Liputan6.com, Jakarta - Moda Raya Terpadu atau MRT Jakarta menjadi salah satu transportasi andalan Ibu Kota karena diharapkan dapat mengurangi kemacetan karena penggunaan kendaraan pribadi. Mulai hari ini, Senin, 1 April 2019, MRT Jakarta resmi beroperasi secara komersil.
Lantas berapa tarif yang harus dibayarkan untuk naik MRT? Pada 26 Maret 2019, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan DPRD DKI Jakarta telah menyepakati tarif MRT Jakarta berdasarkan jarak antar stasiun. Dimulai dari Rp 3 ribu hingga Rp 14 ribu.
Baca Juga
Hal ini sontak membuat Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA) angkat bicara. Menurut mereka pihak Pemprov DKI telah melanggar kesepakatan yang telah ditetapkan bersama, yaitu Rp 8.500.
Advertisement
FAKTA bahkan berencana menggugat Gubernur Anies Baswedan terkait penetapan tarif kereta Moda Raya Terpadu (MRT) menjadi maksimal Rp 14 ribu.
"Kami Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA) meminta Gubernur Anies Baswedan membatalkan tarif sepihak sebelum 1 April 2019," kata Azas dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, 28 Maret 2019.
Azas menilai, tarif Rp 14 ribu itu akan mempersulit masyarakat untuk mengakses kereta MRT Jakarta. Tak hanya itu, dia menilai perbuatan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu dapat dikategorikan melawan hukum.
Namun, jangan khawatir. Selama April 2019, Anda tetap bisa menikmatinya dengan harga murah.
Sebab, tarif angkutan massal Moda Raya Terpadu (MRT) didiskon sebesar 50 persen selama April 2019. Potongan harga ini telah disetujui oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
"Gubernur Provinsi DKI Jakarta telah menyetujui usulan PT MRT Jakarta untuk memberikan diskon sebesar 50 persen selama April 2019 dari besaran tarif yang telah ditetapkan bersama," kata Corporate Secretary Division Head MRT Jakarta, Muhamad Kamaluddin, dalam siaran tertulisnya, Jakarta, Minggu (31/3/2019).
Menurut dia, ada tiga alasan PT MRT Jakarta memberikan potongan harta tersebut.Â
Pertama, untuk mendorong lebih banyak masyarakat yang menggunakan MRT Jakarta. Kedua, agar sosialisasi mengenai penggunaan MRT Jakarta dapat dilakukan secara lebih luas dan lebih dipahami oleh masyarakat. Ketiga, agar pelibatan masyarakat untuk ikut dalam upaya mengubah budaya dalam bertransportasi publik yang baik dapat terwujud secara lebih menyeluruh.
Â
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
MRT Tembus 160 Ribu Orang
Diresmikan Presiden Joko Widodo atau Jokowi, Minggu, 24 Maret 2019, Moda Raya Terpadu atau MRT fase 1 jurusan Bundaran Hotel Indonesia (HI) kini telah menjadi salah satu ikon Jakarta. Dengan moda transportasi baru ini, pemerintah berharap kemacetan yang kerap menjadi momok warga Ibu Kota segera terurai dan membuat pemilik kendaraan beralih menggunakan moda berbasis rel itu.
Jokowi bahkan menyebutnya sebagai peradaban baru bagi masyarakat Indonesia. Untuk itu dia meminta agar masyarakat tertib serta menjaga kebersihan saat menggunakan transportasi ini.
"Ini adalah peradaban baru, kita harus yakin kita bisa mengubah masyarakat dari budaya lama ke budaya baru ini. Apa itu? Yang tadi saya sampaikan, antre kalau mau masuk ke MRT, jangan buang sampah sembarangan di Statiun MRT maupun di dalam MRT-nya," imbaunya.
Namun, belakangan imbauan tersebut tak dihiraukan oleh sejumlah warga. Dalam foto-foto yang sempat beredar di dunia maya, nampak sekelompok emak-emak yang menjadikan area stasiun MRT layaknya tempat piknik. Sambil duduk berkerumun di salah satu sudut stasiun, para emak-emak ini menggelar beraneka ragam makanan. Terlihat pula seorang perempuan tengah bergelayutan di hand rail dalam MRT.
Hal ini kemudian memunculkan pertanyaan, apakah di dalam stasiun MRT tidak disedikan fasilitas tempat sampah? Belakangan pertanyaan ini terjawab.
Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar menjelaskan, alasan tidak diletakkannya tempat sampah di dalam MRT ialah untuk mengedukasi masyarakat tidak makan dan minum di MRT.
Menurutnya langkah ini diambil sebagai proses mengajarkan masyarakat agar tidak membawa produk sembarangan dan kemudian dikonsumsi didalam MRT.
"Kita enggak taruh tempat sampah karena kita mau educate masyarakat tidak buang sampah. Kalau ada tempat sampah tendensinya akan makan dan buang sampah didalam," ujarnya Jumat, 29 Maret 2019.
Sementara itu, sebelum MRT mulai beroperasi secara komersial esok hari, Senin 1 April 2019, Corporate Secretary MRT Jakarta, Muhammad Kamaluddin mengatakan, antusias masyarakat untuk menggunakan MRT terus meningkat selama masa uji coba publik sejak 12 Maret 2019 lalu.
Pada hari pertama uji coba, MRT Jakarta tercatat telah mengangkut 40 ribu penumpang dalam sehari. Namun pada Sabtu kemarin, jumlah penumpang MRT tembus 160 ribu orang.
"Kemarin terakhir luar biasa, kemarin 160 ribu penumpang, sehari sebelumnya 99 ribu penumpang. Awalnya 40 penumpang per hari waktu di awal uji publik, naik terus menjadi 160 ribu penumpang per hari," kata dia.
Advertisement
Cara Pembayaran MRT
Lantas bagaimana cara pembayaran MRT Jakarta yang akan mulai beroperasi secara komersil esok pagi?Â
Corporate Secretary Division Head MRT Jakarta, Muhamad Kamaluddin mengatakan, saat operasi komersil, MRT Jakarta memiliki beberapa alternatif metode pembayaran. Salah satunya melalui kartu jelajah single trip atau sekali jalan.
"Itu dapat diperoleh di mesin tiket otomatis (ticket vending machine) atau loket tiket yang ada di seluruh Stasiun MRT Jakarta," kata Kamaluddin dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu (31/3/2019).
Selain kartu single, dia menyebut MRT Jakarta juga telah bekerja sama dengan sejumlah bank baik milik pemerintah maupun swasta.
Di antaranya yakni JakLingko, E-Money (Bank Mandiri), Brizzi (Bank BRI), Tap Cash (Bank BNI), Flazz (Bank BCA), dan JakartaOne (Bank DKI). Kamaluddin juga menyebut untuk kartu jelajah multitrip belum tersedia.
"Adapun Kartu MRT Jakarta Jelajah Multitrip belum diperjualbelikan karena dalam proses perizinan," ucapnya.
Sementara itu, untuk waktu operasionalnya mulai pukul 05.30 WIB dan untuk pemberangkatan kereta pertama dari Stasiun Lebak Bulus.
"Untuk kereta terakhir pemberangkatan Stasiun Bundaran HI menuju Lebak Bulus pukul 22.01 WIB," jelasnya.