Sukses

Dahulu Pulau Maitara Mengucurkan Air Mata, Kini Mengeluarkan Mata Air

Dahulu Pulau Maitara krisis air bersih, kini sudah tak lagi sejak ada saluran pipa bawah laut.

Liputan6.com, Jakarta Wilayah timur Indonesia terkenal dengan pulau dan pantai yang eksotis. Air laut yang jernih, keindahan bawah laut, serta panorama yang cantik membuat orang betah berlama-lama memandanginya. Salah satunya terdapat di Provinsi Maluku Utara, tepatnya di Pulau Maitara.

Keindahan Pulau Maitara tergambar dalam uang pecahan Rp 1000. Dalam uang tersebut, terlihat Pulau Meitara berdampingan dengan Pulau Tidore beserta sebuah perahu. Namun, tak disangka pulau yang begitu dikagumi itu memiliki krisis air bersih. 

Hal itu dibenarkan oleh Kepala Desa Maitara, Alinurdin (36). Ia mengatakan terdapat empat desa di pulau tersebut. Mulai dari Desa Maitara Induk, Maitara Utara, Maitara Tengah, dan Maitara Selatan. Pulau itu dihuni 2000 jiwa penduduk pulau. Keempat daerah itu mengalami krisis air bersih.

“Masyarakat Pulau Maitara sudah lama krisis air bersih. Untuk minum, mandi dan sebagainya,” tutur Alinurdin saat ditemui oleh tim Liputan6.com, Selasa (5/2/2019).

Krisis air bersih, lanjut Alinurdin, membuat masyarakat bergantung pada air hujan yang ditampung dalam bak disetiap rumah. Beda hal jika musim kemarau tiba, masyarakat harus membeli air di Pulau Tidore untuk keperluan sehari-hari.

“Bagi masyarakat yang mampu, mereka bisa membeli air dengan harga Rp 10 ribu mendapatkan satu galon yang berisi 25 liter. Namun, itu hanya cukup untuk minum dan memasak saja. Untuk mandi, mereka mengandalkan sumur yang berisikan air payau atau mandi di laut,” tutur Alinurdin.

Namun, pada Jumat, (1/2/2019), masyarakat Pulau Maitara ‘bagai mendapatkan durian runtuh’—ungkapan peribahasa mendapatkan rezeki. Pulau Maitara tidak krisis air bersih lagi. Pasalnya, terdapat saluran pipa bawah laut yang dibuat oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku Utara, yang mampu mendistribusikan air baku ke Pulau Meitara dari Rum, Pulau Tidore kepulauan.

“Ya, kini kami merdeka. Seluruh masyarakat mengungkapkan rasa syukur karena air baku dari pipa bawah laut sudah mengalir ke Pulau Maitara, rasa senang dirasakan seluruh warga Pulau Maitara," ungkap Alinurdin dengan rasa gembira.

Air baku pipa bawah laut

Terkait hal itu, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Penyediaan Air Tanah dan Air Baku, Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku Utara, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Zainal, mengatakan bahwa Pulau Maitara kini sudah mendapatkan air bersih melalui jalur pipa bawah laut.

“Pipa bawah laut itu sudah dikerjakan sejak 2018 dan kini air bersih bisa dinikmati oleh masyarakat Pulau Maitara,” kata Zainal.

Mengenai pembangunan, lanjutnya, sebelumnya jalur pipa bawah laut itu sudah dibuat pada 2015. Namun, karena arus dan gelombang air laut membuat pipa menjadi rusak. Jadi, pada November 2018, BWS Maluku Utara melakukan rehabilitas dan selesai pada Desember 2018.

“Ini merupakan salah satu program dari BWS Maluku Utara untuk memberikan air bersih ke Pulau Maitara,” tutur Zainal.

Mengenai pipa bahwa laut itu, Zainal menjelaskan bahwa pipa tersebut mempunyai panjang 800 meter untuk menghubungkan Pulau Tidore ke Pulau Maitara. Air yang didistribusikan berasal dari dua sumur di Desa Fobaharu, Kepulauan Tidore.

“Dua sumur itu menghasilkan 10 liter air dengan satu sumur menghasilkan lima liter air perdetik. Dari situ, air akan mengalir ke bak penampungan dengan kapasitas 600 liter,” imbuh Zainal.

Setelah itu, Zainal melanjutkan, melalui ketinggian bak penampungan 142 Mdpl, air akan mengalir dengan sistem gravitasi menuju Pulau Maitara dengan jalur pipa bawah laut.

“Sampai di Pulau Maitara, air baku akan ditampung dalam bak dengan kapasitas 300 liter. Dari penampungan itu, air akan didistribusikan ke rumah-rumah warga setempat. Jika dihitung, warga akan menerima 60 liter satu rumah yang bisa manfaatkan selama 5 hari,” tutur Zainal.

Sementara itu, Kepala Satuan Kerja Pengelolaan Jaringan Sumber Air BWS Maluku Utara, Idhar Sahdar, mengatakan bahwa sebelumnya memang sudah ada jaringan pipa bawah laut namun rusak sejak 2015.

“Jaringan pipa bawah laut ini merupakan pertama kali di Ternate khususnya Maluku Utara. Tentu menjadi tantangan tersendiri bagi kami untuk memasang pipa sepanjang 800 meter tersebut,” tutur Idhar.

Mengenai tantangan, lanjut Idhar, gelombang air laut yang besar membuat pengerjaan sedikit terhambat, namun hal itu masih bisa teratasi.

“Masyarakat kerap membantu pembangunan kembali jaringan pipa bawah laut ini,” imbuh Idhar.

Selain Pulau Maitara, Idharakan terus melakukan program air baku ke sejumlah titik di Maluku Utara. Mulai dari air baku Jailolo hingga air baku Tidore.

 

 

(*)