Sukses


Indonesia Krisis Tokoh Bangsa yang Memberi Panutan

Indonesia mengalami krisis tokoh bangsa karena tidak bisa memberi contoh atau teladan yang menuntun masyarakat Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Sosialisasi Empat Pilar MPR masih dilakukan hingga ke sejumlah daerah di Indonesia. Salah satunya, sosialisasi dilakukan di depan Forum RT Kelurahan Tanah Grogot Kecamatan Tanah Grogot, Kalimantan Timur, Selasa (12/3). 

Dalam kesempatan itu, Wakil Ketua MPR Mahyudin mengatakan bahwa Indonesia mengalami krisis tokoh bangsa. Namun tokoh-tokoh itu tapi tidak bisa menjadi contoh atau teladan yang menuntun masyarakat Indonesia. 

"Hari ini kita tidak lagi memiliki figur-figur yang bisa menjadi panutan dan memberi tuntunan dalam berbangsa dan bernegara," katanya.

Mahyudin menyebut Indonesia tidak punya lagi tokoh seperti Bung Karno atau Bung Hatta dan para pendiri bangsa lainnya.

"Bung Karno membakar nasionalisme rakyat. Banyak orang pada waktu itu kagum dengan pidato Bung Karno. Kita rindu pada figur Bung Karno dan tokoh pendiri bangsa lainnya," imbuh Mahyudin.

Ketiadaan tokoh-tokoh seperti itu membuat bangsa ini mengalami krisis tokoh bangsa yang menjadi panutan dan memberi tuntunan. "Sekarang kita juga banyak tokoh, tapi tidak menjadi panutan dan memberi tuntunan," tutur Mahyudin.

Tokoh seperti pimpinan lembaga negara, lanjut Mahyudin, justru tersangkut kasus hukum (korupsi). Contohnya Ketua DPR, Ketua DPD, Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) yang terjerat kasus korupsi. Belum lagi banyak menteri, gubernur, bupati, anggota legislatifyang juga terjerat kasus korupsi.

"Tokoh para pejabat kita banyak tersangkut kasus korupsi. Ini masalah kita," ujarnya.

Mahyudin menambahkan krisis tokoh bangsa ini membuat masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap tokoh-tokoh publik sekarang ini. Hal ini bisa dilihat dari partisipasi politik dalam Pemilukada yang hanya berkisar 60 persen.

"Itu karena masyarakat tidak percaya. Jangan-jangan mereka beranggapan hanya memilih calon koruptor saja," ucapnya.

Krisis ketiadaan tokoh bangsa ini masih ditambah dengan kemajuan teknologi informasi. Mereka bisa mencaci maki tokoh berlindung di balik teknologi informasi. "Orang bisa memaki lewat Twitter, Instagram, Facebook, Whatsapp. Individualistik makin kuat," jelasnya.

Mahyudin mengajak peserta sosialisasi untuk menjaga jati diri bangsa. "Inilah pentingnya Sosialisasi Empat Pilar MPR sebagai pemersatu bangsa. Oleh karena itu penting sekali penerapan Empat Pilar ini untuk mempertahankan jati diri bangsa," katanya.

 

 

(*)