Liputan6.com, Bandung: Civitas akademika Institut Teknologi Bandung sangat berdukacita mendalam atas kepergian selamanya Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Widjajono Partowidagdo. Dia meninggal dalam pendakian di Gunung Tambora, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (21/4) siang tadi, walau dua tahun lalu pernah minta izin cuti ke almamaternya untuk mendaki gunung di luar negeri.
Rektor ITB Akhmaloka, ketika dihubungi melalui telepon di Bandung, Jawa Barat, Sabtu malam, mengatakan amat terkejut mendengar berita duka tersebut. Menurut dia, ITB merasa kehilangan salah satu putra terbaiknya. "Kami semua merasa kaget dan sangat berduka. Kami kehilangan putra terbaik di ITB, seorang guru besar yang luar biasa, yang terbaik di bidangnya," katanya. Widjajono di kalangan rekan-rekannya dikenal sebagai pribadi yang pendiam dan sederhana.
"Sebenarnya beliau lebih pendiam meskipun pemikiran-pemikirannya sangat luar biasa. Penampilannya sangat tenang dan yang paling berkesan di antara teman-temannya adalah beliau sangat sederhana," katanya.
Sejak mahasiswa, imbuh Akhmaloka, Widjajono memang sudah gemar mendaki gunung dan tergabung dalam Keluarga Mahasiswa Pencinta Alam (KMPA) ITB. "Bukan hanya di dalam negeri, tapi juga sampai ke luar negeri. Dua tahun lalu, beliau minta izin cuti untuk mendaki gunung ke Amerika Selatan," ujarnya.
Lebih jauh Akhmaloka mengatakan, Widjajono tidak pernah mengeluh mempunyai penyakit dan tidak memiliki riwayat sakit selama menjadi Guru Besar Fakultas Teknologi Mineral dan Perminyakan ITB. "Belum pernah terdengar bahwa beliau itu sakit. Mungkin saja sekarang beliau lebih capek karena tugasnya lebih berat," ujarnya.
Akhmaloka berharap jenazah Widjajono dapat disemayamkan terlebih dahulu di Kampus ITB di Kota Bandung, Jawa Barat, sehingga semua warga ITB bisa melakukan upacara pelepasan untuk menghormati pria kelahiran Magelang, Jawa Tengah, 16 September 1951 itu.
ITB, imbuh dia, sebenarnya memiliki kompleks pemakaman khusus untuk para dosen dan guru besar di kawasan Sarijadi, Bandung. Namun, Akhmaloka menyerahkan sepenuhnya prosesi dan lokasi pemakaman Widjajono kepada pihak keluarga. "Sekarang beliau kan sudah menjadi pejabat negara. Tapi ITB pada dasarnya siap untuk melakukan prosesi pelepasan jenazah apabila dimungkinkan," ujarnya.(ANS/Ant)
Rektor ITB Akhmaloka, ketika dihubungi melalui telepon di Bandung, Jawa Barat, Sabtu malam, mengatakan amat terkejut mendengar berita duka tersebut. Menurut dia, ITB merasa kehilangan salah satu putra terbaiknya. "Kami semua merasa kaget dan sangat berduka. Kami kehilangan putra terbaik di ITB, seorang guru besar yang luar biasa, yang terbaik di bidangnya," katanya. Widjajono di kalangan rekan-rekannya dikenal sebagai pribadi yang pendiam dan sederhana.
"Sebenarnya beliau lebih pendiam meskipun pemikiran-pemikirannya sangat luar biasa. Penampilannya sangat tenang dan yang paling berkesan di antara teman-temannya adalah beliau sangat sederhana," katanya.
Sejak mahasiswa, imbuh Akhmaloka, Widjajono memang sudah gemar mendaki gunung dan tergabung dalam Keluarga Mahasiswa Pencinta Alam (KMPA) ITB. "Bukan hanya di dalam negeri, tapi juga sampai ke luar negeri. Dua tahun lalu, beliau minta izin cuti untuk mendaki gunung ke Amerika Selatan," ujarnya.
Lebih jauh Akhmaloka mengatakan, Widjajono tidak pernah mengeluh mempunyai penyakit dan tidak memiliki riwayat sakit selama menjadi Guru Besar Fakultas Teknologi Mineral dan Perminyakan ITB. "Belum pernah terdengar bahwa beliau itu sakit. Mungkin saja sekarang beliau lebih capek karena tugasnya lebih berat," ujarnya.
Akhmaloka berharap jenazah Widjajono dapat disemayamkan terlebih dahulu di Kampus ITB di Kota Bandung, Jawa Barat, sehingga semua warga ITB bisa melakukan upacara pelepasan untuk menghormati pria kelahiran Magelang, Jawa Tengah, 16 September 1951 itu.
ITB, imbuh dia, sebenarnya memiliki kompleks pemakaman khusus untuk para dosen dan guru besar di kawasan Sarijadi, Bandung. Namun, Akhmaloka menyerahkan sepenuhnya prosesi dan lokasi pemakaman Widjajono kepada pihak keluarga. "Sekarang beliau kan sudah menjadi pejabat negara. Tapi ITB pada dasarnya siap untuk melakukan prosesi pelepasan jenazah apabila dimungkinkan," ujarnya.(ANS/Ant)