Sukses

Peneliti: Indonesia Sudah Bisa Hasilkan Zirkonium, Tidak Perlu Impor Lagi

Zirkonium dapat digunakan untuk banyak keperluan pembuatan produk, mulai dari keramik hingga keperluan teknologi nuklir.

Liputan6.com, Jakarta - Pusat Sains dan Teknologi Akselerator (PSTA) Yogyakarta telah  mengembangkan teknologi untuk memisahkan zirkonium dan titanium dari hasil galian tanah. Peneliti PSTA, Suyanti menjelaskan, dari bahan tambang timah yang digali, sebanyak 65 persen sisa galian tersebut biasanya tidak terpakai.

Namun, berkat teknologi Logam Tanah Jarang (Rare Earth Metal Separation Technology), berbagai logam lainnya mampu dipisahkan dan diolah dari sisa galian itu. Hasil olahan zirkonium dan titanium dari PSTA sendiri sudah berkualitas ekspor.

"Misalnya, ini titanium, kalau (untuk) bisa dijual ke luar negeri atau diekspor, itu kalau (yang) kandungan titaniumnya sudah di atas 85 persen, sementara kita sudah mengolah ini di atas 95 persen," ujar Suyanti kepada Liputan6.com di Gedung PSTA, Yogyakarta, Rabu (20/3/2019).

Zirkonium sendiri dapat digunakan untuk banyak keperluan pembuatan produk, mulai dari keramik hingga keperluan teknologi nuklir. Sementara, titanium kerap dipakai untuk pesawat terbang karena keras seperti baja namun lebih ringan.

Sementara itu, Peneliti PSTA, Susilo Widodo mengatakan, Indonesia hingga kini masih mengimpor  kedua logam trsebut. Ini  dikarenakan banyak industri yang masih belum dapat mengolah sendiri hasil galian tambang mereka untuk menjadi logam zirkonium dan titanium yang berkualitas.

Namun, untuk mengimpor, proses dan regulasinya dinilai cukup sulit dilakukan. 

"Bahan-bahan ini di katalog di luar negeri ada, kalau mau beli ada, tapi susah, mau impor aja bisa diembargo, karena memang barang strategis. Orang (bilang) wah katalognya ada, harganya terjangkau, tapi begitu mau beli susah. Nah kita yang menyelesaikan masalah. Ini ada (cara mengolahnya). Kita bisa,” tutur Susilo.

 

2 dari 2 halaman

Kurangi Ketergantungan Impor

Susilo berharap metode pemisahan logam tanah jarang yang telah dikembangkan oleh PSTA dapat digunakan untuk industri pertambangan.

Hal ini agar Indonesia bisa untuk tidak terus-menerus bergantung pada impor.

PSTA sendiri merupakan salah satu pusat penelitian yang telah diakui dan termasuk sebagai Pusat Unggulan Iptek (PUI) Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).

Pembiayaan dari Kemenristekdikti memungkinkan PSTA melakukan terobosan dalam bidang nuklir serta pengembangan sistem manajemen untuk industri. 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: