Sukses

Berusia 34 Tahun, Bandara Soetta Masih yang Tersibuk di Asia Tenggara

Setelah penantian selama satu dasawarsa, Indonesia akhirnya memiliki sebuah bandara yang megah, luas dan berkelas dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Senin 1 April 1985, Bandara Internasional Soekarno-Hatta akhirnya beroperasi, usai peresmian sehari sebelumnya. Setelah penantian selama satu dasawarsa, Indonesia akhirnya memiliki sebuah bandara yang megah, luas dan berkelas dunia.

Berdasarkan catatan Sejarah Hari Ini (Sahrini) Liputan6.com, Bandara Internasional Soekarno-Hatta atau Bandara Soetta yang berlokasi di Tangerang, Banten beroperasi menggantikan fungsi Bandara Kemayoran di Jakarta Pusat dan Bandara Halim Perdanakusuma di Jakarta Timur.

Bandara Kemayoran sendiri kini sudah dinonaktifkan, sedangkan Bandara Halim Perdanakusuma difungsikan untuk penerbangan militer, VVIP, charter, dan beberapa penerbangan domestik.

Bandara Soetta memiliki kode IATA CGK, sedangkan nama yang populer di masyarakat adalah Bandara Cengkareng lantaran berdekatan dengan wilayah Cengkareng, Jakarta Barat. Meskipun secara geografis berada di Kecamatan Benda, Kota Tangerang, Banten.

Bandara ini dibangun karena Bandara Kemayoran yang awalnya ditujukan untuk penerbangan domestik dianggap terlalu dekat lokasinya dengan basis militer Indonesia, yaitu Bandara Halim Perdanakusuma. Frekuensi penerbangan sipil yang semakin meningkat dianggap mengancam kelangsungan lalu lintas internasional maupun kepentingan militer.

Oleh karena itu, pada awal 1970-an, mulailah dicari lokasi yang berpotensi untuk dijadikan bandara baru dengan bantuan USAID. Di antaranya Kemayoran, Malaka, Babakan, Jonggol, Halim, Curug, Tangerang Selatan dan Tangerang Utara yang berakhir dengan dipilihnya Tangerang Utara sebagai lokasi alternatif.

Pada akhir Maret 1975, disepakati rencana pembangunan 3 landasan pacu, jalan aspal, 3 bangunan terminal internasional, 3 terminal domestik dan 1 terminal haji di Bandara Soekarno-Hatta. Terminal domestik yang direncanakan bertingkat 3 dibangun antara tahun 1975 hingga 1981 dengan biaya tak kurang dari USD 465 juta.

Bandar udara ini dirancang oleh arsitek Perancis Paul Andreu, yang juga merancang Bandar Udara Charles de Gaulle di Paris, Perancis. Salah satu karakteristik besar bandara ini adalah gaya arsitektur lokalnya, dan kebun tropis di antara lounge tempat tunggu.

Kini, Bandara Soetta memiliki luas 18 km², dengan 2 landasan paralel yang dipisahkan oleh 2 taxiway sepanjang 2,4 km. Terdapat dua bangunan terminal utama: Terminal 1 untuk semua penerbangan domestik kecuali penerbangan yang dioperasikan oleh Garuda Indonesia dan Terminal 2 melayani semua penerbangan internasional juga domestik oleh Garuda.

Setiap bangunan terminal dibagi menjadi 3 concourse. Terminal 1A, 1B, dan 1C digunakan (kebanyakan) untuk penerbangan domestik oleh maskapai lokal. Terminal 1A melayani penerbangan oleh Lion Air dan Wings Air. Terminal 1B melayani penerbangan Lion Air. Sedangkan terminal 1C melayani penerbangan oleh Airfast Indonesia, Batik Air dan Citilink.

Terminal 2D dan 2E digunakan untuk melayani semua penerbangan internasional maskapai asing, antara lain Etihad Airways, Asiana Airlines, Cathay Pacific Airways dan Qantas Airways. Terminal 2D untuk semua maskapai luar yang dilayani oleh PT Jasa Angkasa Semesta, salah satu kru darat bandara.

Terminal 2E untuk maskapai internasional yang dilayani oleh Garuda, termasuk semua penerbangan internasional Garuda dan Merpati. Terminal 2F untuk penerbangan domestik NAM Air, Sriwijaya, dan Air Asia Indonesia.

Sementara Terminal 3 Domestik Bandara Soetta yang selesai dibangun pada 15 April 2009 digunakan oleh maskapai penerbangan Garuda untuk tujuan domestik. Sisanya digunakan oleh Terminal 3 Internasional yang antara lain diisi maskapai Air Asia, Japan Airlines, Korean Airlines, dan Singapore Airlines.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Satu Pesawat Setiap 70 Detik

Menurut data Airports Council International, Bandara Soetta menduduki peringkat ke-18 sebagai bandara tersibuk di dunia. Bahkan, bandara ini menjadi bandara tersibuk di Asia Tenggara dan melampaui Bandara Changi di Singapura.

Sepanjang 2018 lalu, tercatat ada sekitar 66,9 juta penumpang yang melakukan perjalanan udara melalui Bandara Soekarno-Hatta. Kalau dihitung secara rata-rata, sebanyak 183 ribu orang yang terbang dari dan ke Bandara Soetta setiap harinya.

Sedangkan menurut data dari PT Angkasa Pura, ada sekitar 1.300 pesawat yang terbang dan mendarat di bandara ini setiap hari. Itu berarti setidaknya ada satu penerbangan setiap 70 detik dan mengalahkan Bandara Changi Singapura yang melayani satu penerbangan setiap 80 detik.

Selain itu, sejumlah fasilitas juga terus ditambah, khususnya sarana transportasi. Sebelumnya, perjalanan menuju bandara hanya bisa diakses dengan mobil atau sepeda motor. Sedangkan transportasi umum yang diperbolehkan masuk ke area bandara hanyalah taksi dan bus Damri.

Pada 26 Desember 2017, kereta bandara Railink secara resmi dibuka untuk melayani penumpang dari dan menuju Bandara Soetta. Dengan begitu, orang-orang yang ingin bepergian dengan pesawat tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai ke bandara.

Selain kereta bandara, ada juga kereta layang atau skytrain dengan rute antarterminal, termasuk juga dari dan ke stasiun kereta bandara. Jadi, orang-orang di bandara juga tidak akan kesulitan kalau harus berpindah dari satu terminal ke terminal lain.

Bandara Soetta saat ini juga memiliki 180 gerai lapor-masuk (check-in counter), 42 pengklaiman bagasi, dan 45 gerbang. Setiap sub-terminal (A-F, terminal 1-2) memiliki 25 gerai lapor-masuk, 5 pengklaiman bagasi (8 di 2D-2E) dan 7 gerbang. Sedangkan terminal 3 memiliki 30 gerai lapor-masuk, 6 pengklaiman bagasi dan 3 gerbang.