Sukses

Hendropriyono Luncurkan Draf Buku Filsafat Intelijen Negara

Hendropriyo berharap, buku ini dapat berguna untuk ilmu intelijen di Indonesia agar dapat bekerja secara legal dan tidak sembunyi-sembunyi.

Liputan6.com, Jakarta - Jenderal TNI Purn Hendropriyono meluncurkan draf buku karangannya yang berjudul Filsafat Intelijen Negara Republik Indonesia. Guru besar di Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) di bidang filsafat ini mengatakan, dan buku ini merupakan hasil karyanya untuk kepentingan komunitas intelijen.

"Saya sangat terharu, Pak Teddy Lhaksmana, Wakil Kepala BIN beserta seluruh jajaran negara, dalam waktu hitungan jam bisa berlangsung seperti ini peluncuran suatu draf buku. Ini draf," tutur Hendropriyono di Gedung Pertemuan Kesatrian Soekarno Hatta, BIN, Pasar Minggu, Jakarta, Kamis (28/3/2019).

Ia pun berharap, buku ini dapat berguna untuk ilmu intelijen di Indonesia agar dapat bekerja secara legal dan tidak sembunyi-sembunyi. Menurutnya, intelijen suatu negara bagaikan panca indra manusia. Tanpanya, pasti seseorang akan kesulitan untuk bergerak.

Karena itulah, lanjut Hendropriyono , intelijen yang merupakan panca indera ini juga harus dilindungi dengan paradigma ilmu yang tepat.

"Buku ini merupakan disiplin ilmu baru filsafat intelijen untuk memudahkan intelijen bekerja dengan legalitas penuh. Jadi tidak umpet-umpetan, tidak hit and run, tapi memang legal karena bahwa dia melakukan tindakan atau kegiatan intelijen itu mempunyai payung paradigmatik yang jelas," ujarnya.

"Itu inti buku ini, sehingga dengan demikian kita bisa dengan lebih mudah meramalkan keadaan-keadaan yang akan terjadi. Karena prinsipnya intelijen itu berbuat sebelum terjadinya sesuatu, sedangkan hukum itu bekerja setelah sesudah terjadinya sesuatu," lanjut Hendropriyono.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Sampul Buku

Selain itu, sampul buku yang berwarna putih, abu-abu, dan hitam ini dijelaskannya juga memiliki arti tersendiri yang melambangkan badan intelijen negara.

Warna putih dikatakannya melambangkan metode terbuka intelijen yang dilakukan para diplomat atau duta besar. Sesangkan warna abu-abu adalah metode setengah terbuka setengah tertutup.

"Yang hitam adalah intelijen tertutup sama sekali, yang tidak boleh tahu orang siapa kita. Kalau orang tahu siapa kita, anggota BIN. Tapi isi kepala kita orang tidak tahu. Apa yang mau kita kerjakan orang tidak tahu," ujarnya.

Belum untuk Umum

Untuk saat ini, buku tersebut masih merupakan bacaan internal karena belum disempurnakan. Namun, saat Pilpres 2019 sudah berakhir, Hendropriyono mengatakan ia akan segera merampungkan buku tersebut agar dapat dibaca oleh masyarakat luas.

"Sementara ini masih internal karena masih berupa draf, saya ingin ada masukan-masukan dari komunitas intelijen terutama di sini Badan Intelijen Negara tentang konten dari buku ini," tandas Hendripriyono.