Sukses

Mbak Tutut: Beri Kaum Muda Kesempatan Buktikan Kemampuan Mereka

Menurut Mbak Tutut, para senior yang kaya pengalaman seyogyanya memberikan dorongan dan kekuatan kepada yuniornya.

Liputan6.com, Jakarta - Siti Hardiyanti Rukmana yang lebih akrab dipanggil Mbak Tutut, mendorong generasi muda senantiasa menyiapkan diri menerima estafet kepemimpinan dengan disiplin dan terus berkarya. Berdisiplin dan terus berkreasi untuk keutamaan negeri akan menjamin kesiapan generasi.

“Saya mengimbau tepatnya mendorong agar generasi muda senantiasa percaya diri, disiplin dan memupuk keinginan untuk selalu berkarya demi bangsa dan negara,” kata Mbak Tutut di Jakarta, Kamis (27/3/2019).

Menurut Mbak Tutut, para senior yang kaya pengalaman seyogyanya memberikan dorongan dan kekuatan kepada yuniornya. Seorang senior juga seharusnya berlapang dada memberi kesempatan kepada kaum muda membuktikan kemampuan mereka.

”Kalau anak-anak muda itu tidak dipercaya, karena tidak mempunyai pengalaman, lalu sampai kapan mereka memperoleh kesempatan untuk mendapatkannya?” tanya Mbak Tutut.

Ia menuturkan pengalamannya saat mendapatkan kepercayaan dari kalangan swasta yang membangun jalan tol pada 1986. Terlebih jalan tol itu merupakan jalan layang dengan topangan sistem beton Sosrobahu karya cipta anak bangsa. 

Kala itu, Mbak Tutut yang berusia 37 tahun memilih anak-anak muda menjadi pekerjanya. Mereka menempati posisi mulai dari pimpinan proyek, tenaga ahli dan tenaga ahli lapangan sampai pekerja.

Mereka di antaranya, Djoko Ramiaji yang saat itu berusia 33 tahun sebagai pimpinan proyek, Joko Purwanto (32 tahun) sebagai wakil pimpro, Arie Prabowo (30) sebagai manager divisi pengendalian dan operasi, Thamrin Tanjung (39) sebagai general super intendance, Bambang Soeroso (37) sebagai managerial pusat.

 

2 dari 2 halaman

Mengapa Tidak Pilih Profesional

Keputusan itu sempat diragukan. Mereka bertanya-tanya mengapa Mbak Tutut tidak memilih tenaga profesional yang lebih senior.

“Mungkin mereka lupa, bahwa tenaga-tenaga profesional itu dulunya juga berangkat dari anak muda yang tidak punya pengalaman,” kata Mbak Tutut.

Menurut Mbak Tutut, dirinya mengambil risiko dengan memberi kesempatan kepada kaum muda itu untuk menunjukkan identitas diri. Mereka dinilainya mampu menjawab tantangan-tantangan yang ada.

“Saya tidak mau melihat generasi penerus kita itu hanya sebatas menjadi penonton keberhasilan senior-seniornya,” kata Mbak Tutut.

Menurut Mbak Tutut, proyek itu terbukti tidak hanya menghasilkan sepenggal jalan modern yang menggantung di atas tanah, tetapi mampu mengembangkan sikap baru bagi bangsa Indonesia.

“Akhirnya kita yakin bahwa tidak ada istilah ‘tidak mungkin’ atau ‘tidak bisa’,” kata Mbak Tutut.

Kini, Jalan Layang Tol Cawang-Tanjung Priok itu pun terbangun dengan mengadopsi teknologi beton karya cipta Ir Tjokorda Raka Sukawati. Terbukti hingga kini kondisinya masih kokoh, tegar menahan segala terpaan cuaca. 

Belakangan, kemampuan anak bangsa Indonesia dalam bidang konstruksi itu kemudian diakui di luar negeri. "Kami memenangkan tender pembuatan jalan toll di Malaysia (at grade) dan Filipina (elevated road),” kata Mbak Tutut.

Karena itu para senior diharapkan dapat memberi kesempatan seluas-luasnya agar mereka memperoleh kebebasan berfikir dan bertindak namun tetap bertanggung jawab.

 

Saksikan video pilihan berikut ini: