Liputan6.com, Surabaya - Mantan Gubernur NTB Tuan Guru Bajang (TGB) Muhamad Zainul Majdi mengajak masyarakat mengedepankan akhlaqul karimah, dalam menghadapi perbedaan pilihan politik. Jangan sampai karena hanya perbedaan pilihan politik, lalu mengumpat, memfitnah calon dan orang yang berbeda pilihan.
Ketua Umum Alumni Al-Azhar ini mencontohkan kasus terorisme masjid di Selandia Baru yang menewaskan 50 muslim. Beberapa setelah kejadian itu, aksi solidaritas dilakukan ribuan warga nonmuslim Selandia Baru untuk menjaga dan menghibur warga muslim yang tengah dirundung musibah agar tenang beribadah.
Baca Juga
Bahkan, geng motor yang paling ditakuti ikut menjaga umat muslim yang tengah beribadah salat Jumat. Aksi solidaritas itu dipimpin langsung Perdana Menteri Selandia Baru yang ikut menunggu warga muslim yang tengah beribadah salat Jumat.Â
Advertisement
"Ini menunjukkan bahwa terorisme tidak mengenal agama, di Selandia Baru pelakunya orang nonmuslim, korbannya orang muslim. Sedangkan di Surabaya pelakunya orang muslim dan korbannya nonmuslim," tutur Zainul Majdi.
Tak lama setelah terjadi pemboman, lanjut Zainul, ada ormas Islam mengirimkan kadernya untuk menjaga umat Kristiani supaya tenang beribadah, setelah mengalami peristiwa tragis karena gerejanya dibom. Apa yang terjadi terhadap ormas tersebut, bukannya mendapatkan penghargaan dari khalayak, justru ormas tersebut ramai-ramai dihujat bahkan dikatakan akan menggadaikan akidahnya.
"Kemuliaan akhlak bisa belajar dari mana pun. Innalilahi wa inna ilaihi raji'un, justru sekarang kemuliaan akhlak, bisa dicontohkan orang luar (nonmuslim Selandia Baru). Kita yang rasulnya menyampaikan innama buistu liutamimah makarimal akhlak (kami diutus, untuk memperbaiki akhlak), justru saat ini sedang defisit akhlak," jelas TGB.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Akhlak Merosot
Salah satu bentuknya, yang kita saksikan sekarang, saat hajatan politik saat ini, tidak sedikit di antara kita yang akhlaknya turun, merosot. Sampai-sampai ada memiliki hobi menghujat dan mengumpat ulama, hanya karena perbedaan politik. Banyak para masyayikh, yang memiliki keilmuan dan kezuhutan yang tinggi, dikatakan sebagai bukan ulama yang lurus.
"Bahkan ungkapan dari Imam Ghazali ulama Suk, begitu saja ditempelkan pada ulama yang mempunyai pandangan berbeda. Di mana akhlak kita?" kata doktor ahli fiqih lulusan Al-Azhar Kairo ini.
Kadangkala, ucap dia, manusia dihadapkan pada suatu peristiwa, yang jauh darinya. Supaya menyadari ada hal yang berharga, seharusnya menjadi kekayaan umat Islam, ternyata sudah hilang.
Makanya, seorang ahli tafsir Alquran, Profesor Quraisy Shihab menulis sebuah buku berjudul Yang hilang dari kita adalah akhlak. Jika akhlak tidak hilang, maka tidak ada fitnah, umpatan, hujatan yang membabi buta.
Karena itu, dia mengajak masyarakat supaya kembali kepada ajaran ahlussunnah waljamaah dalam berpolitik. Sebab, semua cara-cara kotor tersebut, bukan bersumber dari tradisi ahlussunnah waljamaah.Â
Advertisement