Solok (14 orang), Padang Panjang (10 orang), Bukittinggi (9 orang), Padang Pariaman (7 orang), Tanah Datar (5 orang), Kota Payakumbuh (2 orang) serta Kota Padang dan Kabupaten Agam masing-masing 1 korban.
Sementara untuk korban luka berat tercatat 161 dan luka ringan 31 orang. Korban yang luka-luka dirawat di sejumlah rumah sakit seperti Rumah Sakit Umum Daerah Achmad Muchtar Bukittinggi 100 orang. Sisa korban lain dirawat di beberapa rumah sakit di Solok, Batusangkar, dan Pariaman.
Kebanyakan korban meninggal akibat tertimpa bangunan yang roboh, baik rumah maupun di tempat kerja.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement