Sukses

Jokowi: Ayo Berpolitik Pakai Norma dan Tata Krama

Deretan fitnah lain yang diterima Jokowi, seperti hoax antek asing, hoax larangan azan, pendidikan agama akan dihapus, hingga hoax akan melegalkan perkawinan sejenis.

Liputan6.com, Jakarta Calon Presiden (Capres) Joko Widodo atau Jokowi menggelar kampanye terbuka pertamanya di Serang, Banten (Minggu, 24/3/2019). Sebelum berkampanye, Capres Jokowi lebih dulu menyapa para kiai dan pimpinan Pondok Pesantren (ponpes) Salafiah se-Banten di GOR Maulana Yusuf, Serang.  

Simak videonya di sini 

Saat di hadapan para kiai, Jokowi menyampaikan selama ini kerap difitnah, dihina, dan direndahkan habis-habisan. Namun selama 4,5 tahun terakhir dihina, dicaci maki, difitnah-fitnah, dicela habis-habisan direndahkan, Jokowi masih diam bahkan tak menjawab.

Serangan hoax dan fitnah, tidak hanya disampaikan melalui laman media massa, tapi juga disampaikan door to door (dari pintu ke pintu). Salah satu hoax yang tidak hanya ditujukan ke Jokowi tapi juga keluarga adalah tuduhan Jokowi itu hoax. Padahal, peristiwa PKI itu terjadi pada 1965-1966, pada tahun dimaksud Jokowi saat itu masih balita.

Jokowi sudah meminta orang-orang yang memfitnah dirinya serta keluarganya, untuk tabayyun. Bahkan, bila perlu untuk datang ke Solo untuk mengecek rumah orang tua hingga cek kakek-nenek Jokowi.

Deretan fitnah lain yang diterima Jokowi, seperti hoax antek asing, hoax larangan azan, pendidikan agama akan dihapus, hingga hoax akan melegalkan perkawinan sejenis.  "Apakah cara politik seperti ini (hoax) akan kita teruskan? Kita mayoritas muslim penuh norma agama tata krama dan etika. Jangan karena urusan politik, caranya jangan seperti tadi (menyebar hoax, red), segala cara dihalalkan," kata Jokowi.

 

Imbauan Jokowi untuk melawan serangan hoax yang datang kepada dirinya secara masif, juga disampaikan dirinya saat menghandiri acara deklarasi Alumni Jogja Satukan Indonesia di Stadion Kridosono, Yogyakarta, Sabtu (23/3/2019).

Jokowi menyerukan hoax, kabar tidak benar harus direspon, harus dilawan. Menurutnya, dalam berpolitik jangan menghalalkan secara cara sehingga memecah belah persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Idealnya, berpolitik harus sesuai perundang-undangan sehingga bermartabat. Karena itu sebaiknya tidak menyebarkan hoax, ujaran kebencian, dan sejenisnya. Dalam pesta demokrasi ada koridor konstitusional yang harus ditaati. Berbeda pilihan tidak apa-apa, tapi jangan segala cara dihalalkan seperti menebar fitnah dan hoax.

Jokowi menyampaikan akan mengusung kegembiraan dalam setiap kampanyenya dan enggan berkampanye dengan memberikan narasi pesimis kepada masyarakat. Sebab, inti kampanye sebetulnya adalah sebuah kegembiraan di jalanan.

Pada saat bertemu masyarakat, Jokowi juga tak lelah untuk mengingatkan masyarakat bahwa Indonesia merupakan negara besar yang memiliki beragam suku, agama, adat, tradisi, bahasa, dan budaya. Pelbagai keragaman yang ada harus selalu dijaga bersama-sama seperti yang diingat oleh Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu. (Adv)