Liputan6.com, Jakarta - Partai Komunis Indonesia (PKI) resmi dibubarkan tak lebih dari 24 jam setelah Letjen Soeharto menerima mandat Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).
Sejarah Hari ini (Sahrini) Liputan6.com mencatat, Sabtu, 12 Maret 1966, Soeharto membubarkan PKI melalui keputusan Nomor 1/3/1966. Keputusan itu menyatakan; pertama, membubarkan PKI termasuk semua bagian organisasinya dari tingkat pusat sampai daerah beserta semua organisasi yang seasas/berlindung/bernaung di bawahnya; 2) PKI sebagai organisasi terlarang di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Tindakan Soeharto tentu atas nama Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia/Mandataris MPRS/Pemimpin Besar Revolusi Soekarno.
Advertisement
Tindakan itu tentu terkait tindakan PKI pada tragedi tahun sebelumnya (1965). Soeharto menyebutkan adanya aksi-aksi gelap yang dilakukan sisa-sisa kontrarevolusi Gerakan 30 September/PKI. Aksi-aksi gelap itu berupa penyebaran fitnah, hasutan, desas-desus, adu domba, dan usaha penyusunan kekuatan bersenjata. Aksi-aksi gelap itu dianggap membahayakan jalannya revolusi.
Pengakuan Presiden Soeharto tentang Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) dan pembubaran PKI, April 1994. (2) pic.twitter.com/YvPGNeEnGb
— IG: videosejarah (@VideoSejarah) 12 Maret 2017
Dalam sebuah video yang diunggah akun Twitter @videosejarah, memperlihatkan kembali penuturan Soeharto soal asal muasal Supersemar dan pembubaran PKI.
"11 Maret ada sidang kabinet, dan saat itu ada pemberitaan soal Istana sedang dikepung. Sampai Bung Karno akhirnya dipindahkan ke (Istana) Bogor," kata Soeharto dalam video itu
Ia melanjutkan, saat itu ia tidak bisa menemani Soekarno ke Istana Bogor dengan alasan sedang sakit.
Namun, ada seorang utusan yakni Basuki Rahmat yang saat itu menjabat sebagai Panglima Kodam untuk menghadap Soeharto. Saat bertemu, Soeharto minta dititipkan salam kepada Soekarno dan memberi tahu soal kondisi kesehatannya yang kurang baik saat itu.
Ia juga meminta agara disampaikan pesan untuk Soekarno.
"Lalu dia tanya 'pesan apa, Pak?'. Sampaikan salam dan hormat saya dan sampaikan kalau saya sakit. Lalu sampaikan kalau saya diberi kepercayaan, keadaan ini saya atasi," ungkap Soeharto.
Bung Karno Sempat Marah
Lalu, mereka pun bertemu dengan Soekarno dan menyampaikan apa yang dipesankan Soeharto. Dia menyebut Bung Karno sempat marah-marah.
"Setelah di sana lapor, semua dimarahi beliau (Soekarno). Tapi lalu bagaimana cara mengatasi ini, percayakan pada Pak Harto. Lalu akhirnya dibuat surat tertulis dan dibuat 3. Akhirnya 11 Maret ditandatangani dan isinya memberi wewenang kepada saya, dimana perlu untuk mengambil tindakan atas nama beliau (Soekarno) untuk mengamankan perjuangan revolusi dan sebagainya. Itu suatu wewenang yang luar biasa," kata Soeharto.
Lalu, surat itu pun disampaikan kepadanya dan saat itu dia putuskan untuk membubarkan PKI.
"Dan persyaratan sebelum ambil keputusan, ada koordinasi dengan menteri-menteri Panglima Angkatan. Saat itu rapat di Kostrad, dan semua dikonsep. Setelah jam 1 malam (12 Maret) saya tandatangani, jadi berlaku perintah bubarkan PKI," ujar Soeharto.
Dan, pada 12 Maret 1966 pagi, surat tersebut diumumkan.
"Saya ditanya, pak apa nggak keliru itu pembubaran PKI, saya bilang ndak. Di surat perintah ndak ada? ya ndak ada," kata Soeharto sambil tertawa.
Beberapa hari kemudian, Soeharto menghadap Soekarno ke Jakarta dan melaporkan kalau ia telah melakukan pembubaran PKI.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement